Jumat, 18 Mei 2012

[Freelance] Triangle Love (Part 5)

Title : Triangle Love (Part 4)
Author :
Dini
Main Cast :
Cho Kyuhyun ( SUPER JUNIOR )
Kim JongWoon ( SUPER JUNIOR )
Dini ( Author narsis )
Fani Yunisa [OC]
Support Cast :
All member Super Junior
Rating :
PG
Genre :
Love
Length :
Chapter
---



JongWoon's POV
Hari ini aku sedang tidak jadwal, jadi aku memutuskan untuk mengunjungi cafeku Handel & Gretel. Lalu aku pulang membawa makanan untuk para hyung dan dongsaengku untuk makan siang, karena aku tau Wookie sedang tidak ada di dorm. Sesampainya di dorm, aku melihat sepatu seorang yeoja. Siapa yang datang? Pikirku.
"Yeeeeeeeey....... Aku menang juga akhirnya...." teriak Kyu dari dalam kamarnya, sepertinya dia sedang bermain game. Setelah aku meletakkan semua makanan yang aku bawa, aku berjalan menuju kamar Kyu. Aku kaget melihat yeoja yang bersama Kyu, dia adalah Dini. Apalagi melihat posisi mereka saat ini membuat hatiku sakit. Yang aku lihat saat ini adalah Kyu sedang mengelus-ngelus kening Dini.
"Mianhae, aku tidak bermaksud menyakitimu." kata Kyu. OMO! Kyu mencium kening Dini! Dan lalu memeluknya! Aigoo, ingin sekali rasanya aku menarik Dini menjauh dari Kyu dan menghajar si evil magnae itu.
"Saranghaeyo Dini-ah.." kata Kyu lalu melepas pelukannya.
"Sudahlah oppa jangan bercanda, itu tidak lucu. Aku akan ke dapur memasak untukmu, kau tunggu disini, ne?" kata Dini hendak beranjak pergi, tapi dicegah oleh Kyu.
"Aku tidak bercanda, Aku serius!" kata Kyu, menelungkupkan kedua tangannya di pipi Dini. Wajahku memanas dan tanpa aku sadari aku mengepalkan kedua tanganku.
"Aku benar-benar mencintaimu. Kau adalah yeoja yang selama ini membuat jantungku memompa darah lebih cepat saat bertemu dengamu, kau yeoja yang membuat paru-paruku sesak kekurangan oksigen saat aku melihat kau berdekatan dengan namja lain, aku juga tidak tahu sejak kapan rasa ini tumbuh dihatiku? Entah sejak kapan aku tidak bisa berhenti memikirkanmu, membayangkan senyumanmu? Dan entah sejak kapan aku selalu merindukanmu? Tapi yang jelas, yang aku rasakan saat ini adalah aku tidak ingin kehilanganmu." kata Kyu lalu memeluk Dini erat lagi. Aku sudah tidak sanggup lagi mendengarkannya. Sakit, itu yang aku rasakan. Hatiku hancur berkeping-keping, berantakan! Secepat inikah Kyu mengatakan cintanya kepada Dini, bahkan mereka tidak pernah terlihat bersama. Apa aku memang harus mengalah untuknya? Tapi aku tidak mau kehilangan Dini? Akhirnya aku beranjak menuju dapur, meminum sebotol air mineral yang aku ambil dari kulkas, mencoba untuk menenangkan diriku.
JongWoon's POV End
Fani’s POV
            “Lotte World???” ucapku terbelalak ketika mobil Donghae oppa memasuki wilayah Lotte World. Dia ingin mengajakku ke tempat ini?
            “Ne. Sepertinya kau sangat terkejut, wae?” tanya Donghae oppa.
            “Ani. Hanya saja, apa tidak apa-apa kita pergi ke tempat ramai seperti ini dengan penyamaran seperti itu?”
            “Aish, tidak usah mengkhawatirkan masalah itu. Dua kali aku pergi ke tempat ini tidak ada satupun yang menyadari bahwa aku ini Lee Donghae. So, let’s have fun!”
            Aku tidak yakin dengan ide gilanya ini. Mengajakku ke tempat bermain yang dipenuhi banyak orang? Bagaimana kalau ada elf yang menyadari identitasnya? Bayangkan saja kalau sampai ada berita “Lee Donghae Super Junior berkencan di Lotte World bersama kekasihnya”. Well, kenapa aku mengatakan ‘berkencan’? Karena kami memang seperti sepasang kekasih sekarang. Kau pikir untuk apa seorang namja dan yeoja pergi bermain bersama kalau bukan untuk berkencan? Walaupun pada kenyataannya aku dan Donghae oppa bukanlah sepasang kekasih*poor*.

            Hari ini sangat menyenangkan. Aku mencoba banyak wahana di tempat ini dengan Donghae oppa. Dan jantungku tidak pernah berhenti berdetak dua kali lebih cepat. Ini bukan karena efek dari wahana ekstrim seperti roller coaster atau semacamnya, melainkan karena Donghae oppa yang terus menggenggam tanganku! Sial, apa dia ingin membuatku jantungan di usia muda?
            Setelah puas dengan semua wahana yang ada, kami memutuskan untuk beristirahat di kedai es krim. Baru di tempat itulah Donghae oppa melepaskan genggaman tangannya. Tapi entah kenapa itu malah membuatku menyesal.
            “Setelah ini bagaimana kalau kita naik bianglala?” tanya Donghae oppa yang masih bersemangat. Sepertinya dia tidak merasa lelah sedikit pun.
“Apa tidak sebaiknya kita pulang saja oppa? Kita sudah terlalu lama disini, hari juga sudah semakin sore.”
“Hanya bianglala saja, setelah itu kita pulang. Eotte? Jebal...” pinta Donghae oppa dengan puppy eyes-nya. Keumanhae oppa! Kalau kau menunjukkan puppy eyes-mu itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa!
“Aish...keumanhae! Geurae, kita naik bianglala setelah ini.” kataku yang dibalas dengan cubitan kecil di kedua pipiku. Dia tersenyum senang. Sangat senang malah.
Ada apa dengan namja satu ini? Seharian ini dia ceria sekali. Tingkahnya seperti orang yang sedang jatuh cinta. Oh, come on Fani...don’t thinking about that. It just will hurt yourself!
Haaahhh...~sepertinya aku benar-benar jatuh cinta pada namja di depanku ini.

Karena hari sudah semakin sore, banyak pengunjung yang memutuskan untuk pulang. Suasana di Lotte World menjadi lebih sepi dibandingkan tadi siang. Begitu juga di bianglala. Hanya ada beberapa orang yang mengantri di tempat antrian.
Bianglala ini bisa dibilang sangat besar. Butuh beberapa menit untuk mencapai satu putaran. Dan wahana ini termasuk salah satu wahana incaran para pasangan kekasih jika sedang berkencan disini karena selain pemandangannya yang indah, suasananya pun sangat romantis. Apalagi sore hari seperti ini, pemandangan matahari tenggelam terlihat sangat indah.
“Wuahh...mataharinya terlihat cantik sekali oppa! Aku belum pernah naik bianglala sore hari seperti ini sebelumnya!” ucapku takjub saat bianglala mencapai puncak untuk yang pertama kalinya.
JPRET!
Suara apa itu? Seperti suara kamera? Dan benar saja, ternyata Donghae oppa sedang memotretku dengan ponselnya.
“Ya! Oppa! Bilang-bilang kalau mau memotretku!” ucapku dengan wajah cemberut yang dibuat-buat. Donghae oppa hanya tersenyum melihatnya.
“Kau lebih cantik jika difoto dengan gaya natural seperti itu. Wajahmu jadi terlihat lebih bercahaya.” ucapnya. Selalu...selalu seperti itu. Dia selalu mengatakan bahwa aku lebih cantik jika difoto dengan gaya natural. Apa memang seperti itu? Ah~molla. Aku sendiri tidak menyadarinya.
“Oppa, sepertinya kau ceria sekali hari ini, seperti orang yang sedang jatuh cinta...” akhirnya aku keluarkan juga pemikiran itu. Aku tidak bisa mendiamkannya lebih lama, aku juga tidak ingin hal ini menjadi pikiran di hari-hari ke depan.
“Kau benar, aku memang sedang jatuh cinta.”
Deg! Jadi benar? Dia memang sedang jatuh cinta? Aku berusaha tersenyum mendengar jawabannya. Meski itu menyakitkan...
“Ah, pantas saja. Aku bisa menebak siapa yeoja beruntung itu. Apa kau sudah mengatakan perasaanmu padanya?” tanyaku. Aku tahu yeoja yang dia maksud. Pasti salah satu member SNSD, Jessica. Gosip tentang kedekatan mereka sudah menyebar di majalah-majalah beberapa waktu yang lalu. Tapi entah kenapa Donghae oppa mengatakan bahwa gosip itu tidak benar.
“Hmm...belum. Tapi aku pasti akan mengatakannya. Tenang saja, aku akan menceritakannya padamu. Kau kan salah satu dongsaeng terbaikku selain para dongsaeng di Super Junior!” jelasnya dengan senyum lebar. Entah kenapa senyum itu kini tidak membuatku meleleh seperti biasanya. Malah senyum itu seperti menusukku. Apalagi mendengar bahwa dia hanya menganggapku sebagai dongsaengnya.
“Aku senang kalau kau bahagia oppa.”
“Ne, gomapta. Sekarang, karena kau dongsaeng terbaikku, aku akan memberitahumu fakta yang sangat penting tentangku.”
“Apa itu oppa?” tanyaku. Aku tidak terlalu penasaran dengan ini. Semangatku tiba-tiba menghilang entah kemana.
Donghae oppa diam agak lama sambil memperhatikanku. Senyum tak pernah lepas dari mulutnya. Memangnya apa yang akan dia katakan?
“Fakta bahwa...aku sangat mencintai dongsaengku sendiri. Fakta bahwa aku sangat mencintainya sejak dulu. Fakta bahwa dialah yang menjadi semangatku selama ini. Fakta bahwa dialah satu-satunya alasan kenapa aku tidak mengakui kedekatanku dengan Jessica. Dan fakta bahwa saat ini, aku sedang menyatakan perasaanku padanya...”
Aku diam. Mataku sedikit buram karena air mata yang menggenang. Kenapa Donghae oppa mengatakan hal itu? Ini sudah keterlaluan...
“Jebal, keumanhae...oppa. Bercandamu sudah terlalu berlebihan.”
“Ani. Aku tidak bercanda. Aku sangat serius untuk masalah ini. Aku-Sangat-Mencintaimu Fani-ah. So, would you be my girlfriend?”
Tepat saat dia mengatakan itu, bianglala berhenti karena waktunya sudah habis. Dan posisi kami saat ini tepat berada di tempat paling atas.
Air mataku yang sudah tidak terbendung lagi akhirnya terjatuh juga. Perasaanku bercampur aduk saat ini, aku sendiri tidak bisa mendeskripsikannya. Seorang Lee Donghae yang aku cintai ternyata mencintaiku! Coba bayangkan bagaimana perasaanku saat ini! Memikirkan semua yang ia lakukan hari ini membuatku menangis semakin keras.
Tidak ada jawaban lain. Dengan suara dan senyum yang bergetar, aku menjawab, “Yes, oppa, I do!”
Langit sore hari yang indah semakin menambah kesan romantis diantara kami. Perlahan, Donghae oppa mencium keningku lembut dan mesra. Dengan senyum termanisnya, dia mengatakan, “Gomapta, aku akan selalu menjaga dan melindungimu.”
Fani’s POV End
Donghae’s POV
            “Fani-ah, gwenchana?” tanyaku karena selama perjalanan pulang, dia terlihat melamun terus. Dan sepertinya memang sedang memikirkan sesuatu sampai panggilanku pun tidak ia dengar. “Fani-ah?”
            “Eh...ne?” jawabnya yang tersadar dari lamunan.
            “Waeyo? Dari tadi kau melamun terus? Apa ada yang sedang kau pikirkan? Atau jangan-jangan...kau sebenarnya tidak ingin menjadi yeoja-ku?”
            “Ya! Masukan aku ke rumah sakit jiwa kalau aku sampai menolakmu, oppa. Itu sama saja aku membunuh diriku sendiri.” jawabnya yang membuatku bernafas lebih lega.
            “Makanya jangan membuatku khawatir. Memangnya apa yang sedang kau pikirkan?” tanyaku sambil melirik sekilas padanya karena aku sedang fokus menyetir.
            “Aku sedang memikirkan Yesung oppa.” deg! Kenapa disaat seperti ini yang dia pikirkan adalah Yesung hyung?!!
            “Ya ya ya!!! Belum 24 jam kau menjadi yeojachinguku tapi kau sudah memikirkan namja lain?!” ucapku terkejut. Tenang Donghae, tenang!!
            Mendengar ucapanku, Fani tersenyum. “Jangan bilang kau cemburu pada hyung-mu sendiri oppa? Aku hanya memikirkan kata-katanya kemarin saat menggendong Dini yang tertidur ke kamar. Kau tahu apa yang Yesung oppa katakan?”
            Aku sebenarnya sudah menebak apa yang dikatakan Yesung hyung. Yah, jika melihat kejadian kemarin di dorm, aku yakin dia mengatakan sesuatu tentang cinta. Tapi aku tetap penasaran, makanya aku tanya saja, “Memangnya apa?”
            “Yesung oppa mengatakan ‘Saranghaeyo, Dini-ah...’ sambil membelai lembut pipi Dini. Jujur saja aku kaget mendengarnya. Tapi bukan berarti aku cemburu lho oppa.” jelasnya.
            “Ah, jinjjayo? Sebenarnya, kemarin malam aku melihat Kyuhyun dan Yesung hyung bertengkar di dorm. Didengar dari percakapan mereka, sepertinya, yah, mereka berdua mencintai sepupumu itu. Kyuhyun mengancam Yesung hyung untuk menjauhi Dini, tapi dia menolaknya. Yesung hyung berkata bahwa dia tidak akan sanggup melakukan hal itu.”
            “Pantas saja sikap Kyuhyun oppa berubah belakangan ini...Tapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Itu urusan pribadi mereka bertiga.” ucap Fani diiringi helaan nafas yang panjang.
            “Ne. Apa kau tahu siapa yang Dini sukai?”
            “Nan mollayo oppa. Aku hanya tahu dia fans-nya Yesung oppa.”
            “Oh...”
            Kami diam selama beberapa saat, terlarut sendiri dalam pikiran masing-masing. Lalu tiba-tiba, sesuatu muncul di pikiranku. “Fani-ah, namamu jelek sekali.”
            Mendengar ucapanku pun, Fani langsung bereaksi. “Ya! Namaku kan bagus oppa! Bahkan di kampus, yang bernama Fani cuma aku tahu...!” dia mengembungakn pipinya. Aigoo...neomu aegyo! Kalau aku sedang tidak menyetir, pasti sudah kucubit pipinya itu!
            “Kubilang jelek ya jelek. Aku malas memanggil namamu.”
            “Cih, lalu kau ingin memanggilku apa?” tanyanya dengan wajah yang cemberut. Itu membuat wajahnya tidak lucu, melainkan menjadi sangat lucu!!*bow*
            “Bagaimana kalau aku memanggilmu...‘chagiya’?” tanyaku dengan senyum evil yang berhasil aku tiru dari si maknae. Terlihat ekspresi wajahnya yang berubah.
            “Csk, sampai mengatakan namaku jelek segala...kau ini pintar mencari alasan oppa.” jawabnya dengan senyum malu-malu. Ah~senangnya bisa membuat pipi imutnya itu memerah.
            “Jadi, bagaimana chagi?”
            “Aku akan senang mendengarnya, oppa.” ucapnya malu-malu. Haahhh~hari ini benar-benar indah!
             (Malam harinya dirumah Fani)
Dini's POV
Arrrrrggggggggghhhh..... Apa yang harus aku lakukan? Entah kenapa, tadi saat Kyuhyun oppa menyatakan cintanya kepadaku, aku malah memikirkan Yesung oppa. Kenapa aku seolah menginginkan Yesung oppa yang menyatakan itu semua kepadaku? Sebenarnya ada apa denganku? Apa yang harus aku lakukan? Eottokhae? Aku benar-benar pusing! Aku mengacak rambutku frustasi, lalu menghempaskan tubuhku ke ranjang.
"Tok..Tok..Tok.." suara pintu kamarku diketuk.
"Masuk..!" teriakku dari dalam kamar. Kulihat Fani masuk ke dalam kamarku.
"Ya! Kenapa mukamu kusut sekali? Ini aku sudah mendapatkan tiket untukmu pulang ke Indonesia besok." katanya lalu memberikan tiket kepadaku dan duduk di tepi ranjang. "Pesawatmu take off jam 11 siang, sebaiknya kau beres-beres dari sekarang."
"Ne, gomaweo Fani." jawabku lesu.
"Kau ini kenapa? Apa kau sedang ada masalah?" tanya Fani. Aku mulai menceritakan kejadian di dorm tadi, saat Kyuhyun oppa menyatakan cintanya kepadaku.
"MWO!? Secepat itukah dia menyatakannya padamu?" kata Fani dengan mata membulat karena terkejut.
"Ne, aku juga bingung Fani. Entah kenapa saat Kyuhyun oppa menyatakan cintanya, aku malah kepikiran Yesung oppa? Dan entah kenapa aku malah mengharapkan Yesung oppa lah yang menyatakan itu semua? Eottokhae? Aku bingung Fani?" kataku tertunduk putus asa.
"Haa? Jinjja? Apa kau juga menyukai Yesung oppa?" tanya Fani. Apa maksudnya dengan kata JUGA?
"Apa maksudmu? Aku juga menyukai Yesung oppa? Memangnya Yesung oppa menyukaiku?" tanyaku bingung.
"Eh? Memang tadi aku bilang begitu?" katanya nampak bingung. "Hmmm... Sepertinya, sudah saatnya kau mengetahuinya." Fani menceritakan semuanya. Ya, SEMUANYA! Dia bilang waktu itu aku tertidur dan Yesung oppa menggendongku ke kamar, lalu membelai wajahku lembut ,dan mengatakan SARANGHAEYO! Ya, SARANGHAEYO! OMO! Apa ini semua benar?
"Ji..Jinjja? Kau jangan bercanda Fani.."
"Aku tidak bercanda, dan tadi Donghae oppa juga bilang, kemarin malam dia melihat Yesung oppa dengan Kyuhyun oppa bertengkar memperebutkanmu!"
"Aigoo, aku malah tambah bingung sekarang? Eottohke Fani? Hei, tadi kau bilang Donghae oppa? Kemana saja kau seharian ini bersamanya, huh! Apa kalian berkencan?" tanyaku menyelidik, mencoba mengalihkan pembicaraan, aku tidak mau membahas Yesung dan Kyuhyun oppa lagi. Aku bingung!
"Ah, aniya. Aku hanya menemaninya sarapan." jawabnya malu-malu.
"Haah? Sarapan katamu? Memangnya ada orang sarapan sampai seharian, huh?" tanyaku ingin tahu.
"Ok! Aku akui aku memang pergi dengannya ke Lotte World. Kau tahu? Dia menyatakan cintanya kepadaku di Bianglala, tepat saat Bianglala itu berhenti di puncaknya, Aah.. aku sampai menangis mendengarnya. Aku hanya bisa mengatakan ‘Yes oppa, I do!’ dengan perasaan yang, aaaa.....!! Aku benar-benar tidak bisa menjelaskannya!!" katanya menggebu-gebu.
"Haaaaah,, Kau sudah jadian dengannya? Jinjja? Ah, Chukkae Fani-ah.." jeritku lalu memeluknya. "Chukkae, chukkae, chukkae....." kataku lagi lalu melepas pelukanku.
"Gomaweo.. Lalu bagaimana denganmu? Kapan kau menyusulku dengan Kyuhyun oppa, eh? Atau Yesung oppa?"
"Mollaseo Fani-ah, sudahlah aku ngantuk. Jaljayo Fani-ah.." kataku lalu berbaring di ranjangku dan menarik selimut, Fani pun keluar dari kamarku.
Dini's POV End
Author's POV
Sementara itu di waktu yang sama di dorm SJ. Yesung sedang terpuruk di dalam kamarnya sendiri, dia duduk di tepi ranjangnya, menatap kosong ke depan.
Apa yang harus aku lakukan? Yeoja itu benar-benar membuatku gila! Aku benar-benar tidak ingin kehilangan dia! Tapi dia bersama Kyuhyun sekarang, aku tidak mungkin merampasnya dari dongsaengku sendiri. Batin Yesung, lalu dia beranjak dari kamarnya, menuju dapur untuk mengambil air mineral dingin untuk mendinginkan kepalanya. Di ruang tengah dia melihat Kyu sedang sibuk dengan iPhone nya. "Kyu.." panggil Yesung lalu duduk berhadapan dengan Kyu, Kyu menatap Yesung dengan tatapan yang dingin. "Chukkae, kau memang pantas berada di sisinya, dia terlalu muda untukku. Kumohon jangan sakiti dia, dia gadis yang baik. Aku tidak akan segan-segan merampasnya darimu jika aku melihat kau membuatnya menangis, arra?" kata Yesung berdiri lalu menepuk pundak Kyu dan pergi menuju dapur.
Haah? Apa yang dikatakannya barusan? Oh, sepertinya dia melihat saat aku mencium kening Dini, lalu menyatakan perasaanku pada Dini, dan dia mengira aku berpacaran dengannya. Hahahaha.. Baguslah, dengan begitu dia akan menjauhi gadisku. Batin Kyu tersenyum evil, lalu kembali sibuk dengan IPhone nya.
Author's POV End
(Keesokan Harinya)
Dini's POV
Aku menggeliat mengerjap-ngerjapkan mataku mencoba untuk bangun. Masih jam 5 pagi. Aku memang sengaja bangun pagi-pagi sekali hari ini, aku akan memasak untuk oppadeul. Aku tidak sempat berpamitan pada mereka, kalian tahu? Incheon-Seoul itu memakan waktu 1 jam perjalanan, dan jika aku mengunjungi mereka hanya untuk berpamitan, butuh waktu setidaknya 2 jam perjalanan pulang pergi. Jadi, aku beinisiatif memasak saja untuk mereka sebagai tanda perpisahan, nanti biar Fani yang mengantarkannya ke dorm.
Dini's POV End
Fani's POV
"Whoooaaaaaammm........" aku menguap, mengerjap-ngerjapkan mataku, aah, sudah jam 6 pagi ternyata. Aku segera beranjak dari ranjangku, lalu mandi. Dua puluh menit kemudian aku selesai mandi, berganti baju, lalu turun menuju dapur. Hmmm,, wanginya enak sekali, siapa yang memasak sepagi ini? Aku mempercepat langkahku menuju dapur, dan kulihat Dini sedang menata makanannya ke dalam Tupperware dan memasukkannya ke dalam kantong plastik besar. Untuk siapa dia memasak sebanyak itu? Aku menghampirinya yang masih sibuk berkutat dengan makanannya.
"Annyeong Dini-ah.." sapaku. Dia lalu mengalihkan pandangan dari makanannya ke arahku.
"Ah, annyeong Fani-ah..." jawabnya sambil tersenyum.
"Cah, sudah selesai.." gumamnya.
"Kenapa kau memasak banyak sekali? Siapa yang akan memakannya?" tanyaku bingung.
"Aissh, ini untuk oppadeul. Sebagai tanda perpisahan, nanti setelah kau mengantarku ke bandara, kau antarkan ini ke dorm, ne?" tanyanya.
"Ne, arasseo." jawabku lalu menyantap jangjamyeon yang telah disediakan oleh Dini untukku.
"Gomaweo.. Ya sudah aku ke kamar dulu membereskan barang-barangku." aku mengangguk mengiyakan, dan Dini pun pergi ke kamarnya.
Fani's POV End
Dini's POV
Setelah selesai membereskan semua barang-barangku, aku bersiap-siap lalu turun untuk segera berangkat ke bandara, karena sekarang jam sudah menunjukkan pukul 09.30 pagi. Ku lihat Fani duduk di ruang tengah, sibuk dengan iPhone nya, tapi sepertinya dia menyadari kehadiranku.
"Kau sudah siap?" tanyanya. Aku menganggukkan kepalaku mengiyakan. Sebenarnya terasa sangat berat untukku meninggalkan semuanya disini. Ya, semuanya. Semua kenangan tentangku bersama orang-orang yang sangat aku idolakan, terutama kenangan bersama Yesung dan Kyuhyun oppa. Aissh, kenapa aku jadi teringat kepada mereka berdua lagi. Mengingat mereka berdua membuat hatiku gelisah, aku jadi semakin merasa berat untuk meninggalkan Korea. Aku memasukkan koperku dan makanan untuk oppadeul ke bagasi mobil Fani, lalu aku duduk di kursi depan disamping Fani. Selama perjalanan, aku hanya diam dan sepertinya Fani mengerti kalau saat ini aku memang sedang tidak ingin bicara. Ketika aku melewati perpustakaan, aku teringat saat pertama kali aku bertemu dengan Kyuhyun oppa, dan semuanya berawal dari sini. Ya, semua kenangan yang sekarang membuatku bingung!
"Sudah sampai. Kajja, nanti kau terlambat." kata Fani membuyarkan lamunanku.
"Ah, ne." jawabku lalu turun dan mengambil koperku dari bagasi, lalu berjalan bersama Fani ke bagian keberangkatan.
"Gomaweo Fani-ah, jeongmal gomaweo.. Mianhae, selama aku disini, aku selalu merepotkanmu." kataku lalu memeluk Fani. Fani membalas pelukanku.
"Cheoman Dini-ah, aku sama sekali tidak merasa direpotkan, aku senang kau bisa berlibur disini bersamaku, jadi kau tidak usah minta maaf, ne?" kata Fani lalu melepaskan pelukannya. Kurasakan cairan bening dari mataku mengalir dipipi chubbyku. "Ya! Kenapa kau menangis? Sudahlah, aku tau kau sangat berat meninggalkan mereka, tenang saja aku akan selalu mengirimu email tentang mereka" kata Fani menghapus air mataku dengan tangannya.
"Yaksokhaejwo."
"Ne. Aku janji." katanya mengangguk mantap.
"Gomaweo." kataku, lalu memeluknya lagi.
"Ya sudah, kau hati-hati ya. Aku akan ke dorm mengantarkan makanan yang kau buat pada oppadeul. Jaga dirimu, Bye.." kata Fani lalu pergi meninggalkanku di lobi keberangkatan.
Setelah beberapa lama menunggu, jam akhirnya menunjukkan hampir pukul 11, aku memutuskan untuk segera boarding, tapi baru beberapa langkah, aku terhenti mendengar pengumuman pesawatku delay 1 jam entah karena apa. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk di lobi bandara sambil bermain PSP menunggu hingga jam 12 siang tiba. Ya, karena pesawatku take off jam 12 siang. Aku mengirim pesan kepada Fani, memberitahunya bahwa pesawatku delay 1 jam.
Dini's POV End
Fani's POV
Sesampainya di dorm, kebetulan sekali oppadeul sedang berkumpul walaupun hanya ada Leeteuk, Yesung, Shindong, dan Eunhyuk oppa. Sepertinya yang lainnya sedang ada jadwal.
"Annyeong oppadeul.." sapaku seperti biasa.
"Annyeong.." jawab mereka kompak. Aku melirik ke arah Yesung oppa, dia tampak berbeda sekali, dia lebih pendiam dan murung sekarang.
"Kau sendirian kesini? Kemana sepupumu?" tanya Leeteuk oppa.
"Ah, ne oppa. Dini sudah pulang ke Indonesia, pesawatnya mungkin baru saja take off. Dan ini, aku membawakan makanan untuk kalian. Ini Dini yang memasaknya, sebagai tanda perpisahan, dia minta maaf karena tidak bisa berpamitan secara langsung pada kalian." jelasku "Aku simpan di ruang makan saja ya?" lalu aku berjalan menuju dapur, dan membereskan makanan yang aku bawa di meja makan, setelah itu aku kembali ke ruang tengah.
"Aku pulang..." teriak seseorang. Suaranya tidak asing lagi di telingaku. Hei, itu kan suara Donghae oppa. Aku mempercepat langkahku ke ruang tengah untuk bertemu dengannya.
(Sesampainya di ruang tengah)
"Chagi..?" kata Donghae oppa terkejut melihatku ada di dorm, lalu menggenggam tanganku. "Kenapa kau tidak menghubungiku dulu kalau kau mau kesini?"
"Haah? CHAGI?" teriak oppadeul dengan mata membulat.
"Ah, ne. Aku dan Fani memang sudah berpacaran, mian baru memberi tahu kalian sekarang." kata Donghae oppa menggaruk tengkuknya salah tingkah. Sedangkan aku hanya bisa menundukkan wajahku malu.
"Kau sudah tidak mencintaiku lagi Hae-ya?" kata Eunhyuk oppa.
"Tentu saja aku masih mencintaimu Hyukkie." kata Donghae oppa, membuat Eunhyuk oppa tersenyum. "Hanya saja aku lebih mencintai yeoja yang ada disampingku saat ini." kata Donghae oppa mempererat genggaman tangannya, lalu tersenyum ke arahku. Sudah bisa kupastikan wajahku merah karna malu. Lalu Donghae oppa menarikku untuk duduk.
Drrrrrttt....Drrrrrtt...Drrrrtt...
Ponselku bergetar, ada pesan yang masuk ternyata dari Dini. Dia bilang pesawatnya delay 1 jam entah karena apa.
"Dari siapa chagiya?" tanya Donghae oppa.
"Dari Dini, dia bilang pesawatnya delay 1 jam." jawabku. Kulihat ada perubahan pada wajah Yesung oppa.
"Oh, berarti dia baru akan take off jam 12 siang nanti, ne?" kata Leeteuk oppa. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Kulihat Yesung oppa beranjak dari duduknya, meraih jaket, topi dan kunci mobilnya, lalu berjalan menuju pintu depan.
"Ya! Yesungie! Kau mau kemana?" teriak Leeteuk oppa.
"Aku pergi dulu sebentar hyung!" jawab Yesung oppa menghentikan langkahnya.
"Jangan lama-lama. Ingat, kau ada jadwal sore ini!" kata Leeteuk oppa tegas. Yesung oppa mengangguk lalu pergi. Sepertinya aku tahu dia akan pergi kemana. Tanpa sadar aku tersenyum melihat kepergian Yesung oppa.
Fani's POV End
JongWoon's POV
Hatiku semakin sakit ketika Fani bilang Dini kembali ke Indonesia hari ini. Mungkin aku memang harus melupakannya, dan membuang semua rasa cintaku kepadanya. Apa aku sanggup? Ah, mollayo. Kulihat Fani mengambil ponsel dari saku jaketnya.
"Dari siapa chagiya?" tanya Donghae pada Fani.
"Dari Dini, dia bilang pesawatnya delay 1 jam." jawab Fani. Mwo? Delay 1 jam? Berarti masih ada kesempatan untuk menyatakan perasaanku padanya.
"Oh, berarti dia baru akan take off jam 12 siang nanti, ne?" kata Leeteuk hyung. Fani hanya mengangguk mengiyakan. Tanpa pikir panjang aku beranjak dari tempat dudukku. Kuraih jaket, topi dan kunci mobilku, lalu berjalan menuju pintu depan.
"Ya! Yesungie! Kau mau kemana?" teriak Leeteuk hyung, membuat langkahku terhenti.
"Aku pergi dulu sebentar hyung!"
"Jangan lama-lama. Ingat, kau ada jadwal sore ini!" kata Leeteuk hyung. Aku mengangguk lalu pergi. Aku tidak ingin sampai terlambat. Kulirik jam tanganku, ah, sudah jam 11 lebih 5 menit. Aku harus cepat! Kulajukan mobilku dengan kecepatan tinggi, tapi tetap berhati-hati.
Skip...<
Sesampainya di bandara, aku segera berlari menuju bagian keberangkatan, tentu saja dengan penyamaranku. Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru lobi keberangkatan, berharap menemukan Dini. Kulirik jam tanganku lagi, jam tanganku menunjukkan pukul 12.05. Apa dia sudah boarding? Ah, sepertinya aku memang sudah terlambat. Aku melangkahkan kakiku meninggalkan bandara, tapi langkahku terhenti ketika melihat seorang yeoja memegang PSP yang sedang berjalan untuk boarding. Aku langsung berlari ke arahnya dan menariknya ke tempat yang agak sepi lalu menariknya ke dalam pelukanku. Kupeluk tubuhnya erat, membenamkan wajahku di pundaknya. Aku tidak peduli dia membalasnya atau tidak, yang jelas aku ingin melepas semua rasa yang sudah berkecamuk di hatiku dengan memeluknya.
"Oppa.." panggilnya. Aku melepaskan pelukanku, menggenggam kedua tangannya.
"Saranghaeyo Dini-ah, jeongmal saranghaeyo.." kataku, lalu mempererat genggaman tanganku. Dia menundukkan wajahnya. Kutelungkupkan kedua tanganku di wajahnya, mengangkat wajahnya sehingga dia menatapku.
"Aku tau, aku terlambat mengatakan ini semua. Kau sekarang sudah bersama Kyuhyun. Aku tidak bermaksud membuatmu bingung, aku hanya ingin kau mengetahui perasaanku saja. Saranghaeyo.." aku memeluknya erat lagi, membenamkan wajahku dipundaknya, dan tak kusangka dia membalas pelukanku. Aku mempererat pelukanku lagi, tidak peduli dengan orang-orang yang sekarang memperhatikan kami. Kudengar dia terisak, apa dia menangis? Kulepaskan pelukanku, dan benar dugaanku, dia menangis. Kuusap air mata yang mengalir di pipinya.
"Uljima, walaupun kau sudah bersama Kyuhyun, aku akan tetap menyayangimu. Arra?"
Chuupp~..
Aku mencium keningnya, lalu menggenggam tangannya lagi.
"Kau harus boarding sekarang. Jaga dirimu baik-baik, aku akan selalu merindukanmu." dia menganggukkan kepalannya, aku melepaskan genggaman tanganku, lalu dia berbalik melangkahkan kakinya dan pergi. Aku hanya bisa menatap kepergiannya dari hadapanku, dan mungkin dari kehidupanku. Aku berbalik melangkahkan kakiku meninggalkan bandara dengan rasa sakit, dan kekecewaan dalam hatiku.

TBC...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar