Jumat, 20 April 2012

JunEonnie (Part 4)

Title :
JunEonnie (Part 4)
Author :
JunEonnie
Main Cast :
Fani / JunEonnie
Yong Junhyung (B2ST/BEAST)
Support Cast :
Son Joon [OC]
Kim Hye Min [OC]
Pak Son [OC]
B2ST/BEAST’s member
Rating :
AG
Genre :
Love/friendship, life
Length :
Chapter




Last Part

Ternyata benar apa yang dikatakan Joon oppa. Setelah penampilanku usai, wartawan dari tiga majalah berbeda langsung mewawancarai Pak Son yang sengaja ikut menemaniku di acara itu. Pak Son memberitahu mereka bahwa aku sedang sakit tenggorokan dan tidak bisa berbicara maupun menyanyi dengan baik.

Berita ini langsung menjadi trending topic di berbagai situs jejaring sosial dan televisi-televisi swasta maupun internasional. Berlebihan memang, tapi itulah aku. Sepertinya kata ‘terkenal’ saja belum bisa mendeskripsikan statusku saat ini.

Tidak sedikit dari mereka menyangka penyanyi yang lipsync itu bukanlah aku. Dan ada juga yang menyangka aku terkena penyakit berat sampai-sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur. Padahal aku hanya sakit tenggorokan. Banyak dari mereka menyalahkan pihak JE Entertainment karena terlalu berat memperkerjakanku. Padahal ini bukan salah pihak JE Entertaiment melainkan salah sahabatku sendiri, Kim Hye Min!




Part 4

Junhyung’s POV

“Jadi, menurutmu itu bukan JunEonnie?”

“Hmm…bukan! JunEonnie belum pernah lipsync dan tidak akan pernah lipsync!” jawab Yoseob ngotot padaku. Sore ini tidak ada jadwal manggung, jadi kami punya waktu luang untuk berkumpul di dorm.

“Ne, aku juga merasa orang itu bukan JunEonnie walapun secara fisik sangatlah mirip.” timpal Dongwoon yang disetujui Hyunseung.

“Hmm, entahlah. Aku merasa orang itu benar-benar JunEonnie. Bagaimana pun juga, JunEonnie hanyalah manusia biasa.” ya, manusia biasa yang identitasnya bisa kubongkar, tunggu saja nanti, JunEonnie!

Aku sengaja tak memberitahukan pertemuanku saat di ruang tunggu JunEonnie. Sebenarnya aku memaksa PresDir agar diijinkan memberikan hadiah itu langsung pada JunEonnie. Aku memang tidak ingin mereka tahu kalau aku berencana membongkar identitasnya. Kalau mereka tahu, mereka pasti marah dan melarang keras padaku. Lagipula aku punya rencana tersendiri untuk masalah ini.

“Pasti akan banyak yang berpura-pura lagi…” kata Doojoon hyung tiba-tiba.

“Berpura-pura apa?” tanya Kikwang heran yang membuat aktivitas bermain game-nya terhenti.

“Berpura-pura sakit tenggorokan dan kehilangan suara seperti JunEonnie. Mereka melakukan itu agar yang lain mengira mereka adalah JunEonnie. Aku yakin sekali.” jawab Doojoon.

“Bagaimana kalau memang benar-benar ada yang sakit tenggorokan dan ternyata itu memang JunEonnie?” tanya Kikwang lagi.

“Itu lain lagi ceritanya. Masalahnya kan kita tidak tahu dia JunEonnie atau bukan.”

“Kau tahu bagaimana caranya mengetahui seseorang benar-benar sedang sakit tenggorokan atau tidak?” tanyaku pada Doojoon hyung. Pertanyaan ini membuat sebelah alisnya terangkat. “Apa kau akan memeriksa satu-persatu orang yang sakit tenggorokan dan kehilangan suaranya??” tanya Doojoon hyung diiringi senyum jahil dari yang lain.

“Aku hanya ingin tahu. Apa salah?” jawabku santai.

Doojoon hyung terlihat berpikir, lalu ia mengangkat kedua bahunya. “Hmm…aku tidak tahu bagaimana caranya. Tapi coba saja kau cubit atau pukul orang yang kau maksud dengan spontan. Biasanya hal itu akan merangsang seseorang untuk berteriak atau setidaknya mengeluarkan suara. Kalau dia diam saja, mungkin dia benar-benar sakit tenggorokan dan kehilangan suaranya.”

“Menurutmu itu akan berhasil?” tanyaku lagi.

“Coba saja hyung, mungkin kau akan menemukan JunEonnie yang asli.” ucap Yoseob diiringi tawa kecil, meledek.

“Cih, sudahlah, aku mau pergi mencari makan. Ada yang mau memesan sesuatu?” tawarku pada mereka.

“Ani hyung. Kau mau beli makanan kemana?” tanya Kikwang.

“Ke McDonnald’s, siapa tahu aku bertemu JunEonnie.” jawabku bercanda sambil lalu.



“Aish, kenapa restoran itu sudah tutup?” gerutuku pelan. Aku mencari restoran yang lain yang masih buka. Padahal masih jam 9 malam, tapi kebanyakan restoran sudah tutup. Apa boleh buat, sepertinya aku benar-benat harus pergi ke McDonald’s.

Aku melihat yeoja office girl itu lagi disana. Aku masih bisa mengenalinya dari pakaian kerja dan model rambutnya yang lurus sebahu walaupun dia mengenakan masker setengah muka, sama sepertiku. Apa dia setiap malam pergi kesini? Dan lagi dia memesan beef burger dan ice coffee, terlihat dari jari telunjuknya yang menunjuk menu nomor 1. Apa itu benar-benar makanan favoritnya? Atau dia hanya sekedar mengikuti idolanya, JunEonnie?

Tunggu…dia memakai masker dan berbicara dengan pelayan hanya dengan isyarat tangan. Apa dia sedang sakit tenggorokan?

Segera setelah aku memesan menu nomor 5, aku menghampiri meja yang baru saja Fani duduki.

“Annyeong Fani, boleh aku duduk disini?” tanyaku, tapi dia hanya diam saja. Campuran antara terkejut dan tak bisa menjawab. Tapi akhirnya dia melepas maskernya dan mengangguk.

“Kau kenapa? Apa sedang flu?” ia masih tetap diam, tapi tangannya menepuk-nepuk lehernya pelan, memberitahuku bahwa ia sedang sakit tenggorokan.

“Oh…seperti JunEonnie saja.” kataku. Entah kenapa kalimat itu membuatnya terlihat gugup dan berkeringat, padahal disini dingin.

Kami makan dalam diam. Bukan karena aku tak ingin berbicara, tapi karena Fani tak bisa bicara. Sesekali aku melirik ke arahnya. Ia terlihat sedikit cemas dan sesekali melirik curiga padaku. Kenapa sih yeoja ini? Dia melirikku seperti aku ini penjahat saja.

Tapi tunggu…mungkinkah dia adalah…JunEonnie? Aku sedikit geli memikirkan ini, tapi…semua orang memungkinkan untuk menjadi JunEonnie, termasuk yeoja ini bukan? Lagipula postur tubuhnya sangat mirip sekali dengan JunEonnie. Dia suka makan beef burger dan ice coffee. Dia juga bekerja di JE Entertainment. Itu sangat memungkinkan sekali untuk dia bisa bergerak bebas dalam perusahaan. Dan masih ada lagi beberapa alasan yang membuat yeoja ini pantas diakui sebagai JunEonnie. Apakah ia terlihat cemas karena bertemu denganku yang sudah menantangnya saat di ruang tunggu waktu itu?

Lagipula, dia sekarang sedang sakit tenggorokan, sama seperti JunEonnie. Aku hanya perlu memeriksanya seperti yang dikatakan Doojoon hyung.

“Di toko itu sepi sekali ya…” kataku berusaha mengalihkan perhatiannya pada sebuah toko kecil di seberang jalan. Dan…yap, berhasil! Dia mengalihkan perhatiannya ke luar jendela. Begitu ada kesempatan, aku langsung memukul lengan kanannya cepat dengan telapak tangan.

Tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Hanya saja ia terlihat terkejut dan dahinya mengerut tanda dia sedang kesakitan. Dia langsung mengelus-elus daerah lengan yang aku pukul.

“Mian, tadi ada nyamuk di lenganmu. Tapi sepertinya aku gagal menangkapnya. Mian.” ucapku sambil tersenyum yang dibalas dengan senyumannya yang berarti ‘Gwenchana.’.

OK, intinya dia benar-benar sakit tenggorokan, sama seperti JunEonnie. Aku baru sadar bahwa ada beberapa alasan yang membuat dia layak ‘dituduh’ sebagai JunEonnie. Menurutku dia terlalu…mirip. Aku hanya tinggal mencari informasi tentang Fani. Ini lebih mudah dibandingkan aku harus mencari ‘identitasnya’ sebagai JunEonnie.

Baiklah, setelah ini aku harus mengikutinya diam-diam agar aku tahu dimana rumahnya. Hanya tinggal beberapa informasi penting lagi dan…tunggu saja waktunya!

Junhyung’s POV End



Fani’s POV

Ok, aku sedikit bersyukur dengan sakit tenggorokanku ini karena aku tak mengeluarkan suara sedikit pun kemarin. Walaupun mungkin Junhyung agak curiga dengan sakit tenggorokanku ini, tapi setidaknya aku tidak salah bicara kemarin. Mungkin lebih baik aku mengurangi jadwal kunjunganku ke restoran-restoran seperti McDonald’s, terlebih lagi pada malam hari. Sudah tiga kali aku bertemu dengan Junhyung di restoran, malam hari pula. Sebisa mungkin aku harus menghindarinya mengingat dia berencana membongkar identitasku.

“Oi, Fani! Jangan melamun terus!! Cepat habiskan makananmu!” suara Hye Min menyadarkan lamunanku. Tapi karena aku belum bisa berbicara, aku menulis di sebuah buku.

Ne. Jam berapa jadwal kuliah kita?

“Tenang saja, masih satu jam lagi. Eh, kau tahu tidak siapa pasangan duet BEAST dalam lagu Fiction yang baru?” tanyanya semangat.

Bohong, tidak, bohong, tidak, bohong, tidak? Bohong saja deh. Aku menulis lagi.

Molla. Nugu?

“JunEonnie!!! Aku sangat tidak sabar menunggu lagunya rilis!!! Dengar-dengar sih JunEonnie akan terlibat dalam MV-nya. I trust it will be the best music ever!!

Oh, menarik sekali. Aku juga tidak sabar menunggu tanggal rilisnya. Aku pun sedikit menunjukan ketertarikanku.

“Jeongmal? Aku tidak mendapat kesan kau benar-benar menunggu tanggal rilisnya. Kau itu fans JunEonnie, tapi kau tidak terlihat benar-benar menyukainya. Tidak sepertiku.” katanya heran. Bagaimana bisa aku menjadi fans fanatik diriku sendiri. Walaupun itu mungkin, tapi aku tidak tertarik untuk melakukannya.

Aku kan bukan fans fanatik sepertimu. Lagipula setiap orang pasti berbeda-beda dalam mengekspresikan kekagumannya.

“Kau ini pintar sekali mengelak. Oh iya, hari ini kita pergi ke kantor bersama ya!”

Ini hari Selasa, Hye Min. Dan Selasa itu adalah hari liburku. Apa kau lupa?

“Oh, mian aku lupa. Sudahlah ikut saja, kau bantu aku mencuci piring di kantor.” pintanya agak memelas.

Tidak bisa, aku ada urusan penting setelah ini.

Sebenarnya aku dipanggil Joon oppa ke kantor, tapi aku tidak tahu ada apa dia memanggilku. Kalaupun dia menyuruhku latihan, dia kan tahu sendiri suaraku sedang hilang.

Fani’s POV End



Author’s POV

“Ck, harusnya ini bagian Dae Kang!” omel Hye Min di tempat cuci piring. Memang biasanya yang sering bertugas mencuci piring adalah Dae Kang dan Fani, tapi Fani sedang libur hari ini. Apalagi tadi pagi banyak tamu penting yang datang.

“Sudah jangan banyak mengomel, kerjakan saja.” ucap Shin Ri.

“Ya! Kau dari tadi hanya duduk-duduk terus, kerja sana! Dasar yeoja pemalas…apa kau sudah membersihkan kamar mandi?” tanya Hye Min sedikit membentak. Dia menghentikan sebentar pekerjaannya karena lengannya terasa pegal. Cuciannya banyak sekali.

“Aku menunggu perintah, hehe…Eh, kau tahu tidak sekarang JunEonnie sedang latihan di lantai 5?” tanya Shin Ri.

“Mwo? Jinjja? Bukankah JunEonnie sedang kehilangan suaranya? Kenapa sekarang dia latihan?” tanya Hye Min heran. Apa mungkin suaranya sudah kembali? Tapi secepat itukah? Pikirnya.

“Entahlah, tadi aku sudah mengantarkan air putih yang dipesan pelatihnya. Sepertinya JunEonnie bukan latihan menyanyi karena aku lihat disana ada Pak PresDir, tidak biasanya JunEonnie latihan ditemani Pak PresDir. Dan di meja pelatih banyak obat-obatan herbal. Mungkin mereka berusaha mengembalikan suara emas JunEonnie.” jelasnya yang dibalas dengan kata ‘Oh’ dari Hye Min.

Hye Min pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Tak lama kepala staf datang dan memarahi Shin Ri karena dari tadi dia hanya diam saja. Segera Shin Ri pergi sambil membawa peralatan pel. Hye Min yang mendengarkan temannya sedang dimarahi itu hanya bisa tertawa kecil.

“Hye Min-ssi, apa kau tidak punya pekerjaan lain selain mencuci piring?! Cucian segitu saja belum selesai!” kata kepala staf dengan nada tinggi. Kau pikir cucian ini sedikit, hah? Umpat Hye Min dalam hati.

“Cuciannya banyak sekali pak, tapi sedikit lagi saya selesaikan.” ucap Hye Min pelan.

“Alasan saja. Sudah, kau hentikan dulu. Sekarang kau bersihkan ruang tunggu lantai 2, lantainya belum dibersihkan. Kau ketuk dulu pintunya karena sedang ada tamu.” titahnya lalu pergi meninggalkan ruang dapur.

Dengan perasaan kesal Hye Min pun membawa sapu dan peralatan lainnya ke lantai 2. Seorang komposer JE Entertainment keluar dari ruang tunggu sambil mengatakan, “Tunggu disini sebentar, aku akan menyelesaikan liriknya.”

Jantung Hye Min langsung berdetak kencang ketika tahu siapa orang yang dimaksud si komposer. Dia adalah Yong Junhyung.

“Jeo, jeosonghamnida…aku akan membersihkan ruangan ini.” ucap Hye Min tergagap. Sungguh, ia berpikir harus berterima kasih pada Fani, karena kalau dia bekerja hari ini, mungkin Hye Min tidak akan bertemu Junhyung seperti ini.

“Ne, deomnida.” Junhyung pun kembali memfokuskan matanya pada secarik kertas. Tapi matanya tiba-tiba membulat lebar. Sekilas ia melihat name tag office girl tadi. Kim Hye Min. Bukankah dia temannya Fani? Junhyung langsung tersenyum senang tanpa sepengetahuan Hye Min. Ini kesempatan, pikirnya.

“Aku lihat sedikit sekali staf office yang bekerja disini. Apa banyak yang tidak bekerja atau memang jumlah staf-nya yang sedikit?” tanya Junhyung pada Hye Min. Bukan hal yang sulit jika ia menanyakan sesuatu tentang rekan kerjanya karena ia tahu yeoja ini fans beratnya.

“Se, sebenarnya, staf office disini banyak, mungkin kau hanya melihat beberapa. Da, dan lagi setiap staf office mempunyai jadwal yang berbeda tiap harinya. Tapi a, ada juga yang hari ini tidak masuk.” jawab Hye Min yang belum bisa menghilangkan kegugupannya.

“Oh. Memangnya banyak yang tidak masuk kerja hari ini?”

“Ha, hanya 3 orang. Eh, maksudku 2 orang, yang satunya temanku yang memang sedang libur.” Hye Min sengaja melambatkan gerakan menyapunya agar bisa lebih lama bersama Junhyung. Dia sempat berfikir untuk meminta foto bersama dengannya.

“Siapa temanmu yang sedang libur?” tanya Junhyung lagi. Dia sudah bisa menebak siapa orangnya.

Hye Min merasa aneh dengan pertanyaan ini. Untuk apa seorang Junhyung menanyakan siapa rekan kerjanya? Bukankah hal itu sangat tidak penting dan tidak menarik untuk ukuran artis setingkat Junhyung? Tapi Hye Min tetap menjawab pertanyaan itu, “Fani.”

Senyum tipis terkembang di wajah Junhyung. Yap! Aku telah menemukan setitik cahaya, pikirnya. Komposer tadi bilang JunEonnie sedang latihan di atas dengan PresDir-nya, dan sekarang office girl bernama Fani itu sedang tidak masuk kerja karena memang sedang libur. Walaupun mungkin saja JunEonnie itu 2 temannya yang lain, tapi Junhyung tetap percaya Fani-lah ‘kandidat’ yang paling meyakinkan.

Junhyung sadar itu semua belum cukup. Dia membutuhkan bukti fisik! Satu bukti fisik saja bisa sangat meyakinkan dibandingkan dengan seratus sugesti tentang JunEonnie.

Tak ada lagi yang bisa ia tanyakan tentang Fani. Terlalu banyak bertanya tentangnya malah akan mencurigakan. Dan berbahaya sekali jika hal ini sampai ke telinga Fani, yah jika dia benar-benar JunEonnie.

Love is over (neowaui yaksokdo), love is over (hamkkehan sigando)…

Ponsel Junhyung berdering. Komposer tadi menyuruhnya pergi ke lantai bawah untuk mengambil lirik. Cih dasar, tadi dia menyuruhku untuk menunggunya disini, gerutunya dalam hati. Sepintas terpikir di kepala Junhyung untuk membuat yeoja ini diam. Dia pun mendekati Hye Min dan berbisik pelan ditelinganya, membuat yeoja itu merinding.

“Jangan beritahu orang lain tentang pembicaraan kita. Biar kita berdua saja yang tahu, arasseo?” bisiknya. Hye Min hanya bisa mengangguk cepat. Terakhir, Junhyung mencubit kecil pipi Hye Min. “Ddo mannayo, Hye Min-ssi.” lalu ia pergi meninggalkan ruang tunggu.

Hye Min hanya bisa diam sampai seseorang masuk ke dalam ruang tunggu. “Ya! Apa yang kau lakukan Hye Min-ssi??! Cepat selesaikan pekerjaanmu!!” bentak kepala staf.



Meminum beberapa obat dari pelatih membuat suara Fani kembali pulih secara perlahan. Ini tentu saja membuatnya senang. Tapi Fani merasa ada yang aneh dari Hye Min belakangan ini. Dia lebih sering melamun. Fani yakin Hye Min menyembunyikan sesuatu darinya.

“Hye Min-a, kita ini bersahabat kan?” tanya Fani serius. Hye Min mendesah mendengar pertanyaan ini. Ia mengalihkan pandangannya dari jendela kelas.

“Jadi selama ini kau meragukan persahabatan kita?” jawab Hye Min malas. Tidak seperti biasanya Hye Min kehilangan semangat seperti ini.

“Ne, buktinya kau tidak menceritakan masalahmu padaku. Aku tahu kau sedang dalam masalah. Ceritakanlah kalau kau menganggapku sahabatmu.”

Hye Min sebenarnya ingin menceritakan masalahnya(sebenarnya ia bingung apakah itu disebut masalah atau bukan) pada Fani tapi namja itu melarangnya. Dan Hye Min berjanji akan selalu menyimpan rahasia itu sekalipun Fani berusaha membunuhnya.

Belakangan ini percakapannya dengan Junhyung selalu memenuhi pikirannya. Oke kalau dia hanya bertanya mengapa sedikit sekali staf office yang bekerja, itu wajar. Tapi sampai bertanya berapa banyak staf yang tidak masuk dan siapa temannya yang sedang libur terlalu membingungkan untuk Hye Min. Untuk apa Junhyung menanyakan hal tidak penting itu? Ditambah ia meminta untuk merahasiakannya. Untuk apa coba?

Jujur, walaupun senang dapat bertemu dan berbicara langsung dengan Junhyung, tapi bukan percakapan itu yang Hye Min inginkan. Bahkan ia sampai lupa untuk meminta foto bersama dengannya karena perlakuan Junhyung yang terlalu mengagetkan untuk Hye Min.

Hye Min yakin keputusannya untuk menyembunyikan hal ini dari Fani adalah benar. Sebagai fans Junhyung, ia sadar harus mempertahankan kepercayaan Junhyung padanya.

“Tenang, aku tidak apa-apa. Yakinlah kalau saat ini aku sedang bahagia.” ucap Hye Min. Fani belum pernah mendengar Hye Min berkata seperti itu. Apakah ia benar-benar tidak apa-apa? Bagaimana pun juga, Hye Min adalah sahabatnya. Fani tak akan memaksa Hye Min untuk menceritakan masalahnya kalau memang ia tidak mau.

Author’s POV End



Fani’s POV

Malam ini setelah mengerjakan tugas-tugas kuliah, aku menyempatkan diri untuk membuka internet. Sepertinya sudah lama aku tidak membukanya. Hmm…apa yang harus aku buka? Berita tentangku? Atau fanpageku? Sepertinya lebih baik aku membuka fanpage dulu. Tapi setelah kubuka, aku segera menutupnya lagi. Wae? Terlalu banyak pesan, komentar, dan kiriman-kiriman di beranda-nya yang membuatku malas melihat dan membacanya. Aku pun membuka situs soompi.com dan mencari berita tentang JunEonnie. Tak perlu repot-repot mencari, berita tentangku muncul di halaman pertama.

Berita pertama, ini membuatku tertawa kecil, tentang JunEonnie yang diduga sebagai penjual bunga dekat supermaket di Seoul.

JunEonnie = Penjual Bunga ?

Kabar mengejutkan datang dari seorang penjual bunga yang diduga sebagai JunEonnie asli. Warga sering melihat si Penjual Bunga yang selalu keluar malam dengan menggunakan pakaian mirip JunEonnie. Warga juga sering kehilangan si Penjual Bunga saat JunEonnie sedang tampil di TV.

Diketahui beberapa hari yang lalu si Penjual Bunga kehilangan suaranya, tepat saat kita tahu JunEonnie juga kehilangan suaranya. Ketika ditanyai mengenai masalah ini, si Penjual Bunga tidak ingin angkat bicara. Malah beberapa hari belakangan ini tokonya sering tutup.

Apakah dia benar-benar JunEonnie? Kita tidak tahu. Tidak ada bukti yang kuat untuk ‘memvonis’ dia adalah JunEonnie. Bisa saja dia benar-benar JunEonnie atau hanya seorang Penjual Bunga yang ingin meniru JunEonnie. Atau bisa juga JunEonnie adalah orang-orang di sekitar kita!

“Aku? Penjual bunga? Hahaha…ini benar-benar menggelikan! Dia bisa saja bertingkah seakan-akan dia adalah JunEonnie. Tapi sampai kapanpun, JunEonnie tetaplah aku!”

Berita kedua, ini membuatku senang, tentang Sungri Bigbang!

Sungri Bigbang Mengaku Sangat Mengagumi JunEonnie

Seungri, atau yang akrab dipanggil V.I., mengaku sangat mengagumi JunEonnie saat sedang mengadakan konferensi pers mengenai album solonya yang baru. Ia berkata “Aku sangat mengagumi JunEonnie. Entah itu suaranya, penampilannya saat di panggung, ataupun caranya menjaga rahasia. Dia seorang entertainer yang baik sekali.”

Seungri juga mengatakan bahwa salah satu lagu dalam album solonya terinspirasi dari JunEonnie. Dia berharap bisa mengenal JunEonnie. “Aku sangat berharap suatu saat nanti bisa mengenal siapa JunEonnie. Itu merupakan cita-citaku saat ini, walaupun sepertinya tidak mungkin, hahaha…”

Ketika ditanya apakah dia pernah bertemu dengan JunEonnie, dia menjawab, “Pernah sekali saat kami tampil di salah satu acara musik. Walaupun hanya sebentar, tapi itu membuatku sangat senang. Malamnya, aku langsung men-tweet pertemuanku dengan JunEonnie di Twitter.”

Tidak heran jika seorang artis papan atas seperti Seungri mengagumi JunEonnie. Bahkan David Archualita pun mengaku menyukai JunEonnie setelah mendengar lagunya yang berjudul ‘Replay The Secret’. Tapi yang sekarang menjadi pertanyaan adalah, siapa idola yang paling disukai JunEonnie?



“Idola yang paling aku sukai? Siapa ya? Hmm…aku suka K.Will, Bigbang, Beyonce, dan Rihanna. Tapi DBSK juga aku suka. Kira-kira, bagaimana ya ekspresi kelima idola itu kalau mereka tahu aku menyukai mereka?” Bayangan tentang respon mengejutkan dari mereka pun mulai bermain-main di otakku.

JunEonnie Menjadi Pasangan Duet BEAST Dan Akan Tampil Untuk Pertama Kalinya Dalam MV Fiction?

Setelah menolak terlibat dalam pembuatan MV dengan semua pasangan duetnya yang dulu, akhirnya JunEonnie akan tampil dalam MV terbaru BEAST, Fiction, sekaligus menjadi pasangan duet mereka.

Ini mengejutkan sekali mengingat JunEonnie tidak pernah tampil dalam MV-nya sendiri. Berbagai respon positif muncul dari kalangan netizen. Tapi tidak sedikit juga dari mereka yang bertanya-tanya mengapa pihak JE Entertainmet membiarkan JunEonnie tampil dalam MV BEAST. Apa yang sudah pihak CUBE tawarkan? Pertanyaan itu yang paling sering muncul dari para netizen.

Beberapa netizen mengatakan, “Mungkin karena lagu Fiction terkenal sampai ke Eropa”, dan “Penjualan albumnya sangat tinggi, mungkin pihak JE menyadari betapa menguntungkannya hal itu.”. Meskipun begitu, pihak JE dan CUBE sendiri belum mengadakan konferensi pers mengenai hal ini.

Berita ini langsung saja menjadi trending topic di berbagai situs-situs jejaring sosial. Para fans yakin lagu Fiction yang baru ini akan mencapai posisi 1 di berbagai tangga lagu musik. Mereka tidak sabar menunggu tanggal rilisnya yang menurut kabar akan rilis bulan depan.

Dengan ini berarti BEAST adalah pasangan duet pertama yang berhasil melibatkan JunEonnie dalam pembuatan MV-nya. Ini tentu saja membuat iri pasangan JunEonnie yang dulu. Semoga saja peluncuran lagunya berjalan dengan lancar.

Setelah membaca berita yang satu ini, aku sedikit menyesal. Kenapa dari awal Pak Son menyetujui kerjasama ini? Sampai saat ini aku belum menceritakan ancaman Junhyung pada siapapun. Aku terlalu takut. Kalau saja dari awal aku tahu Junhyung itu seperti apa, aku pasti menolak mentah-mentah tawaran itu.

Pak Son, dari awal dia memang hanya memanfaatkanku. Dia akan melakukan apapun agar perusahaannya tidak jatuh, yah, dia pekerja keras. Kata-kata seperti “Aku menganggap JunEonnie seperti anakku sendiri.” atau “Aku bangga memiliki anak seperti JunEonnie.” sebenarnya hanya kata-kata kosong bagiku. Aku hanyalah seorang ‘penghasil emas’ baginya. Walaupun tak dipungkiri bahwa aku juga memanfaatkannya untuk membiayai hidupku.

Aku rasa sudah cukup, sekarang waktunya pergi tidur, sudah terlalu malam.


To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar