Minggu, 23 Oktober 2011

Can I Get Your Heart? (Part 2 - End)

-Title :
Can I Get Your Heart? (Part 2 – End)
-Author :
JunEonnie
-Main Cast :
Bae Sue Ji/Suzy (Miss A)
Lee GiKwang (B2ST/BEAST)
Song Joong Ki
-Support Cast :
Choi Jin Ri/Sulli (F(X))
Lee Taemin (SHINee)
Park Bom (2NE1)
Jang Wooyoung (2PM)
Park Cho Rong (A Pink)
-Rating :
PG-15
-Genre :
Love, Friendship
-Length :
Chapter


Suzy’s POV

“Ani ani ani! Bukan seperti itu! Disini dijelaskan bahwa si Pangeran menatap si Putri dengan terpesona karena kecantikannya. Bukan tatapan bingung, GiKwang!!” Cho Rong menghentikan GiKwang yang sedang beradu akting denganku. Dia memang kami pilih sebagai sutradara dalam latihan. Taemin dan Wooyoung yang berperan sebagai kurcaci tertawa kecil melihat akting GiKwang.

“Mian, aku lupa apa yang harus aku katakan.”

“‘Aku akan membayar berapapun asal kalian mau menjual peti itu dan Putrinya padaku.’ Masa kau lupa?” aku bangun dari posisi tidurku.

“Mian. Aku sedang banyak pikiran. Ayo kita ulangi.” apa? Banyak pikiran? Apa dia sedang dalam masalah?

“Arasseo. Satu, dua, tiga, action!” teriak Cho Rong pada kami. Kami pun langsung mengubah mimik wajah kami dan menyesuaikannya dengan cerita.

Dalam cerita


Suatu hari seorang pangeran muda datang ke rumah kurcaci dengan maksud mencari tempat peristirahatan.

Tok tok tok!

“Jeogiyo! Adakah orang di dalam?” sahut si Pangeran dari luar.

Tiba-tiba pintu terbuka dan tampaklah seorang namja bertubuh kecil, diikuti temannya yang lain dari belakang. Ia tersenyum pada Pangeran dan bertanya, “Ada yang bisa hamba bantu, Pangeran?” Sepertinya kurcaci itu tahu bahwa tamu yang datang ke rumahnya adalah seorang Pangeran, dilihat dari pakaian yang ia kenakan.

“Adakah kamar kosong disini? Aku membutuhkan kamar untuk beristirahat. Hanya semalam saja.”

“Ne, isseoyo. Silahkan masuk.” Kurcaci dengan sopan menyilahkan Pangeran masuk ke gubuk kecilnya.

Ketika Pangeran masuk ke ruang tamu mereka, ia melihat Putri Salju terbaring dalam sebuah peti mati kaca, begitu cantik diterangi oleh tujuh lilin kecil. Pangeran pun terpesona dengan kecantikannya. Dia membaca tulisan emas di samping peti dan ia baru tahu bahwa putri itu adalah seorang putri raja. Dia meminta si Kurcaci untuk menjual peti mati dengan Putri Mati didalamnya, tetapi para kurcaci tidak akan melakukannya hanya untuk sejumlah emas.

“Aku akan membayar berapapun asal kalian mau menjual peti itu dan Putrinya padaku!” pinta Pangeran.

“Mianhaeo, Pangeran. Hamba tidak bisa menjualnya.”

“Kalau kau tidak bisa menjualnya, berikan saja padaku!”

“Hajiman, Pangeran…” Kurcaci itu tidak melanjutkan kata-katanya karena terpotong oleh Pangeran.

“Aku tidak bisa hidup tanpa melihatnya. Aku akan menghormatinya sebagai hal yang paling berharga di dunia ini. Aku berjanji.” Pangeran sangat berharap sekali mereka mau memberikan peti dan Putri itu padanya.

Kurcaci kasihan kepada Pangeran yang terus memohon padanya. Sebenarnya mereka juga percaya bahwa Pangeran akan menepati janjinya. Dan akhirnya, mereka memberikan peti mati berisi Putri Salju itu padanya.


Dalam cerita – End

“Ya! cut!”

“Hey, nanti saat tampil aku harus tidur dimana?” tanyaku.

“Di meja saja. Dua meja kita rapatkan jadi satu. Baik, adegan selanjutnya, Pangeran membawa si Putri dan petinya ke dalam istana.”

“Bagaimana?”

“Kau hanya tinggal membawanya ke sofa sana, GiKwang!” Sulli menunjuk kursi di dekat pintu.

“Setelah kau meletakan si Putri, jangan langsung pergi. Kau tatapi dulu sebentar, lalu pergi. Kali ini tatapan kagum dan kasihan, arasseo?” perintah Cho Rong.

“Tapi kan di dalam cerita si Putri tidur dalam sebuah peti.”

“Terus kau mau membawa-bawa peti yang ukurannya lebih dari satu setengah meter? Lagipula ini hanya drama. Anggap saja si Putri sedang dalam peti. Setidaknya itu yang dilakukan oleh Taemin saat sedang memainkan drama ini di SMP, iya kan?”

“Ne. Masih kebayang beratnya, iihh. Tapi sepertinya Suzy tidak terlalu berat bagimu, apalagi badanmu ‘agak’ sixpack.”

Kami melanjutkan kembali adegan yang berikutnya. Aku yang berpura-pura tidur dibawa GiKwang ke sofa di dekat pintu. Agak lama hening, mungkin sekarang GiKwang sedang menatapku dengan tatapan kagum sekaligus kasihan. Aku tak bisa bayangkan bagaimana ekspresinya saat ini. Tiba-tiba, ia membelai rambutku dan aku refleks membuka mataku sedikit.

“Neomu yeppeo.”

Apakah ini bagian dari naskah? Seingatku tak ada bagian dimana GiKwang membelai rambutku dan mengatakan aku cantik saat tiba di istana. Apa aku salah?

“Chakkaman! Memangnya ada adegan itu ya?” Park Bom menghentikan kami.

“Gwenchana, aku suka. Kita tambahkan adegan itu ke dalam naskah.” kata Cho Rong.

“Kenapa kau menambahkan adegan itu?” bisikku pada GiKwang.

“Molla. Tiba-tiba saja aku ingin melakukannya.” jawabnya tanpa melihatku.

Bisakah kau mengatakan itu sambil melihatku GiKwang? Kesannya kau tidak benar-benar ingin mengatakannya padaku. Sebenarnya ‘Neomu yepeo” itu apakah benar-benar kau berikan untukku? Atau itu hanya untuk si Putri yang sedang tertidur?

Hari ini kami latihan sampai akhir. Dan, yah, cukup memuaskan. Sebagian naskah sudah mulai kuhafal. Bahkan ada beberapa naskah GiKwang yang aku hafal, hihi.

Tiba-tiba handphone-ku berbunyi, tanda sesorang menelepon. Ah, Joong Ki rupanya.

“Yeoboseo?”

“Jaggi, kau masih di rumah Wooyoung?”

“Ne. Wae?”

“Masih lama tidak?” tanyanya untuk yang kedua kali.

“Aku sudah mau pulang kok. Wae geurae?”

“Aku jemput ya! Sekalian aku juga baru pulang latihan sepak bola.”

“Gwenchana, aku bisa pulang dengan teman-teman kok.”

“Tidak mau tau, aku jemput sekarang ya. Sampai ketemu, jaggi!” klik. Joong Ki menutup teleponnya.

Apa-apaan dia? Aku tak ingin dijemput di depan GiKwang. Lagipula hari ini rencananya aku ingin pulang bersama GiKwang!
***

Sial, aku tidak bisa tidur malam ini. Tatapan GiKwang tadi terus tergambar di pikiranku. Aku tak mengerti ada apa dirinya. Ia seperti menatapku dengan marah saat Joong Ki datang menjemputku. Bahkan saat aku pamit padanya, ia tetap diam. Tersenyum pun tidak. Apakah dia cemburu?

Yah, kalaupun ia tidak cemburu, aku akan tetap selalu mencintainya.

Tak ada sesuatu yang istimewa selama beberapa hari berikutnya. Latihan ketiga pun berjalan dengan lancar. Aku sudah hampir hafal seluruh naskah drama. Dan tampaknya yang lain juga sama.

Dan dalam beberapa hari ini juga, aku sering mendapat tatapan dingin dari GiKwang kalau Joong Ki bersikap terlalu mesra padaku. Aku heran, apakah ia benar-benar cemburu padaku? Tapi saat aku tanyakan padanya kenapa, ia hanya menjawab ‘Gwenchana’ tanpa mengubah tatapan dinginnya itu.
***

“Bagaimana perkembangan drama kelompokmu?” tanya Joong Ki saat kami sedang duduk di taman dekat air mancur. Karena latihan hari ini dimulai setengah jam lagi, Joong Ki mengajaku ke taman ini.

“Baik. Aku dan yang lainnya sudah mulai ‘mahir’, hehe. Yah mungkin Sulli agak sedikit kesulitan menghafal naskah terakhirnya. Tapi aku yakin dia bisa. Kelompokmu sendiri?”

“Sama, kelompokku juga hampir mengusai tokoh mereka masing-masing. Tapi sepertinya kelompokku akan mendapatkan perhatian yang lebih banyak dari teman-teman. Soalnya ada orang tampan sepertiku yang main di dalamnya, hehe.” candanya.

“Cih, pede sekali kau Joong Ki-a! Kita lihat saja siapa yang kelompoknya mendapat perhatian lebih banyak, wee…” aku mencibir.

“Aigoo…neomu aegyo!” pujinya. Tapi jujur saja, pujiannya itu tidak membuatku tersipu malu.

“Cih, berisik kau, jangan membuatku geer!” kataku pura-pura tersipu.

“Suzy…”

“Hmm?”

“Saranghae.”

Aku hanya diam mendengarnya. Aku hanya bingung apa yang harus aku jawab. Apakah aku juga harus mengatakan ‘Saranghae’ padanya? Tapi kan aku tidak mencintainya…. Haahh…walapun begitu, dia adalah namjachinguku.

“Nado.” jawabku tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya padaku. Hey, apa yang akan dia lakukan? Wajahnya terus mendekatiku dan ia menutup matanya. Tunggu…apa ia akan menciumku? Andwae…!

“SUZY…!” teriak seseorang tiba-tiba yang membuat Joong Ki membatalkan niatnya itu. Demi Tuhan, aku merasa terselamatkan dari ‘bencana’ ini. Siapa gerangan yang menyelamatkanku dengan teriakannya yang terdengar sedang marah itu?

“GiKwang? Ada apa?” tanya Joong Ki. Eh, GiKwang? GIKWANG..??! Demi Tuhan aku ingin mengembalikan waktuku ke 20 menit yang lalu. Apakah ia melihatnya? Ya, ia pasti melihatnya. Aku hanya bisa membatu di tempatku sekarang.

“Maaf menganggu aktifitas kalian, tapi Suzy harus latihan sekarang. Wooyoung dan yang lainnya sudah menunggu.” jawabnya datar dengan tatapan dingin. Dan tanpa menunggu jawaban, dia langsung pergi meninggalkan kami.

“Dia kenapa sih?” tanya Joong Ki kesal dengan sikap sahabatnya itu.

“Molla, aku berangkat ya.” tanpa menunggu jawabannya aku langsung pergi menyusul GiKwang. Aku harus menjelaskan kejadian tadi padanya. Harus!!

“Ya! GiKwang, chakkaman! Jangan salah paham dulu! Aku tidak berniat mencium Joong Ki tadi. Dia sendiri yang memulainya. Aku benar-benar…”

“Hari ini semuanya harus sudah lancar. Karena ini hari terakhir latihan, sebaiknya kita latihan memakai kostum dari Cho Rong.” ia mengalihkan pembicaraan, berusaha tidak peduli dengan kejadian tadi.

“GiKwang, jangan seperti ini. Aku benar-benar tidak ada niat untuk…”

“Kita juga harus mempersiapkan property kecil untuk drama nanti. Kita tampil di kelas, jadi tidak mungkin membawa-bawa property besar. Lagipula kita hanya memerlukan pedang, apel mainan, cermin kecil, dan yah barang-barang seperti…”

“GIKWANG! Dengarkan aku dulu…!!” teriakku yang berhasil menghentikan langkahnya. Ia menarik nafas panjang dan…

“Terserah kau mau melakukan apapun dengan Joong Ki. Itu urusanmu, tak ada hubungannya denganku. Tenang saja, aku tak akan bilang pada siapapun. OK?” ia kembali berjalan dan meninggalkanku di belakang.

“Mungkin ini tak ada hubungannya denganmu. Tapi penting bagiku untuk membuatmu percaya bahwa aku tak memiliki perasaan apapun pada Joong Ki.” ucapku pada diri sendiri. Andai saja GiKwang mendengarkannya…

Latihan terakhir kali ini membuatku sedikit tidak nyaman. GiKwang tidak berbicara padaku selama latihan. Dia hanya berbicara padaku saat sedang berakting. Dia bilang kejadian tadi tak ada hubungannya dengan dirinya, tapi kenapa sikapnya tiba-tiba berubah dari ‘dingin’ menjadi ‘lebih dingin’? Ini benar-benar membuatku kesal. Aku ingin menangis, tapi terpaksa kutahan.

Selesai latihan pun, GiKwang langsung buru-buru pulang dengan alasan akan ada acara keluarga. Padahal aku yakin ia tak ingin pulang bersamaku. Haahh…GiKwang, bisakah kau kembali seperti dulu dan mulai mencintaiku? Dan masih adakah harapanku untuk mendapatkan hatimu?

Suzy’s POV End

GiKwang’s POV

“Mungkin ini tak ada hubungannya denganmu. Tapi penting bagiku untuk membuatmu percaya bahwa aku tak memiliki perasaan apapun pada Joong Ki.”

Kata-kata itu terus menghiasi pikiranku. Pelan memang, tapi aku masih bisa mendengarnya. Apa dia sadar bahwa aku mendengarkan apa yang ia katakan tadi?

Apa itu benar? Apa itu benar bahwa kau tidak mencintai Joong Ki? Kalau begitu, kenapa kau mau menjadi yeojachingunya? Dan kenapa sangat penting bagimu membuatku percaya bahwa kau tidak mencintainya? Apa kau mencintaiku sama seperti aku mencintaimu?

Argh…! Yeoja ini lama-lama membuatku gila! Ottokhae? Apa yang harus aku lakukan? Kalau aku merusak hubungan Suzy-Joong Ki, itu sama saja dengan aku merusak persahabatanku dengan Joong Ki.
Tapi kalau aku terus diam seperti ini, aku…

GiKwang’s POV End

Suzy’s POV

Akhirnya hari ini datang juga. Di kelas sudah mulai ribut pagi ini membicarakan tentang drama, padahal Kesenian adalah pelajaran terakhir hari ini(setelah adanya perubahan jadwal).

Aku tak bisa bayangkan sekaku apa aktingku dan GiKwang nanti mengingat dia masih bersikap dingin padaku. Tapi mudah-mudahan dia bisa diajak bekerja sama hari ini.

Yah, waktu berlalu begitu cepat(bagiku) sampai akhirnya pelajaran Kesenian tiba. Karena kelompokku nomor 7, kami tampil paling akhir. Kukira hanya kelompokku saja yang persiapannya sudah matang, ternyata yang lain juga sama. Joong Ki memerankan tokoh Pangeran Korea yang selalu berhasil dalam memimpin perang. Di akhir cerita, ia memeluk tokoh si Putri. Spontan teman-teman sekelas menyoraki mereka dan menyebut-nyebut namaku. Walaupun begitu, aku tak merasa cemburu sedikit pun.

Setelah kelompok 4 selesai, bel sekolah berbunyi. Seharusnya kami pulang, tapi karena ini pelajaran terakhir, Kim seongsaenim memutuskan untuk melanjutkannya sampai akhir walaupun sebagian dari teman-temanku mengeluh ingin pulang.

Menit demi menit berlalu dan akhirnya, “Kelompok 7! Choi Jin Ri, Lee Taemin, Park Bom, Jang Wooyoung, Park Cho Rong, Bae Sue Ji, dan Lee GiKwang.” panggil Kim seongsaenim. Kami yang sudah berpakaian lengkap, memulai drama.

Dalam cerita


“Ja, jadi…putri itu adalah…Putri Salju?” Ratu jahat menunjuk putri di sebelah pangeran dengan gemetaran.

“Ne! Dia adalah Putri Salju. Putri yang dengan teganya kau racuni! Pergi kau dari istana ini! Jangan ganggu pernikahan kami!”

“Tidak mungkin! Kau tidak boleh mengusir Ratu sepertiku!” bentaknya.

“Tidak mungkin ada Ratu yang membuang anak tirinya sendiri dan meracuninya hanya karena masalah kecantikan semata! Prajurit, usir dia!” si Pangeran memerintahkan dua prajuritnya untuk menyeret si Ratu jahat keluar istana. Si Ratu jahat hanya bisa meronta-ronta dan menjerit-jerit dengan perlakuan para prajurit padanya.

Mereka pun melanjutkan acara pernikahan yang mewah nan megah itu.


Dalam cerita – End


Sebentar lagi selesai. GiKwang hanya tinggal memasangkan cincin di jari manisku dan mencium pipi kananku. Dan aku yakin ini akan menimbulkan sedikit kehebohan mengingat hanya kelompok kami yang ada adegan ‘cium pipi’-nya. Yah, kuakui akting GiKwang hari ini bagus sekali, tidak seperti saat latihan terakhir. Aku yakin nilai kami tidak akan buruk. Setelah cincin terpasang, GiKwang memegang kedua tanganku erat. Erat sekali, seperti tidak ingin melepaskannya. Dia mulai mendekatkan bibirnya pada pipiku. Eh, ani, pada bibirku!

Cup! Bibir kami bertemu.

Satu detik, dua detik, tiga detik…aku tak mendengar sorakan ataupun tepuk tangan dari teman-teman seperti saat Joong Ki memeluk putrinya. Aku pun segera melepaskan ciuman GiKwang. Teman-teman sekelompokku pun terkejut dengan adegan terakhir ini. Tak lama kami membungkukan badan tanda berakhirnya drama dan duduk kembali ke bangku masing-masing. Tak ada applaus, hanya tatapan terkejut dari teman-teman sekelas. Kim seongsaenim pun tidak mengatakan apa-apa, dia hanya menyunggingkan senyum tipis.

“Ya, bagus. Akhirnya sudah selesai semua. Yah, untung saja ini sudah diluar jam pelajaran, kalau tidak saya pasti sudah menghukum Sue Ji dan GiKwang. Ddo mannayo!” Kim seongsaenim meninggalkan kelas dengan senyum yang masih tergambar di wajahnya. Senyuman yang seperti mengatakan ‘dasar-anak-muda’.

Kini teman-teman di kelas mulai memandangiku, GiKwang, dan Joong Ki bergantian. Ya Tuhan, apa yang telah GiKwang lakukan? Apa dia sudah bosan hidup tenang?

“Bisa bicara sebentar di luar, GiKwang? Suzy?” tanya Joong Ki dengan senyum yang sedikit dipaksakan. Tanpa menjawab aku langsung pergi ke luar kelas, menjauh dari telinga teman-teman yang siap siaga mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut kami bertiga.

“Apa yang kau lakukan? Apa adegan tadi ada dalam naskah kalian?” tanya Joong Ki tanpa basa basi saat kami tiba di halaman belakang sekolah.

“Ani.” jawab GiKwang datar.

“Maksudnya kau melakukan itu secara spontan, hah?” ada sedikit nada marah dalam suara Joong Ki.

“Ne.” jawab GiKwang lagi.

“Apa kau sadar milik siapa yeoja yang ada di depanmu tadi itu, hah? APA KAU SADAR?” kini Joong Ki sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.

“Jo, Joong Ki, sudahlah. Bukan maksudku membela GiKwang. Aku pun terkejut saat akting GiKwang keluar dari naskah. Tapi itu sudah terjadi dan…” kata-kataku terpotong oleh GiKwang.

“Ne, aku sadar. Aku sadar telah mencium yeoja yang dari dulu SANGAT AKU CINTAI!! YEOJA YANG SUDAH MEMBUATKU BERANI BERBOHONG DENGAN MENGATAKAN BAHWA AKU SEDANG MENCINTAI YEOJA LAIN AGAR KALIAN TENANG!!! PUAS KAU??!!” GiKwang tak bisa lagi menahan amarah yang sedari tadi ia sembunyikan. Jawaban itu membuatku mematung untuk sesaat. ‘yang dari dulu sangat aku cintai’? Maksudnya apa itu? Apakah GiKwang juga mencintaiku?

“Hey, GiKwang, apa yang kau katakan? Jangan bicara…” lagi-lagi dia memotong perkataanku.

“Asal kau tau Joong Ki, Suzy tidak pernah mencintaimu sebagaimana kau mencintainya! Dia pernah berkata bahwa tak ada yang lebih penting baginya selain membuatku percaya bahwa dia tidak memiliki perasaan apapun padamu!” nafasnya tersenggal-senggal karena menahan amarah.

Sesaat Joong Ki diam. Dia mencoba mencerna perkataan GiKwang ke dalam pikirannya.

“Apa itu benar, Suzy?” tanyanya padaku. Kali ini suaranya mengecil. Aku tak menjawab pertanyaannya. Bukannya tak ingin, tapi mulutku terkunci.

Menit demi menit berlalu dan kami terus dalam keadaan diam. Hening. Sampai akhirnya Joong Ki angkat bicara.

“Arasseo, aku juga tidak ingin memaksakanmu, Suzy. Sekarang aku serahkan semua keputusannya padamu. Kau ingin lanjut denganku atau dengan GiKwang, itu terserah padamu. Aku tidak keberatan kalau kau lebih memilih GiKwang. Lagipula aku tidak ingin persahabatanku dengan GiKwang putus hanya gara-gara masalah cinta. Otte, Suzy?” tanyanya padaku. Aku tidak kuat lagi, akhirnya aku meneteskan air mata.

“Tangisan tidak akan memecahkan masalah, Suzy. Aku tau siapa yang akan kau pilih. Tentu saja GiKwang. Arasseo, aku akan melepaskanmu. Tapi dengan dua syarat!” aku dan GiKwang memandang heran padanya.

“Ya! Jangan pandang aku seperti itu. Syaratnya mudak kok. Pertama, aku ingin hubungan kita bertiga seperti dulu lagi, tidak ada permusuhan ataupun sikap dingin. Dan yang kedua, kalian harus mencarikan yeoja pengganti untukku, murid baru kelas sebelah juga OK menurutku. Otte?” ia tersenyum pada kami. Tak terlihat wajahnya yang sedih. Sepertinya dia sudah menyetujui hubunganku dengan GiKwang.

“Ne, aku setuju.” jawabku dan GiKwang bersamaan. Akhirnya terbentuk senyuman di bibir kami. Aku pun memeluk GiKwang dan Joong Ki bersamaan.

“Gomaweo Joong Ki, GiKwang.” ucapku.

Hanya dua kata yang bisa aku ucapkan saat ini. Aku-Bahagia. Akhirnya GiKwang bisa mengeluarkan isi hatinya. Akhirnya ia mau jujur padaku dan Joong Ki tentang perasaannya. Andai saja ia mau jujur padaku dari dulu, masalahnya tidak akan seperti ini. Tapi tak apalah, mungkin Tuhan ingin memberikan masalah ini sebagai ‘bumbu penyedap’ dalam kisah cintaku dan GiKwang.

Kini dekapan itu hilang
Aku bisa bebas berlari mengejarmu
Kini aku tak lagi melihat punggungmu
Melainkan wajahmu yang tersenyum padaku
Setelah perjuangan itu, akhirnya
Aku bisa mendapatkan hatimu

-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar