-Title :
Can I Get Your Heart?
-Author :
Fani Yunisa
-Main Cast :
Bae Sue Ji/Suzy (Miss A)
Lee GiKwang (B2ST/BEAST)
Song Joong Ki
-Support Cast :
Choi Jin Ri/Sulli (F(X))
Lee Taemin (SHINee)
Park Bom (2NE1)
Jang Wooyoung (2PM)
Park Cho Rong (A Pink)
-Rating :
PG
-Genre :
Love, Friendship
-Length :
2shot
---
Suzy’s POV
Aku hanya bisa melihat punggungnya
Selalu melihatnya dari belakang
Aku merasa tak akan pernah bisa menyentuhnya
Ia terlalu jauh untukku
Aku tak bisa berlari mengejarnya
Karena sesuatu mendekapku dari belakang
“Jaggi, ayo ke perpustakaan!”
“Ayo. Eh, GiKwang, kau mau ikut?”
“Ani. Aku ingin di kelas saja.”
Selalu itu jawabannya. Namja yang duduk tepat di depanku itu tak pernah mau pergi denganku lagi semenjak aku berpacaran dengan Joong Ki. Selalu saja mencari alasan. Kalau aku mengajaknya ke kantin, pasti alasannya ‘Aku belum lapar’. Kalau aku mengajaknya pulang bersama, pasti jawabannya ‘Aku masih ada urusan’. Haahh...padahal sebelum aku berpacaran dengan Joong Ki, hubungan kami bertiga sangat baik. Malah kami ini adalah sahabat dekat.
Memang sih dengan Joong Ki ia masih dekat sampai sekarang walaupun tidak seperti dulu. Tapi denganku? Ia berubah total. Joong Ki yang melihat perubahan GiKwang pun berusaha mencari tahu alasannya. Dan yang GiKwang katakan hanyalah ‘Aku sedang mencintai seorang yeoja. Aku tak ingin yeoja itu kecewa kalau aku terlalu dekat dengan Suzy”. Itukah alasan yang sebenarnya?
Jujur aku kecewa mendengar penjelasannya itu. Kecewa karena ia tak ingin dekat lagi denganku dan kecewa karena ia mencintai yeoja lain. Hah? Kecewa karena ia mencintai yeoja lain? Tentu saja, karena aku mencintainya.
Sebenarnya, aku tidak mencintai Joong Ki. Sedikit pun tidak! Aku hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat, tidak lebih. Tapi karena GiKwang tidak memberikan sedikit pun tanda-tanda bahwa ia menginginkanku lebih dari sekedar sahabat dekatnya, aku pun menyerah. Aku menerima begitu saja pernyataan cinta dari Joong Ki. Mungkin dengan menerima Joong Ki sebagai namjachinguku, aku bisa melupakan perasaanku pada GiKwang. Yah, mungkin.
Hari ini Joong Ki tidak bisa mengantarku pulang karena ada rapat organisasi yang sedang menunggunya. Tapi itu bukan masalah bagiku, aku masih bisa pulang dengan berjalan kaki. Lagipula rumahku tidak terlalu jauh dari sekolah.
Aku melihat sosoknya di depan. Ya, itu pasti dia! Siapa? Tentu saja GiKwang.
“Ya! GiKwang...! Chakkaman..!” aku berlari menyusulnya.
“Wae geurae?”
“Kau bilang masih ada urusan, kenapa sudah pulang?” tanyaku dengan nafas sedikit tersenggal-senggal.
“Urusanku hanya sebentar.” jawabnya. Tapi aku merasa ia tidak jujur.
“Kalau cuma sebentar, kenapa kau menolak ajakanku untuk pulang bersama tadi?” tanyaku dengan wajah cemberut tanpa memandang wajahnya.
“Hei, kau sudah kelas 3 SMA, jangan bertingkah seperti anak kecil. Aku kan tidak tau kalau kau akan pulang sendiri, lagipula biasanya juga kau pulang bersama Joong Ki. Kemana dia sekarang?” tanyanya.
“Dia sedang rapat organisasi. Tau sendiri lah di OSIS, selalu saja ada rapat mendadak.”
“Itu kan resikomu sendiri, terimalah.” ia mengacak rambutku pelan sambil tersenyum. Ini yang aku suka darinya. Dia selalu bisa membuat hatiku tenang. Beruntung sekali yeoja yang sedang ia cintai. Andai saja yeoja itu aku...
“GiKwang, bagaimana kalau kita pergi bermain? Sepertinya pasar Namdaemun tidak akan terlalu ramai hari ini. Otte?”
“Mian, aku tidak bisa. Hari ini aku akan pergi ke rumah nenek, akan ada acara keluarga.” jawabnya. Haahh...sudah kuduga dia pasti akan menolak. Apa aku harus putus dulu dengan Joong Ki agar dia mau pergi bersamaku? Ah, molla.
“Gwenchana. Aku akan mengajakmu kalau kau sedang tidak ada keperluan.” dia hanya bisa tersenyum mendengar jawabanku. Senyuman yang manis dan hangat. Apa senyuman itu hanya untukku? Atau kau juga memberikannya pada yeoja lain?
Pagi ini pelajaran Kesenian dimulai. Kim seongsaenim menerangkan mengenai drama yang harus kami kuasai dalam dua minggu.
“Di drama ini semua anggota kelompok harus memainkan satu tokoh dan tidak boleh ada murid yang munculnya hanya 1 menit. Kalaupun akan ada dua atau tiga orang yang menjadi tokoh utama, tokoh yang lain tidak boleh hanya mendapat sedikit bagian. Satu kelompok saya beri waktu 30 menit untuk tampil. Kalian harus menguasainya dalam dua minggu dan penilaian berdasarkan kekompakan kelompok. Mengerti? Atau ada yang ingin kalian tanyakan?”
Joong Ki yang duduk di barisan paling depan pun mengangkat tangannya. “Ne, Song Joong Ki, apa yang ingin kau tanyakan?”
“Apakah temanya sudah ditentukan, seongseanim?”
“Ah, saya hampir lupa. Temanya kalian sendiri yang tentukan. Mau mengangkat cerita tradisional atau modern itu terserah kalian. Dan satu lagi, kelompok yang memakai kostum khusus saat tampil akan mendapatkan nilai tambahan. Ada lagi yang ingin ditanyakan?” tanya Kim seongsaenim. Tapi tampaknya penjelasan tadi sudah cukup dimengerti karena tidak ada lagi siswa selain Joong Ki yang mengangkat tangannya.
“Baiklah jika tidak ada, saya akan membagikan kelompok untuk kalian.” segera Kim seongsaenim mengambil daftar absen dan membagi 5 kelompok yang tiap kelompoknya beranggotakan 7 orang. Sampai terbentuk 6 kelompok aku belum juga disebut. Yang pasti aku tidak akan sekelompok dengan Joong Ki karena dia di kelompok 3. Dan tentunya, aku akan sekelompok dengan GiKwang karena namanya belum juga disebut.
“Kelompok 7, Choi Jin Ri, Lee Taemin, Park Bom, Jang Wooyoung, Park Cho Rong, Bae Sue Ji, dan terakhir Lee GiKwang. Baik, sekarang berkumpul sesuai dengan kelompoknya. Tentukan tema dan alur ceritanya lalu tulis pada kertas selembar. Kajja, palli!”
Benar kan? Akhirnya aku sekelompok dengan GiKwang. Tentunya aku akan lebih senang sekelompok dengannya daripada Joong Ki.
“Ada yang punya ide?” tanya Sulli pada kelompok kami setelah kami duduk berdekatan.
“Jangan tanya aku.” jawab Wooyoung malas yang diikuti oleh Taemin.
“Aish, dasar. Cho Rong, kau punya ide?” tanya Sulli lagi.
“Hmm...bagaimana kalau tentang cerita tradisional Korea? Yah misalnya tentang kisah percintaan di zaman kerajaan-kerajaan gitu.”
“Memangnya sudah pasti kalian punya kostumnya?” tanyaku yang dijawab dengan gelengan kepala oleh mereka.
“Jadi apa dong? GiKwang, kau punya ide tidak?” tanya Park Bom pada GiKwang yang sedari tadi hanya memandang kami.
“Memangnya aku kelihatan punya ide?”
“Aish, kalau seperti ini namja memang susah diandalkan!” kata Park Bom yang kesal karena tak kunjung mendapat ide.
“Hmm...cerita modern saja lah. Lagipula eomma-nya Cho Rong kan desainer baju pesta, kita bisa pinjam baju-bajunya untuk sehari. Lagian cerita modern alurnya lebih mudah dimengerti. Otte?” usulku pada yang lain.
“Aku sih setuju saja. Tapi eomma-nya Cho Rong mau tidak meminjamkan baju-bajunya untuk kita?” tanya Taemin.
“Kalau eomma-ku sih setuju-setuju saja asal itu buat pendidikan. Jadi mau cerita apa? Cinderlella? Aurel Si Putri Duyung? Beauty And The Beast? Atau Snow White?”
“Memang kau punya naskahnya?” tanya Park Bom.
“Itu bisa dicari di internet.” jawab Taemin enteng.
“Terserah kalian, aku sih setuju-setuju saja.” ucap GiKwang akhirnya.
Empat dari kami memilih cerita Snow White yang peran utamanya adalah aku dan GiKwang. Omo! Aku dan GiKwang? Yee, akhirnya...aku senang sekali. Yah, walaupun cuma drama, tapi aku berharap sekali akhir dari cerita itu menjadi kenyataan.
Pulang sekolah kami langsung pergi ke rumah Wooyoung untuk latihan. Karena setiap pulang sekolah kebanyakan dari kami punya kesibukan di organisasinya masing-masing(apalagi Wooyoung dan Cho Rong adalah anggota OSIS), mungkin latihan ini hanya akan dilakukan beberapa kali.
Dan benar saja, setelah didiskusikan, kami hanya akan latihan empat kali dalam dua minggu(termasuk hari ini) yaitu hari Senin, Jum’at, Selasa, dan Sabtu. Aigoo...lama sekali selang latihannya. Masalahnya apakah aku akan hafal teksnya? Mengingat selembar teks pun aku harus membacanya lima kali agar aku tahu intinya. Dan itu baru menemukan intinya saja, bagaimana kalau harus kuhafal?
Tapi jika dilihat, bagianku pendek-pendek walaupun dialognya banyak. Tak apalah, aku akan berusaha mengingatnya. Aku juga tidak ingin mengecewakan GiKwang.
Lumayan juga latihan hari ini. Walaupun masih membaca teks, tapi kami sudah sedikit menguasai tokoh kami masing-masing. Mungkin karena latihan kami yang lama, kami mulai bisa mengusai karekter tokoh yang dimainkan. Aku kaget sekali karena ada dua adegan kisseu antara aku dan GiKwang, itu lho saat si Putri bangun dari tidurnya yang panjang karena ciuman si Pangeran dan terakhir saat si Pangeran menikah dengan si Putri. Tapi kami menggantinya dengan ciuman di pipi.
Suzy’s POV End
Author’s POV
Empat hari kemudian...
“Suzy, GiKwang, ayo! Yang lain sudah menunggu di luar!” ajak Taemin pada Suzy dan GiKwang dari pintu kelas.
“Duluan saja, nanti kami menyusul!” kata GiKwang.
“Wae?”
“Kami mau piket dulu. Kau tidak tau hari ini jadwalku dengan GiKwang?” jawab Suzy.
“Oh, mian, aku lupa. Ya sudah, kalau piketnya sudah selesai kalian langsung ke rumah Wooyoung ya, jangan kemana-mana dulu!”
“Ne.” jawab mereka bersamaan. Taemin pun meninggalkan mereka dengan setengah berlari.
“Ayo cepat selesaikan pekerjaan kita.” ajak GiKwang.
Mereka dan empat orang lainnya segera menyelesaikan pekerjaan mereka. Ada yang menyapu, membersihkan papan tulis, membetulkan posisi meja, dan membersihkan kaca.
Suzy bertugas membersihkan kaca jendela hari ini. Karena posisi kaca jendelanya yang tinggi, ia memerlukan bangku untuk membersihkannya. Segera ia mengambil bangku Wooyoung yang dekat dari kaca jendela. Suzy tidak tahu kalau bangku Wooyoung goyang kalau diduduki karena panjang salah satu kakinya tidak sama. Alhasil, ketika Suzy naik bangku itu, keseimbangannya hilang dan ia jatuh. Tapi...
Hup! Seseorang menangkapnya dari belakang. Dan dia...GiKwang.
“Hati-hati, kursi Wooyoung memang agak sedikit berbeda.” jelasnya pada Suzy yang diam terpaku.
“N, ne. Gomaweo.” jawab Suzy agak tergagap. Jantungnya berdetak dengan cepat karena terlalu senang dengan pertolongan GiKwang. GiKwang hanya membalasnya dengan senyuman dan kembali menyelesaikan pekerjaannya.
Author’s POV End
GiKwang POV
Kelas tidak terlalu kotor hari ini, jadi pekerjaan kami bisa cepat selesai. Satu persatu dari petugas piket pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya. Dan sekarang di kelas hanya tinggal aku dan Suzy.
“Ayo kita pulang, kasian mereka menunggu terlalu lama.” ajakku pada Suzy yang masih memegang lap basah di tangannya.
“Sebentar, kau tidak lihat bunga plastik itu banyak debunya? Aku harus membersihkannya.”
“Arasseo, palli!”
Suzy membersihkan bunga plastik itu dengan hati-hati, takut ada bagian yang robek. Aku yang sedari tadi di sebelahnya terus memandangi wajah cantiknya.
“Selesai...! Jadi cantik kan sekarang?”
“Ne, yeppeo...” tanpa Suzy sadari bahwa aku mengatakan itu sambil terus menatap wajahnya, bukan bunganya.
Ya, dia memang cantik. Jauh lebih cantik dari bunga plastik yang sedang ia pegang. Andai ia bukan milik Joong Ki...ah, semuanya sudah terlambat. Aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaanku padanya sampai-sampai Joong Ki mendahuluiku. Kenapa Suzy menerima Joong Ki? Padahal aku tak pernah mengira kalau Suzy mencintainya. Dia malah lebih perhatian padaku daripada Joong Ki sebelum mereka pacaran. Dan perhatian itulah yang membuatku cinta padanya. Tapi Joong Ki...yah, dia memang namja yang beruntung.
Aku merasa bersalah pada mereka belakangan ini. Terus saja aku menjauhi mereka dengan alasan ‘tak ingin yeoja yang sedang aku cintai menjauh dariku’ karena dekat dengan Suzy. Padahal semua itu bohong. B O H O N G! Aku terpaksa melakukan itu karena tak ingin terlihat terluka di hadapan Suzy. Karena jujur saja, kalau aku dekat dengannya, penyesalan yang mendalam selalu menghampiriku. Hatiku sakit menerima kenyataan bahwa Suzy telah dimiliki namja lain, dan namja itu adalah sahabatku sendiri!
“Ayo kita ke rumah Wooyoung!” ajaknya yang langsung membuyarkan lamunanku. Ah, benar, kami harus latihan. Hampir saja aku melupakannya.
GiKwang’s POV End
Suzy’s POV
Kami pergi bersama menuju rumah Wooyoung. GiKwang tak banyak bicara saat di perjalanan. Ia hanya bicara saat aku bertanya, itupun ia jawab dengan singkat. Aku benar-benar merindukan GiKwang yang dulu. GiKwang yang selalu berbicara santai denganku, GiKwang yang selalu perhatian padaku, GiKwang yang selalu terlihat senang dihadapanku, GiKwang yang selalu baik padaku, GiKwang yang...ah sudahlah. Aku tidak boleh berharap terlalu banyak padanya. Lagipula, ia sudah mencintai yeoja lain.
-The End-
PLEASE LEAVE YOUR COMMENT...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar