Minggu, 27 Mei 2012

Why You Want To Be My Boyfriend? (Part 3)

-Title :
Why You Want To Be My Boyfriend? (Part 3)
-Author :
JunEonnie
-Main cast :
Jung Eun Ji (A Pink)
Yesung (Super Junior)
-Support cast :
Im Yoona (SNSD)
Jung Yong Hwa (CN Blue)
-Rating :
PG-13
-Genre :
Love, Friendship
-Length :
Chapter
Ps :
Ada yang kaget ngeliat kemunculan chapter terbaru ff ini? Well, ada beberapa orang yang nanyain gimana kabar ff ini. Makanya setelah lama hiatus, aku lanjutin lagi.
Maaf kalo ceritanya gak sesuai sama yang diharapkan. Aku masih belum pro bikin alur cerita jadi menarik. Sekarang aja aku masih bingung gimana ngelanjutin chapter 4-nya-.-”
Ya udah, langsung aja yuk ke cerita!^^
--- 

Sekumpulan yeoja sedang mengerubungi sebuah mobil di depan gerbang kampus sambil berteriak setengah histeris. Ada apa sih?

“Yoona, ada apa ya? Kenapa ribut sekali?”

“Molla.” jawab Yoona santai. Tak lama seseorang keluar dari kerumunan itu, maksudku mungkin orang yang sedang dikerumuni. Dan dia adalah Yesung. Sial!

Terlambat untuk bersembunyi sekarang, dia sudah ada di depanku. Apa yang diinginkan namja ini? Aku benar-benar tidak bisa membaca pikirannya.

“Mau apa kau?”

“Mengajakmu kencan hari ini.” jawabnya ceria sambil menggandeng lenganku. “Ya! Apa yang kau lakukan? Lepaskan lenganku!” ucapku pelan.

“Boleh aku tahu siapa namamu?” Yesung mengalihkan pembicaraan pada Yoona.

“Yo, Yoona imnida.” jawab Yoona tergagap.

“Baiklah Yoona-ssi, aku akan menculik Eun Ji sebentar darimu, tidak apa-apa kan?”

Yoona merlirik ragu padaku. Ia tahu aku tak ingin pergi dengan namja aneh ini. Tapi, “Baiklah. Hati-hati di jalan.”

Sial. Teman macam apa dia??

Aku terpaksa masuk mobil Yesung karena namja itu terus memaksaku. Ini juga untuk menghindari tatapan iri para yeoja padaku. Mereka berharap berada di posisiku, huh? Demi apapun aku rela menukar posisiku dengan mereka.

“Bisa tidak sih kau berhenti menemuiku di depan kampus? Apa kau sengaja ingin membuatku malu?!” protesku.

“Ani. Bukankah lebih baik kalau aku jemput di depan kampus? Kau tinggal masuk mobil saja kan?”

“Dan mendapat tatapan sinis dari para fansmu, begitu? Kau gila!”

“Ne, aku memang gila, gila karena mencintaimu, hahaha…” jawab Yesung dengan tawanya yang menyebalkan. Apa dia tidak merasa bersalah sedikit pun?

“Kau namja gila yang pernah kutemui, Yesung-ssi…”

“Ya! Jangan panggil aku ‘Yesung-ssi’! Panggil aku ‘oppa’ atau…ah! Bagaimana kalau ‘chagi’?” Yesung berkedip manja padaku. Well, aku akui dia sangat, ehm, cute saat melakukan itu.

“Jangan harap.”


Yesung mengajakku ke Times Square Shopping Center. Hey, untuk apa dia membawaku ke tempat itu? Kalau ada yang melihat bagaimana? Dasar bodoh!!

“Kau gila…untuk apa kau mengajakku ke tempat ini?” tanyaku dingin. Aku masih duduk diam di mobil sementara dia membukakan pintu mobil untukku.

“Aku kan sudah bilang, kita akan berkencan hari ini!”

“Ya! micheosseoyo? Kau ingin kita masuk headline majalah besok hah?!” bentakku. Tapi sepertinya dia tidak peduli. Dia malah menarikku keluar dan menggandeng tanganku erat menuju mall tanpa menggunakan penyamaran sedikitpun. SEDIKITPUNNN!!!! Ya Tuhan…selamatkan hidupku dari amukan para ELF!!!T.T

Orang bernama Kim Jong Woon ini tidak melepaskan genggaman tangannya selama di mall. Masuk ke dalam toko baju, dia menggenggam tanganku, masuk ke dalam toko boneka, dia menggenggam tanganku (dia membelikanku boneka beruang besar berwarna coklat tua dengan ukuran kepala dua kali lebih besar dari badannya), bahkan saat masuk ke games area pun dia masih menggenggam tanganku.
Sial, mukaku pasti seperti kepiting rebus sekarang. Bagaimana tidak, orang-orang terus memperhatikan kami. Tidak sedikit dari mereka yang menggambil foto kami dari ponsel. Beberapa yeoja memandang tajam ke arahku sambil berbisik-bisik.
             
“Ya! Kim Jong Woon! Bisa kita pulang sekarang? Aku sangat malu berada disini denganmu sekarang.” ajakku paksa saat dia sedang bermain permainan Binggo. Dia melakukannya dengan satu tangan karena tangannya yang lain sedang menggengam tangan kiriku, sedangkan tangan kananku memegang boneka pemberiannya. Ini memalukan. Sebelumnya aku belum pernah membawa-bawa boneka sebesar ini di dalam mall, dengan seorang namja pula!
             
“Yes!!! Binggo!!! Kau lihat itu Eunnie? Jarumnya berheti di angka 100 lagi!” teriaknya girang. Dia tak henti-hentinya tersenyum. Dan senyumnya itu membuatku...hey! apa aku mulai mengidolakannya lagi? Tapi jujur saja, senyumnya itu manis sekali dan membuatku sedikit, ehm...nyaman?
             
“Kau sudah menang tiga kali, jadi sekarang ayo kita pulang!”
            
“Aish, arasseo. Kajja!” dengan tiba-tiba Yesung melepaskan genggaman tangannya. Baru saja aku berpikir bahwa aku bebas, tapi ternyata Yesung merangkul bahuku mesra.
            
“Singkirkan tanganmu dari bahuku. Jangan membuatku malu!”
             
“Shireo. Aku ingin orang lain tahu kalau kau ini milikku. Apa itu salah?”
             
“Jangan bersikap seolah-olah kau tidak bersalah Yesung-ssi, karena kau...” tanpa membiarkanku berbicara lebih panjang, Yesung menarikku ke dalam photo box.
             
“Ya! Apalagi yang akan kau lakukan?” mendengar pertanyaanku ini, Yesung malah terlihat heran. Tenang Eun Ji-a, tenang! Kau tidak boleh mengamuk padanya lagi seperti di parkiran waktu itu. Kalau tidak, dia akan melakukan hal yang lebih gila untuk membalasnya.
             
“Apa kau tidak tahu fungsi photo box untuk apa? Apa kau tidak pernah masuk ke sini sebelumnya?”
             
Aku diam, malas menjawab pertanyaannya. Aku tidak tersenyum sedikit pun saat kami melakukan pemotretan.
             
“Ya! Jung Eun Ji!! Apa bibirmu membeku?! Kenapa kau tidak tersenyum? Nanti hasilnya jelek semua!”
            
“Untuk apa aku tersenyum untuk foto bodoh ini?” jawabku dengan muka cemberut.
             
“Baiklah kalau kau tidak mau tersenyum, aku akan...”
             
Chuup~ #Jepret
             
Tepat sebelum jepretan foto terakhir, Yesung menciumku. Mencium tepat di bibirku. Di bibirku! DI BIBIRKU!!!!!!
             
“Yap, walaupun tidak tersenyum, setidaknya foto terakhir ini terlihat indah, haha...” ucapnya senang tanpa merasa bersalah. Sialan!
             
“Y, ya! Apa yang kau lakukan bodoh?!” bentakku. Pipiku pasti memerah sekarang.
             
Tanpa mendengar ucapanku, Yesung langsung menarik tanganku. “Ayo kita pergi. Foto ini akan kusimpan. Kalau kau menginginkannya, aku akan mencetaknya lagi untukmu.”
             
Dengan paksa aku melepaskan genggaman tangannya. Namja ini benar-benar kurang ajar! Berani-beraninya dia merebut ciuman pertamaku!
             
“Apa kau diciptakan untuk menjadi orang menyebalkan seperti ini, huh? Kau sudah merebut ciuman pertamaku Yesung bodoh!” ucapku. Tanganku pun tidak tahan untuk memukul dadanya keras. Tapi itu percuma, pukulan yeoja sepertiku akan terasa seperti cubitan bagi seorang namja.
             
“Siapa suruh kau tidak tersenyum, chagiya? Wajah cemberutmu itu lama-lama akan membakar lensa kamera.” ucapnya sambil mencubit kecil pipiku.
            
Deg! Perasaan apa ini? Kenapa jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya? Aku merasa darah di pipiku memanas. Dan bisa kupastikan warnanya berubah menjadi merah. Amarahku pun sedikit menurun. Ya ampun, apa-apaan ini?
             
“Waeyo? Apa kau demam? Pipimu memerah chagi...” dan di hadapan semua pengunjung yang lewat, Yesung memegang kedua pipiku lembut. Tapi tidak lama karena aku segera menangkisnya. “Ani, nan gwenchana. Ini karena aku sangat malu menjadi pusat perhatian disini. Ayo cepat kita pulang!”
             
Aku dan Yesung pun pulang dari tempat itu. Dia mengantarkanku sampai di depan rumah. Entah dari mana dia mendapatkan alamat rumahku, aku sendiri bingung. Apa Yoona yang memberi tahu namja ini? Tapi mereka baru bertemu tadi kan?
             
“Darimana kau tahu alamat rumahku? Apa aku pernah memberitahumu sebelumnya?” tanyaku yang masih belum beranjak dari mobil.
             
“Ani. Aku tahu karena hatiku menuntunku untuk berhenti di tempat ini. Dan mungkin juga karena saking besarnya cintaku padamu, aku sampai bisa menemukan rumahmu, hahaha...”
             
Deg! Tawa itu...tawa itu.....entah kenapa memberikan efek yang lain pada perasaanku. Aku pernah merasakan persaan seperti ini dulu, saat aku sedang parah-parahnya menjadi fans namja di sampingku ini. Apa aku kembali menyukainya?
             
“Sudah-sudah, jangan dipikirkan. Bukankah wajar kalau seorang namjachingu mengetahui alamat rumah yeojachingunya? Masuklah ke dalam dan beristirahatlah. Aku tahu kau pasti lelah hari ini.” dan sebelum aku keluar, tiba-tiba Yesung menarik lenganku dan mencium pipiku lembut. Lalu dia berbisik, “Setiap detik setelah kau keluar dari mobil ini, aku akan terus merindukanmu. Bye chagiya...” entah ini hanya perasaanku saja, tapi sinar matanya menyiratkan bahwa itu bukan hanya gombalan semata.
             
“Jebal keumanhae. Kau terlalu berlebihan dengan perasaan konyolmu itu. Kau pikir aku akan percaya?”
             
Tanpa menunggu jawaban, aku langsung keluar dari mobil dan masuk ke rumah. Aku diam di balik pintu, menunggu mobilnya pergi. Dan lima menit kemudian, terdengar suara derung mobil yang menjauh.
             
Entah kenapa tiba-tiba kakiku terasa lemas. Aku jatuh terduduk di balik pintu. Aku tidak bisa mengontrol perasaanku saat ini. Jantungku tidak bisa berdetak dengan normal semenjak keluar dari photo box. Apa aku mulai menyukainya lagi? Ani, aku ini anti fans-nya!
             
Tapi aku merasa ini bukan perasaan suka, melainkah lebih dari itu. Aku tidak ingin mengatakannya, karena aku tidak mau menyadari hal itu.
             
Sial, sebenarnya rahasia apa yang sedang namja itu lakukan? Kenapa ia tiba-tiba memaksaku menjadi yeojachingunya? Apa ini sebuah permainan? Apa dia sedang mempermainkanku saat ini? Tapi kita baru bertemu beberapa waktu lalu. Kalau dia marah padaku tentang kejadian di tempat parkir itu, dia berhak membalasnya. Tapi apa begini caranya? Ini keterlaluan! Dia berusaha mempermainkan hatiku, lalu apa selanjutnya? Melupakanku? Lagipula, apa untungnya mempermainkanku?
             
Apapun itu, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Ciuman di pipiku tadi, jujur saja, membuat hatiku nyaman.

“Setiap detik setelah kau keluar dari mobil ini, aku akan terus merindukanmu. Bye chagiya...”

Apa itu benar, Yesung-ssi? Apa kau benar-benar sedang merindukanku sekarang? Atau itu hanya salah satu trikmu untuk membuatku masuk ke dalam permainanmu yang misterius?
             
---
             
TOK TOK TOK!!!
             
Seseorang mengetuk pintu rumahku tidak sabar. Siapa yang malam-malam begini datang ke rumahku?
             
Dan begitu kubuka, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Yoona langsung masuk dan menyalakan televisi. Mau apa sih dia?
             
“Lihat itu!” titahnya.
             
Aku sudah mengira ini akan terjadi. Liputan tentangku dan Yesung saat tadi siang. Itu sebabnya aku sengaja tidak menyalakan televisi malam ini. “Matikan saja, aku malas melihatnya.” aku duduk di sebelah Yoona dengan tatapan terpaku pada buku yang sedari tadi aku pegang, padahal membacanya saja aku tidak bisa berkonsentrasi.
             
“Aku tidak menyuruhmu melihat liputan ini, tapi liputan setelahnya! Percuma kau membaca buku, aku tahu bacaan dalam buku itu tidak ada yang masuk sedikit pun ke otakmu.” well, dia benar.
             
“Memangnya setelah ini ada apa?”
             
“Yong Hwa oppa!”
             
Mataku tiba-tiba terbelalak mendengar nama Yong Hwa oppa. Kenapa oppa-ku masuk acara gosip? Apa dia diwawancara? Bukankah saat ini dia sedang di Inggris?
             
“Kau tidak bercanda kan? Masalahnya Yong Hwa oppa...”
             
“Itu dia!!!”
             
Benar saja, itu Yong Hwa oppa yang sedang diwawancara, tapi...di depan kampusnya? Cih, niat sekali wartawan itu sampai pergi ke Inggris segala.
             
“Apa benar adik anda sekarang ini sedang menjalin hubungan spesial dengan salah satu personil Super Junior, Yesung?” tanya suara si wartawan yang sepertinya berdiri di belakang kamera.
             
“Hmm...apa mereka sudah mengkonfirmasi hal ini?”
             
“Yesung sudah mengkonfirmasi hal ini. Tapi sepertinya adik anda masih malu-malu untuk mengungkapkannya. Apa anda tahu sesuatu tentang kedekatan mereka?” tanya si wartawan lagi dengan nada sok tertarik.
             
“Ne, mereka memang sudah menjadi sepasang kekasih sekarang. Aku juga baru tahu itu dari adikku sendiri beberapa hari yang lalu saat dia meneleponku. Dan adikku sebenarnya tidak suka hubungan mereka diketahui publik makanya dia tidak mengakuinya.” jawab Yong Hwa oppa tersenyum.
             
Eh...? MWOOOO?????
             
“Ah...ternyata memang benar. Bagaimana perasaan anda saat pertama kali mendengarnya? Apakah anda terkejut?”
             
“Ne, tentu saja. Kakak mana yang tidak terkejut mendengar adiknya berpacaran dengan salah satu personil anggota boyband yang sangat terkenal?”
             
“Kalau begitu, anda baru tahu kalau adik anda dekat dengan Yesung?” kini suara si wartawan terdengar agak tinggi. Mungkin dia terkejut.
             
“Sudah lama aku tidak pulang ke Korea. Aku disini sibuk belajar dan memang belakangan ini jarang berkomunukasi dengan Eun Ji. Aku sendiri terkejut mendengar kabar ini karena aku tidak tahu Eun Ji dekat dengan seorang namja.”
             
“Oh, pantas saja. Tapi bagaimana pendapat anda tentang hubungan mereka?”
             
“Saya senang jika Eun Ji sudah memiliki pilihan hatinya. Saya hanya bisa berharap hubungan mereka bahagia. Dan untuk para elf, tolong jangan mem-bully adik saya hanya karena masalah ini.” ucap Yong Hwa oppa.
             
Aku tidak tahu lagi apa yang dikatakan si wartawan karena pikiranku tertuju pada si oppa brengsek itu! Oppa macam apa dia?!
             
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil ponsel dan menelepon orang itu. “YA! OPPA! APA KAU GILA?! DIMANA KAU MENYIMPAN OTAK UDANGMU ITU??!”
             
“Aish...YA! AKU INI OPPA-MU, BABO!! SOPANLAH SEDIKIT KALAU BICARA!! WAEYO?!” jawab Yong Hwa oppa yang sama berteriak.
             
“Waeyo? WAEYO?! Ya! Jangan berpura-pura tidak tahu! Apa aku pernah mengatakan padamu bahwa aku rela mengaku menjadi kekasih si Jong Woon itu?! Aku sudah melihat tayanganmu barusan!” teriakku lagi. Yoona yang duduk disampingku pun hanya bisa mengelus-elus pundakku, menyuruhku utnuk sabar, tapi tidak kuhiraukan.
             
“Oh, baguslah kalau kau sudah melihatnya. Bukankah itu lebih baik daripada aku mengatakan yang sejujurnya? Lagipula setahuku kau memang fans beratnya Yesung kan?”
             
“Itu dulu oppa, sekarang tidak! Aku membencinya! Aigoo...eottokhae? Pasti banyak elf yang menggangguku oppa! Kau harus bertanggung jawab!” titahku.
             
“Eotte? Mengatakan pada wartawan bahwa semua yang aku katakan adalah bohong dan dicap sebagai ‘liar’ untuk mendapatkan kepopuleritasan? No way!” jawabnya.
             
“Cih, aku kira kau benar-benar bisa membantuku oppa...ternyata tidak!”
             
“Kalau begitu, jangan meminta bantuanku lagi.” Klik. Dia menutup teleponnya. Dia menutup teleponnya. DIA MENUTUP TELEPONNYA!!!! BABO...!!! AKU BELUM SELESAI BERBICARA...!!!
             
“Sabar ya Eun Ji-a...aku akan selalu berada di sampingmu. Ini hanya masalah waktu saja.” ucap Yoona yang berusaha menenangkanku.
             
“Kau tahu, saat ini ucapanmu benar-benar tidak membantu. Aku butuh solusi Yoona! Apa yang harus aku lakukan?!”
             
“Well, sebenarnya percuma saja kalau sekarang kau masih mengatakan bahwa kau bukanlah kekasih Yesung sementara Yesung dan kakakmu sendiri sudah mengkonfirmasi hal itu.”
             
Sepertinya aku tahu apa yang ada di pikiran Yoona. “Maksudmu aku harus...”
             
“Ne. Terpaksa kau harus mengakui itu pada publik. Aku yakin ini hanya sementara. Yesung oppa sedang merencanakan sesuatu dan kita tidak tahu apa tujuan dan akibatnya untukmu. Jadi, berhati-hatilah.”
             
---
            
Suara-suara berisik dari luar membangunkanku pagi ini. Entahlah, terdengar seperti sedang ada demo diluar. Tapi sepertinya samar-samar...terdengar teriakan namaku! OMO...! Jangan-jangan...
             
Aku segera beranjak dari tempat tidur dan pergi ke jendela untuk mengintip, dan...satu, dua, tiga...entah berapa orang, aku tidak bisa menghitungnya. Yang pasti hampir semuanya membawa kamera recorder. Mereka terus-menerus meneriakkan namaku.
             
“Eun Ji-ssi, kami minta waktunya sebentar untuk menanyakan beberapa pertanyaan! Tolong keluar, Eun Ji-ssi!”
             
Sial, mereka wartawan! Ini pasti gara-gara acara gosip kemarin malam! Apa aku harus membiarkan mereka? Tapi aku ada jadwal kuliah nanti siang dan satu-satunya jalan keluar dari rumah ini hanya dari pintu depan.
             
Aku segera mencari ponsel dan menghubungi Yoona. “Yoona-ya! Di depan rumahku banyak sekali wartawan yang meminta penjelasanku, eotte?”
             
“Ne? Jinjja? Kau tinggal keluar dan menjawab pertanyaan mereka sekaligus mengkonfirmasi tentang berita itu, gampang kan?” jawab Yoona langsung tanpa pikir panjang.
             
“Kau gila? Shireo! Aku takut Yoona-ya...”
             
“Kalau begitu tidak usah keluar rumah.”
             
“Tapi siang ini ada jadwal kuliah! Kau ini bagaimana sih? Aish, jinja!” omelku. Sarannya benar-benar tidak membantu!
             
“Geurae, nanti siang aku akan menjemputmu di rumah. Kita berangkat bersama ke kampus dengan mobilku. Sebaiknya kau pikirkan lagi keputusanmu untuk tidak menemui wartawan-wartawan itu karena aku yakin mereka tidak akan berhenti menunggu di depan rumahmu sampai kau memberikan apa yang mereka mau.”
             
Klik. Tanpa memberiku kesempatan untuk bicara, Yoona menutup teleponnya. Ck, dia pasti baru saja bangun tidur. Arghh...! Lama-lama aku bisa jadi gila!
             
Teriakan di luar makin kencang saat sebuah mobil berhenti tepat di depan rumahku. Para wartawan itu kini telah siap di depan pintu mobil untuk mewawancarai si empunya mobil. Dan aku tahu siapa yang datang. Haruskah aku membukakan pintu untukknya?
             
Tanpa mempedulikan banyaknya wartawan yang berusaha menanyainya, dia berjalan ke depan pintu rumahku. “Eun Ji-a...! Aku datang! Cepat buka pintunya...!”
             
Entahlah. Seperti ada yang mengontrol tanganku untuk membuka kunci pintu dan membiarkannya masuk lalu menguncinya kembali. Kenapa aku membiarkannya masuk?
             
“Aku tahu pasti banyak wartawan yang datang kesini setelah tayangan kemarin. Tapi tenang saja, aku dan pihak SM akan mengadakan konferensi pers untuk mengkonfirmasi hal ini nanti. Dan chagi, aku kesini untuk menjemputmu. Ayo, sebaiknya kau mandi dan bersiap-siap.” titah Yesung saat dia menjatuhkan dirinya di sofa ruang tengah.
             
“Sebaiknya kita bicarakan ini. Aku-belum-pernah-mengatakan-bahwa-aku-adalah-kekasihmu-pada-kakakku. Dia berbohong saat diwawancarai wartawan menyebalkan itu. Tolong jangan salah paham.” jelasku yang masih berdiri di hadapan Yesung.
             
“Ani. Aku tahu sangat tidak mungkin kau mengatakan hal itu pada kakakmu sendiri. Tapi aku senang dengan apa yang dia katakan walaupun itu semua bohong. Aku berusaha yakin kalau kau benar-benar menerimaku, hahaha...”
             
Tawa itu, entah kenapa terasa hambar. Seperti ada kesedihan di dalamnya. Apa dia merasa sedih karena aku belum juga menerimanya? Sesuatu yang besar sepertinya telah menghantam ruang kosong di hatiku. Apa aku merasa iba padanya? Kenapa aku sepertinya tiba-tiba ingin keluar dan menjelaskan pada wartawan-wartawan itu bahwa aku memang kekasih namja ini? Andwae Eun Ji-a, andwae...!
             
“Yesung-ssi...” panggilku dengan wajah datar tanpa ekspresi.
             
“Panggil aku chagi atau oppa, dan aku akan menjawab panggilanmu.” jawabnya tanpa memangdangku karena matanya kini sedang terfokus pada layar ponsel. Csk, chagi? Oppa? Yang benar saja...aku sudah lama tidak memanggilnya dengan sebutan ‘Yesung oppa’ semenjak menjadi anti fansnya!
            
Aku terdiam sejenak untuk meredam amarahku. Untuk menghadapi namja aneh se-tingkat dia, aku harus bersabar. “Geurae, Yesung oppa...” panggilku dengan penuh penekanan.
             
“Ne, chagiya?” dan kini tatapannya beralih padaku.
             
“Jebal, tolong beritahu aku yang sebenarnya. Kenapa kau melakukan semua ini padaku? Tolong jawablah dengan jujur...tidak mungkin alasannya karena kau mencintaiku, benar kan?” tanyaku dengan nada memohon. Ya, karena aku benar-benar butuh kepastian sekarang!
             
Yesung, ehm, oppa menhelai nafas panjang dan menatap mataku dalam. “Jawabannya tidak akan pernah berubah. Aku-benar-benar-mencintaimu-Eun-Ji-a. Kau pasti tidak puas dengan jawaban ini, tapi aku tidak memiliki jawaban lain. Sekarang bersiap-siaplah, aku akan mengantarmu ke kampus.”
             
Walaupun aku masih belum yakin dengan jawabannya itu, tapi entah kenapa sebagian kecil lubuk hatiku merasa senang mendengarnya. Apakah pantas seorang antis sepertiku senang diperlakukan seperti itu olehnya?
             
Aku langsung mengirim pesan pada Yoona untuk tidak menjemputku. Dan dia terdengar sangat terkejut saat tahu bahwa Yesung oppa sedang berada di rumahku sekarang. Yah, siapa sih yang tidak terkejut?
             
Setengah jam kemudian aku masuk ke dalam mobil Yesung oppa. Yah tentu saja diiringi suara dan kilatan cahaya dari banyak kamera. Mereka berusaha berbicara padaku, tapi aku sebisa mungkin tidak mendengarkan mereka. Yesung oppa hanya tersenyum saat para wartawan itu mengajukan pertanyaan padanya.
             
Haahh~ lega rasanya bisa menjauh dari para wartawan itu. Seperti ada kerikil-kerikil kecil yang dikeluarkan dari telingaku. Yah, walaupun itu hanya sementara karena aku yakin di kampus nanti tidak jauh berbeda dengan di depan rumah.
             
Eh, mau kemana ini? Jalan ke kampusku kan tidak lewat sini!
             
“Oppa, kita mau kemana?! Kampusku kan lewat jalan sana!” ucapku sambil menunjuk jalan yang sudah terlewat.
             
“Kita ke dorm-ku sebentar.” jawabnya.
             
Mwo? Dorm-nya? Apa maksudnya... dorm SUPER JUNIOR???!!!!

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar