Jumat, 27 April 2012

Love Is A Deal (Prolog)

Title :
Love Is A Deal (Prolog)

Author :
JunEonnie
Main Cast :
Fani (Author)

(still secret)
Park Soyeon (T-Ara)
Rating :
PG
Genre :
Love, friendship, life

Length :
Chapter
Disclaimer :
The story is MINE! No PLAGIARISM please!!!
 Ps :
Hmmm...mulai dari mana ya??? Mungkin lebih baik aku mulai dari pengumuman dulu.
Well, to all readers...aku mau ngumumin kalo ff 'JunEonnie' mungkin gak akan dipublish lagi setelah part 4. Wae? Karena aku punya rencana buat ngebukuin tuh ff. So, don't be sad. Kalian masih bisa baca bukunya, tapi mungkin masih lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa banget. Di samping proses pembukuan yang butuh waktu sekitar 4 bulan (itu juga kalo diterima sama penerbitnya*poorauthor*), ff-nya sampe sekarang belom kelar.,hahaha*evilaugh* #PLAKK
Enough.
Tentang ff ini, aku gak ngejamin bakal kaya ff 'Who Should I Choose' (sampe tamat maksudnya), bisa jadi ni ff bakal terlantar kaya ff 'Why You Want To Be My Boyfriend?'. Dan di ff ini, aku jadi author imut sekaligus jadi main cast lagi. Bagi yang udah bosen liat nama Fani di ff aku, I suggest you to close this page!
Masalah poster, poster diatas cuma sementara soalnya aku masih ngerahasiain main cast-nya. So, aku bikin poster yang sederhana aja.
Efek membaca: pusing, sakit perut, demam tinggi, illfeel/mual-mual
Yang tetep mau baca, disaranin buat nyiapin ember gede buat persiapan muntah. Hahaha...
Terakhir...Beware! This page is full of my IMAGINATION!!
----Happy Reading----

---

Fani’s POV

“Fani-a!” terdengar suara seorang yeoja memanggilku saat aku sedang berjalan menuju mobil. Aku sangat mengenal suara itu. Dan ternyata itu memang dia, Soyeon.

 “Wae geurae?”

“Kau dipanggil Kim seongsaenim. Dia belum menerima tugasmu sampai hari ini.” ucap Soyeon dengan nafas sedikit tersenggal.

“Mwo? Aku sudah menyimpan tugasku di meja kerjanya tadi pagi. By the way, aku ada perlu hari ini. Aku akan menghubungi Kim seongsaenim di perjalanan. Ayo, kau juga mau pulang kan?” tanyaku dan Soyeon hanya mengangguk. “Aku antar.”

Park Soyeon, dia sahabatku. Sahabatku satu-satunya. Tapi ini bukan berarti aku adalah seorang yang kurang berinteraksi dengan orang lain. Jujur saja, bukan bermaksud sombong, tapi banyak yang ingin bersahabat denganku. Hanya saja aku percaya Soyeon bisa menjadi sahabat yang baik. Dia tidak pernah memandang orang lain dari materi atau fisik. Dan aku suka itu. Aku juga tidak pernah memandangnya sebagai orang kaya (walaupun dia memang kaya), karena aku benar-benar ingin bersahabat dengannya tanpa memandanng status.

Dan sekarang...apa aku harus memperkenalkan diriku? Namaku sudah tertera pada kalimat pertama cerita ini, kan? Jadi, apa aku harus tetap memperkenalkan siapa diriku? Baiklah.

Aku anak tunggal dari pemilik perusahaan mobil ternama, GM Daewoo. Appa-ku membuka 3 cabang di Korea Selatan, 2 cabang di Jepang, dan 5 cabang di wilayah Asia Tenggara. Dan appa menjadi direktur utama di perusahaan pusat. Tidak hanya itu, appa juga pemilik 40% saham di dua perusahaan makanan terbesar di Korea Selatan.

Eomma-ku? Dia membuka dua panti asuhan di Seoul dan Gyeongsang-do, tapi eomma menyerahkan semua tugas panti asuhan pada orang kepercayaannya. Eomma juga merupakan pewaris tunggal saham di dua rumah sakit besar Korea Selatan.

Kaya? Aku tidak akan mengatakan itu karena pada dasarnya, semua harta-harta itu milik kedua orang tuaku.

Aku salah satu mahasiswa tingkat 4 di Universitas Seoul. Jika ada yang bertanya apakah aku cukup terkenal di sekolah, jawabannya adalah ya. Beberapa orang memanggilku Miss Perfect, termasuk Soyeon. Entah ‘Perfect’ seperti apa yang mereka maksud, yang pasti aku tidak suka panggilan itu.

Seseorang pernah bertanya padaku ‘Apakah hidup sebagai orang kaya itu menyenangkan?’. Sebagian orang pasti menjawab ‘Ya, menyenangkan.’, sama sepertiku. Tapi banyak orang tidak tahu bahwa orang sepertiku menghindari tiga hal, yang jika itu terjadi, akan membuat kata ‘menyenangkan’ itu berubah menjadi ‘menyedihkan’. Apa saja itu?

Satu. Manusia bermuka dua. Orang sepertiku (aku tidak akan menyebut diriku kaya), biasanya dikelilingi orang-orang baik yang selalu memujiku. Kalau aku bodoh, aku akan merasa senang diperlakukan seperti itu. Aku yakin kebanyakan dari mereka baik padaku karena posisi keluargaku sedikit diatas mereka. Itu kan poin pentingnya? Dan aku benci! Itu juga menjadi alasan mengapa aku hanya memiliki seorang sahabat seperti Soyeon. Aku sudah lama bersahabat dengannya, dan butuh 6 tahun untuk mencari sahabat seperti dia.

Dua. Menjatuhkan nama keluarga. Keluargaku memang tidak memiliki marga karena kami bukan warga asli Korea. Kami pindah kesini sejak usiaku 10 tahun. Dan, kau tau? Hidup di antara orang-orang Korea lainnya membuatku merasa seperti tidak memiliki nama. Well, bukan hal itu yang ingin kubicarakan. Back to the main topic, menjatuhkan nama keluarga. Hidup menjadi orang sepertiku pastinya menghindari hal ini. Bayangkan saja bagaimana jadinya jika aku bodoh, tidak sopan, dan menjadi gadis brandalan? Reputasi keluargaku akan jatuh, bukan? Aku juga akan menjadi bahan ejekan karena dianggap hanya bisa membanggakan harta orang tua saja.

Tiga. Sebagian orang kaya menghindari ini. Ralat! Sebagian ‘anak’ orang kaya menghindari ini. Apa itu? Perjodohan. Kebanyakan orang tua sekarang menggunakan anaknya sebagai ‘pertahanan kesuksesan’. Tidak masalah kalau si anak menerimanya. Tapi bagaimana kalau tidak? Lebih parahnya lagi kalau dia sudah memiliki kekasih yang sangat dicintai dan mencintainya. Tapi kebanyakan orang tua tidak peduli dengan hal itu. Mereka selalu mengatakan, ‘Ini demi kebaikanmu juga.’. Memang zaman sekarang akan terdengar aneh kalau seseorang menikah karena cinta. Bukankah sekarang ini uang lebih penting? Tapi tidak untukku! Aku ingin menikah dengan orang yang kucintai.

Mungkin aku masih bisa menghindari hal kesatu dan kedua. Tapi untuk hal yang ketiga, sepertinya aku tidak bisa menghindarinya. Dan ini terbukti saat aku pulang ke rumah sore ini.

“Eomma! Apa eomma serius?! Yang benar saja, jangan bercanda!”

“Eomma serius. Ini demi kebaikan keluarga kita.” jawab eomma dengan santainya. Dan ini benar-benar membuatku muak.

“Tapi eomma, aku baru 21 tahun! Aku masih seorang mahasiswi! Aku belum mau menikah, apalagi dijodohkan seperti ini!” ucapku dengan nada tinggi. Aku tahu cara bicaraku ini tidak sopan mengingat orang yang sedang aku ajak bicara adalah orang tuaku sendiri. Tapi apa boleh buat, kalau masalah perjodohan seperti ini, aku harus berusaha menolaknya.

“Nak, appa mengerti bagaimana perasaanmu sekarang. Kau pasti marah bukan? Kau pasti berpikir bahwa appa dan eomma menjodohkanmu hanya untuk meningkatkan kesuksesan perusahaan. Tapi jangan salah, kami juga memikirkan masa depanmu. Orang yang akan menjadi calon suamimu orang yang baik, dia sopan, dan penuh tanggung jawab. Dia juga dikenal baik di masyarakat. Sama denganmu, dia juga seorang mahasiswa walaupun umurnya satu tahun lebih tua darimu. Hmm...kalau tidak salah dia satu universitas denganmu.” jelas appa berusaha meyakinkanku. Dia masih saja membaca koran yang ia pegang walaupun ia sedang berbicara padaku. Kebiasaan.

“Apa eomma dan appa tidak tahu bagaimana kelakuan anak orang kaya zaman sekarang? Mereka biasa berpura-pura baik di hadapan orang lain, termasuk orang tuanya, padahal sebenarnya mereka hanyalah anak manja yang terbiasa hidup dengan kekayaan orang tuanya!”

“Termasuk kau?” tanya eomma dengan satu halisnya yang terangkat.

“Na?”

“Ne. Kau juga sama dengan orang-orang yang kau maksud tadi. Appa tahu bagaimana reputasimu di kampus. Kau terkenal pintar dan baik. Kau bahkan terkenal sebagai gadis yang selalu menyumbang banyak uang untuk kegiatan sosialisasi kampus. Tapi apa kau juga sadar bahwa kau sama dengan anak orang kaya yang kau maksudkan tadi? Kau pikir, siapa yang memberimu uang untuk kuliah dan makan sehari-hari? Baju-bajumu itu, kalau bukan uang appa dan eomma, kau tidak akan bisa membelinya. Bahkan tahun lalu, kau merengek meminta dibelikan mobil. Apa dengan itu kau menganggap dirimu dewasa?” jelas appa lagi yang berusaha menyudutkanku. Well, sepertinya 70% aku mengakui itu. Dan sebentar lagi eomma pasti ikut berkicau.

“Appa-mu benar. Kalau kau merasa dewasa, sekarang ini kau pasti akan berusaha hidup mandiri dan jauh dari orang tua. Berusaha mengambil kerja sambilan untuk memenuhi kehidupanmu. Tapi buktinya, kau masih tinggal bersama kami. Jadi, kau harus menerima perjodohan ini. Eomma yakin ini akan membuatmu lebih dewasa.”

Sial, aku mati kutu. Bagaimana bisa eomma dan appa menyudutkanku seperti ini? Ini tidak adil!

“Pokoknya, eomma tidak mau tahu. Keluarga calon suamimu akan datang nanti lusa. Kau harus bersikap sewajarnya. Setidaknya, bersikaplah seperti kau menerima perjodohan ini.”

See? Aku hidup dalam tingkat sosial seperti ini. Dan perjodohan ini, walaupun termasuk dalam daftar hal-hal yang kuhindari, tetap saja dalam kenyataannya harus kujalani.

---

“Sorry, apa aku tidak salah dengar? Kau akan dijodohkan? Seorang Miss Perfect Seoul University akan dijodohkan?!” ucap Soyeon dengan mata terbelalak.

“Ne, dan berhenti memanggilku dengan panggilan Miss Perfect! Aku tidak se-perfect yang kau kira.”

Soyeon terlihat berpikir, entah apa yang ia pikirkan tapi yang pasti itu membuatku penasaran. “Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Appa-mu bilang kau akan dijodohkan dengan namja di kampus ini. Tentu saja namja itu bukan orang sembarangan. Minimal orang tuanya memiliki kontribusi besar di bidang ekonomi. Coba kutebak, itu berarti antara Kwon Jiyong, Yong Junhyung, Cho Kyuhyun, dan Kim Soohyun. Apa kau berpikiran sama denganku?”

Soyeon benar, selain empat namja itu, tidak ada lagi namja yang orang tuanya memiliki kontribusi besar di bidang ekonomi. Mereka berempat memang kandidat yang kuat, tapi... “Sepertinya kita harus menghapus Cho Kyuhyun dari daftar. Setahuku dia sudah bertunangan minggu lalu.”

“Berarti tinggal 3. Tapi aku juga akan menghapus Soohyun dari daftar calon suamimu.” ucap Soyeon.

“Wae? Memangnya kenapa dengan Soohyun?”

“Ini baru kabar angin sih, tapi banyak orang bilang appa-nya terlibat kasus penggelapan uang. Aku yakin kabar ini sudah sampai ke telinga appa-mu. Dan appa-mu tidak mungkin memilih Soohyun sebagai calon menantunya, kan?” jelas Soyeon. Informasinya tentang orang-orang penting ternyata luas juga.

“Ini berarti tinggal namja dari keluarga Kwon dan Yong?”

“Ne. Mudah-mudahan saja anak dari keluarga Kwon itu yang akan jadi calon suamimu. Dia terkenal sangat baik pada yeoja.”

“Memangnya kenapa kalau Junhyung?” tanyaku penasaran.

 “Tidak apa-apa sih, hanya saja setahuku kapten tim basket itu egois dan keras kepala.”

---

“Fani, ayo cepat turun! Mereka sudah datang!” teriak eommaku. Sore ini, seperti yang dijanjikan, keluarga calon suamiku datang. Eomma dan appa bersikeras tidak memberitahuku siapa namja itu. Mereka tahu aku pasti akan menyuruh calon suamiku untuk menolak perjodohan ini sebelum mereka datang ke rumah.

Dan coba tebak siapa yang datang? Ternyata mereka adalah keluarga...

TBC

Keluarga siapa yah...?? Kasih tau gak yah..??? Ngga aja dehh....hahaha #BRUKJDUGBUK *diserangreaders*

Penasaran keluarga siapa yang dateng? Ngga? Ya udah deh kalo gak ada.... *murung di pojokan*

Tapi kalo ada yang penasaran...just wait for the next part:))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar