Senin, 29 Agustus 2011

Who Should I Choose? (Part 5 - End)

-Title :
Who Should I Choose? (Part 5 - End)
-Author :
Fani Yunisa
-Main Cast :
Park JiYeon (T-Ara)
Kwon JiYong/G-Dragon (Big Bang)
Lee Donghae (Super Junior)
-Supporting Cast :
Oh Hye Rin/Raina (After School)
Hero Jae Joong (JYJ)
Im Yoona (SNSD)
Lee Joon (MBLAQ)
-Rating :
PG
-Genre :
Romatic/love, friendship
-Length :
Chapter


“Mian, tapi kenapa jadi gara-gara aku? Aku kan sudah bilang pada JiYong supaya tidak mencarikan namjachingu untukku. Bukankah itu salahnya sendiri?”
“Dia berubah bukan gara-gara itu. Kalau kau tau, sebenarnya JiYong sudah berubah saat muncul gosip bahwa kau berpacaran lagi dengan Donghae oppa.” jelasnya. Memang benar, sejak saat itu sifat JiYong mulai berubah. Dan itu gara-gara aku? Ini membingungkan.
“Bisakah kau to the point? Jujur aku jadi sedikit bingung.”
“Aku tidak mengerti bagaimana jalan pikiranmu. Apakah kau sama sekali tidak sadar bahwa JiYong sangat mencintaimu?” katanya dengan sedikit tidak sabar. Yah, tidak sabar menghadapi yeoja bodoh sepertiku.
“Mwo? He, hei, jangan sampai kau menyangka bahwa JiYong hanya menganggapmu sebagai pelampiasan. Dia mencintaimu.”
“JiYeon, sadarlah! JiYong tak mungkin mencintai yeoja lain selain kau. Statusku dengan JiYong hanya pura-pura! Aku diminta JiYong untuk menjadi yeojachingu-nya supaya kau bisa tenang bersama Donghae oppa. Tentu saja aku sebagai sahabatnya tidak mungkin menolak, aku tak akan tahan melihat JiYong dalam masalah. Hanya itu, tidak lebih! Dan sekarang JiYong sangat menyesal dengan apa yang sudah ia rencanakan. Apa kau tau bagaimana rasanya menawarkan diri mencari namja lain untuk yeoja yang sangat kita cintai?!” bentaknya.
“Sst...Hye Rin, tolong kecilkan suaramu! Kau membuat kita jadi pusat perhatian disini!” kataku hampir berbisik. Kini seluruh pengunjung dan pelayan cafe memandang ke arah kami. Hye Rin diam sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, tanda ia sedang kesal. Ia mengeluarkan handphone-nya dan mengirim pesan pada seseorang, entah itu siapa, dan kembali menyimpannya di tas.
“Aku hanya belum yakin kalau JiYong benar-benar mencintaiku.” lanjutku. Tapi sebelum Hye Rin mulai berbicara lagi, aku berkata, “Kau kan tau sendiri JiYong itu namja player.”
“Dia begitu karena kau. Sekarang jawab pertanyaanku dengan jujur, apa kau juga mencintai JiYong?” tanyanya, kali ini ia sudah sedikit lebih tenang.
“N, na...”
“Tidak usah malu, katakan saja yang sejujurnya padaku.”
“Aku juga mencintainya. Aku baru sadar itu ketika sudah putus dengan Donghae oppa.” jawabku sambil tertunduk malu.
“Akhirnya kau mau mengaku juga.” dan tiba-tiba ia memanggil seseorang namja yang tengah berdiri di pintu cafe, “Ya! JiYong, sini!”
JiYong segera menghampiri meja kami. Bajunya sedikit basah karena di luar sedang gerimis.
“Annyeong.” sapanya dengan senyum hangat pada kami berdua. “Kau tidak bilang bahwa kau sedang bersama JiYeon. Ada apa memanggilku?” tanya JiYong yang duduk di sebelah Hye Rin.
“Aku sudah menemukan namja yang cocok untuk JiYeon.” kata Hye Rin langsung pada permasalahan.
“M, mwo? Nu, nugu?” terlihat sedikit ekspresi kecewa di wajah JiYong.
“Neo.” jawabnya singkat. Tentu saja ini membuat JiYong bingung karena Hye Rin berkata tanpa menatap JiYong, melainkan terus menatapku.
“JiYeon? Kau menyuruh JiYeon berpacaran dengan dirinya sendiri?”
“Maksudku kau, JiYong! Kau satu-satunya namja yang cocok untuknya. Namja yang sangat mencintai JiYeon!” kali ini Hye Rin berkata sambil menatap JiYong. Tentu saja yang ditatap menjadi kaget.
“N, na? Hha...jaggi, kau ini selalu senang bercanda ya!” balas JiYong dengan tawanya yang gugup.
“Hentikan JiYong! Aku sudah tidak bisa berpura-pura lagi. Sebentar lagi aku akan bertunangan dengan Jae Joong oppa. Dan aku ingin menghilangkan status pacaran kita, walaupun hanya status palsu, supaya tak ada masalah nantinya! Jae Joong oppa sudah mulai curiga padaku. Ia sering melihatku jalan berdua denganmu, dan gara-gara itu aku jadi sering bertengkar dengannya!” ucap Hye Rin dengan tidak sabaran.
“Haha, maaf JiYeon, hari ini Hye Rin mungkin sedang ingin bercanda. Lupakan saja apa yang dia katakan hari ini. OK?”
“Ya! JiYong! Kau...”
“Hentikan!” teriakku tiba-tiba. Kini semua penghuni cafe memandangiku. Dari tadi aku merasa seperti kambing bisu yang diacuhkan pemiliknya. “Gomaweo atas penjelasannya, Hye Rin-ssi. Tapi melihat keadaannya, sepertinya aku tak bisa mempercayai ucapanmu. Annyeong kyeseyo.” aku lekas meninggalkan mereka berdua ke luar cafe, tak peduli dengan hujan yang langsung membasahi seluruh tubuhku.

Apa yang mereka inginkan? Mengatakan sesuatu seperti itu padaku. Pura-pura? Status palsu? Akan bertunangan? Sedang bercanda? Mana yang benar???
Tapi setelah dipikir-pikir dengan akal sehat, sepertinya lebih masuk akal pengakuan Hye Rin. Bisa saja kan JiYong memang benar-benar mencintaiku dan lebih mementingkan kebahagiaanku daripada kebahagiaannya sendiri? Masuk akal kalau dia berpacaran dengan Hye Rin untuk menutup rasa kecewanya. JiYong bodoh, apa sampai saat ini dia masih belum tahu kalau aku juga mencintainya? Ah...aku benar-benar sedang diuji.
Dan tidak diragukan lagi, sesampainya di apartement aku menangis sekeras-kerasnya ‘lagi’.

Kenapa JiYong masih tidak ingin mengakuinya juga? Malah berbohong padaku. Padahal aku sudah senang mendengar penjelasan Hye Rin. Kalau saja dia mau jujur padaku, aku pun akan jujur padanya kalau aku mencintainya. Ah, tapi percuma. JiYong pasti sudah mendengar pengakuanku tadi dari Hye Rin. Lagipula aku sudah berniat untuk tidak berpacaran.

“Wae geurae?”
“Ini tentang kita.” jawab Donghae oppa. Seorang pelayan datang membawa pesanan ke meja kami lalu pergi. Seperti biasa, cafe sedang sepi siang ini.
“Memangnya ada apa dengan kita?” tanyaku pura-pura tidak mengerti.
“Kau belakangan ini terus menghindariku. Telepon dan pesanku tidak pernah kau balas. Wae? Apa aku telah berbuat salah padamu?”
“Mungkin.” jawabku singkat. Kalau bukan karena dipaksa, aku malas bertemu dengan namja yang satu ini.
“Mungkin? Hei, jelaskan apa maksudmu! Aku bingung...”
“Sudahlah oppa, aku sedang malas membicarakan masalah ini.”
“Tapi ini penting bagiku. Sebenarnya kau mau menjadi yeojachinguku lagi atau tidak?” ia menatap mataku dalam, tapi aku segera mengalihkan pandanganku.
“Shireo. Aku sudah punya namjachingu.” terlihat wajah Donghae oppa yang kaget. Untuk masalah seperti ini, aku harus berbohong.
“Mwo? Anio, kau pasti bohong. Aku yakin kau masih mencintaiku!”
“Ne, aku memang masih mencintaimu, tapi itu dulu. Sudahlah, aku masih banyak urusan.” Aku beranjak dari tempat duduk dan pergi, tapi Donghae oppa memegang lenganku erat.
“Kau bukan milik siapa-siapa, aku tau itu. Kau hanya milikku!” ia berbicara dengan geram. Genggamannya kuat sekali, lenganku terasa dililit ular.
“Lepaskan lenganku, oppa! Aku sudah tidak mencintaimu lagi!” aku berusaha melepaskan genggamannya, tapi percuma.
“Lepaskan dia, Donghae!” sebuah suara dari belakang mengagetkanku. Aku kenal suara itu. Itu...
“Mau apa kau, JiYong? Ini bukan urusanmu!” kata Donghae oppa. Kini semua penghuni cafe memandang ke arah kami. Memalukan!
“Tentu saja ini urusanku, kau sudah mengganggu yeojachinguku!” jawab JiYong berusaha terlihat tenang, tapi jelas sekali di mataku dia sedang geram. ‘Yeojachinguku’? Apa-apan dia? Sejak kapan aku jadian dengannya?
“Mwo? Haha...tidak mungkin, babo! JiYeon tidak mungkin cinta pada namja player sepertimu!” ledek Donghae oppa.
Aku tak tahu apa yang terjadi setelahnya karena ketika JiYong menghampiri Donghae oppa, aku menutup mata. Terdengar suara rintihan Donghae oppa dan genggaman tangannya pun lepas dari lenganku. Ketika aku membuka mata, ternyata sudut bibir Donghae oppa sudah membiru dan ada sedikit darah yang menempel pada sudut bibirnya.
“Jangan harap JiYeon akan kembali padamu! Dia tidak akan pernah mencintaimu lagi seperti kau yang tidak mencintainya lagi! Aku tau kau hanya akan memanfaatkannya. Memanfaat JiYeon hanya untuk membuat Yoona kembali. Cih, memalukan!”
“JiYong, apa yang...” tapi JiYong tidak membiarkanku berbicara dan menarik paksa lenganku ke luar cafe.
“Jangan berkata apapun sebelum kita sampai di taman.” katanya tanpa melihatku. Ia segera menyalakan motornya dan membawaku pergi menjauh dari cafe.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya kami sampai di sebuah taman. Ternyata taman yang dia maksud adalah taman di dekat apartementku, taman yang sering aku datangi. Kami pun duduk di satu-satunya bangku yang ada di taman ini.
“Kau sudah gila ya? Kenapa kau memukul Donghae oppa di tempat umum?” aku membuka pembicaraan.
“Apa kau masih membelanya? Yang benar saja...”
“Aku bukan mau membelanya, tapi aku tidak suka dengan caramu. Apalagi kau sudah mengaku-ngaku menjadi namjachinguku!”
“Aku tidak suka dia memaksamu seperti itu, aku tidak terima!”
“Aku mengerti kau tidak akan terima kalau sahabatmu sendiri diperlakukan seperti itu oleh orang lain, tapi ayolah, tidak usah pakai cara kekerasan.” kataku.
“Kau memang sahabatku, tapi aku mencintaimu!” pernyataannya yang satu ini membuatku tertegun sejenak.
“Kau mencintaiku? Tapi sepertinya aku tidak mendengar pengakuan itu kemarin saat di cafe.” jawabku sambil tersenyum sinis.
“Mian, kemarin aku...”
“Sudahlah, aku tidak ingin dipermainkan lagi olehmu.”
“Aku tidak pernah mempermainkanmu. Semua yang dikatakan Hye Rin kemarin itu memang benar.” jelasnya.
“Lalu, kenapa kau malah menyangkalnya kemarin?”
“Itu karena aku kaget. Begitu datang, aku langsung diberitahu seperti itu. Dari awal kan aku tidak pernah benar-benar berniat mencarikan namja untukmu. Aku tidak akan pernah rela.”
“Kalau memang yang kau katakan itu benar, kenapa kau membiarkanku bersama Donghae oppa?”
“Aku lebih suka kau yang bahagia daripada aku.”
“Asal kau tau, aku lebih bahagia kalau aku bersamamu. Saking putus asanya aku mendengar kau jadian dengan Hye Rin, aku hampir saja menerima Donghae oppa menjadi namjachinguku lagi.” yap! Dia terkejut. Tentu saja dia terkejut karena aku memang belum pernah menyatakan perasaanku yang sesungguhnya.
“Geu, geurae?”
“Ne.”
“Kalau begitu, kita jadian saja...” katanya pelan.
“Shireo!”
“Wae?” tanyanya dengan nada tinggi. Ia pasti heran.
“Hmm, bagaimana ya....Kalau aku jadian denganmu, lengkap sudah statusku di mata teman-teman.” jawabku dengan wajah so-so berpikir.
“Status apa?”
“Panggilan ‘Yeoja Pengganggu’ lah. Mereka menyangka hubungan Donghae oppa-Yoona dan JiYong-Sooyoung retak gara-gara aku. Dan sekarang kalau aku jadian denganmu, mereka akan mengira aku merusak hubunganmu dengan Hye Rin.”
“Cih, dan kau peduli dengan semua itu?” ia meledekku.
“Ya! Yang mengalaminya kan aku, tentu saja aku peduli. Coba saja ini terjadi padamu, kau pasti akan sama pedulinya sepertiku!”
“Kalau itu terjadi padaku, peduli amat.” jawabnya enteng.
“Aish, dasar...”
“Sudahlah, aku akan menjelaskan pada teman-teman tentang hubungan ini. Tidak sulit untukku menyebarkan penjelasan ini pada yang lain. Aku kan terkenal.” katanya dengan gaya sok. Memang benar sih, tidak akan sulit menyebarkan informasi lewat orang populer.
“Jadi...kau mau tidak jadi yeojachinguku?” tanyanya penuh harap. Ia mengeluarkan jurus puppy eyes-nya.
“Hmm...aku kan sudah membuat keputusan kalau aku...”
“Apa kau masih mau mempertahankan keputusanmu yang mematikan itu? Michi!” ia terkejut dengan jawabanku.
“Aish...arasseo, tentu saja aku mau!” jawabku, tapi sebelum dia mengoceh lagi, aku berkata, “Tapi dengan syarat.”
“Cih...ribet sekali pakai syarat segala.”
“Belum juga aku kasih tau sudah bilang ribet. Ya sudah kalau kau tidak mau, aku tidak keberatan!” aku langsung berdiri dengan pura-pura marah. Tapi ketika aku akan pergi, JiYong menahanku dan mendorongku duduk kembali.
“Arasseo arasseo, aku hanya bercanda. Apa syaratnya?” tanyanya dengan wajah cemberut yang dibuat-buat, membuat wajahnya semakin lucu.
“Jangan pernah berani mengkhianati perasaanku.” jawabku serius.
“Hanya itu? Enteng sekali. Tentu saja syarat itu pasti aku penuhi.”
“Jangan hanya bicara, buktikan nanti. Awas saja kalau kau tidak bisa membuktikannya, lehermu akan kugorok!” kataku sambil memeragakan orang yang menggorok lehernya sendiri.
“Hanya menggorok leher? Enteng sekali, kalau begitu aku akan selingkuh ah.” katanya sambil berdiri dan berjalan pergi. Aku tau sekarang ini dia sedang senyum-senyum sendiri.
“Ya! Kau benar-benar mau mati ya, hah! Kembali kau! Akan kugorok lehermu!” aku pun mengejar JiYong yang berlari setelah mendengar teriakkanku.

Dua bulan setelah kami jadian ternyata membawa perubahan bagi Donghae oppa dan Hye Rin. Belakangan ini Donghae oppa kelihatan pendiam dan yang aku dengar dari teman-teman, konsentrasi belajarnya di kelas juga menurun. Mungkin dia masih shock dengan kejadian di cafe(sampai sekarang memar di sudut bibirnya belum hilang), ditambah lagi dengan Yoona yang semakin lengket dengan namjachingu-nya. Ternyata berita tentang namjachingu Yoona, Lee Joon, yang katanya seorang namja player itu salah. Aku kenal Lee Joon karena dia tetanggaku, ruangan apartementnya satu tingkat di atasku. Dan aku belum pernah melihatnya jalan dengan yeoja lain selain dengan Yoona. Aku kenal dekat dengannya dan aku tau dia orangnya seperti apa. Mana mungkin namja seperti itu namja player.

Dan Hye Rin, kini terlihat rukun dengan tunangannya. Malah setiap hari ia selalu diantar-jemput oleh tunangannya itu. Yah, untung saja Jae Joong mau mengerti saat JiYong menjelaskan tentang hubungan palsunya dengan Hye Rin. Kami malah sering melakukan double date belakangan ini.

Terakhir, tentang aku dan JiYong. Semenjak kami pacaran, dia jadi lebih perhatian padaku. Bahkan sekarang dia tidak membedakan prioritas antara chingu dan yeojachingunya, dua-duanya sama. Dan aku suka itu. Status ‘Yeoja Pengganggu’ pun sudah hilang, tentu saja itu berkat JiYong. Selama dua bulan ini aku tidak melihat ketertarikannya pada yeoja lain. Yah, bagus untukku karena dia tidak berusaha mengkhianati perasaanku. Awas saja kalau dia berani selingkuh, akan kugorok lehernya!!!

-THE END-

PLEASE LEAVE YOUR COMMENT...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar