Jumat, 02 September 2011

Fallin' In Love In One Day (Oneshot)

-Title :
Fallin’ In Love In One Day
-Author :
Fani Yunisa
-Main Cast :
Kim Yoo Jin/Uee (After School)
Jung Yong Hwa (C.N. Blue)
Kim Heechul (Super Junior)
-Support Cast :
Yoon Bo Mi (A Pink)
Jang Young Nam
Jang Wooyoung (2PM)
Kim Dong Joon (ZE:A)
Kim Taeyeon (SNSD)
-Rating :
PG
-Genre :
Love
-Length :
Oneshot
---

“Huamm...” aku mengantuk sekali pagi ini. Pasti deh setiap pelajaran Geografi bawaannya selalu pingin tidur, padahal baru 10 menit jam pelajarannya dimulai. Hmm, kalau dilihat, hanya Dong Joon yang serius mendengarkan penjelasan Pak Kim. Daripada menahan kantuk, lebih baik aku tidur sekalian.
Duk! Aku terbangun dari tidur dan refleks berteriak, “Aww! Kurang ajar banget sih, sakit tau!” Kulihat penghapus papan tulis yang tergeletak di lantai dan...ya ampun, itu kan Bu Young Nam! Jangan-jangan yang tadi ngelempar...
“Ya!..Kim Yoo Jin! Apa-apaan kamu ini? Ini kan sudah masuk jam pelajaran saya! Cepat pergi ke kamar mandi dan cuci muka!” teriak Bu Young Nam padaku. Aku langsung ditertawakan oleh teman sekelas. Aduh...berarti udah 2 jam pelajaran aku tidur. Kenapa Bo Mi gak ngebangunin aku sih? Akhirnya aku berjalan keluar kelas dengan perasaan malu dan jengkel. Saat keluar kelas, aku melihat seorang namja(kayanya sih murid baru) yang kelihatannya sedang menunggu untuk dipanggil masuk kelas.
“Lagi ngapain kamu disitu?” tanyaku.
“Nunggu dipanggil.” jawabnya dingin tanpa melihatku.
“Biasa aja kali.” kataku sambil meninggalkan namja itu ke kamar mandi. Idih, sombong banget. Kenapa murid kaya gitu dimasukin ke kelas aku sih? Gak banget dehhh...
Selesai mencuci muka aku kembali ke kelas. Tapi ketika masuk, aku terkejut melihat murid baru itu duduk di sebelah bangkuku, sedangkan Bo Mi pindah ke sebelah bangku Wooyoung yang tadinya memang kosong.
“Mianhae Bu Young Nam, kenapa Bo Mi jadi pindah ke sebelah bangku Wooyoung?” tanyaku yang masih berdiri di depan pintu.
“Kamu gak usah protes. Kamu sama Bo Mi suka berisik terus kalau jam pelajaran lagi berlangsung. Ini kesempatan Ibu buat misahin kalian. Udah duduk sana!”
Cih, sialan nih guru killer. Dengan terpaksa aku duduk dengan murid baru itu. Kulihat papan namanya yang bertuliskan ‘Jung Yong Hwa’, seketika aku tertawa kecil karena teringat dengan anjing peliharaan tetanggaku dulu yang sering dipanggil ‘Yong Hwa’. Yong Hwa hanya memandang tajam ke arahku dan kemudian kembali memperhatikan Bu Young Nam. Dengan suara kecil aku bergumam, “Biasa aja kali.”

“Bo Mi...kayanya hari-hari kedepan bakalan jadi hari-hari yang suram deh buat aku.” curhatku ketika sedang tiduran di kamar Bo Mi.
“Wae?” tanya Bo Mi.
“Tuh murid baru, si Yong Hwa, aku gak suka banget sama dia. Orangnya gak ramah and sinis gitu. Gila aja kalau aku terus sebangku ama dia, pasti bakalan kesiksa deh.”
“Jangan gitu dulu, itu kan baru awalnya. Siapa tau aja dia tuh baik.”
“Kesan pertamanya aja udah kaya gitu Bo Mi...apalagi nanti. Kenapa sih senyum-senyum?” aku heran melihat Bo Mi yang senyum-senyum sendiri.
“Jujur ya, aku iri sama kamu, Uee. Menurut aku Yong Hwa tuh keren banget, cakep and kayanya pinter gitu deh...hmm, kalau aja yang duduk sama Wooyoung itu kamu, aku pasti duduknya sama Yong Hwa.” kata Bo Mi dengan suara yang sok sedih.
“Haaahhh?? Omo, apa-apaan sih kamu, masa suka sama orang yang kaya gitu! Shireo shireo shireo! Temen terbaik aku gak boleh ngefans sama orang kaya gitu.”
“Ih terserah aku dong. Tapi sayang aku udah punya pacar, gak mungkin PDKT deh sama Yong Hwa.”
“Aigoo...temen aku yang satu ini bener-bener aneh.” gumamku yang melihat Bo Mi melamun sambil senyum-senyum sendiri.

4 hari kemudian...
“Ya! Yoo Jin! Jangan berisik dong! Gak liat apa aku lagi baca buku?” omel Yong Hwa padaku yang sedang menyanyi sambil mendegarkan lagu di earphone. Sudah empat hari aku duduk sebangku dengannya tapi tetap saja tidak pernah akur.
“Aish...bawel banget sih, gak usah sok rajin deh. Lagian kalo mau baca ya baca aja, gak usah nyuruh aku diem!”
“Eh, kamu ini oon atau apa sih? Mana bisa aku konsen kalo kamunya berisik!” kata Yong Hwa sambil menyolot.
“Yang oon itu kamu Jung Yong Hwa...masa baca yang kaya gitu aja gak bisa konsen sih?” jawabku sengan suara lembut dan senyum yang dibuat-buat. Aku kembali menyanyi tanpa mempedulikan Yong Hwa sambil menunggu bel masuk berdering.

Pagi itu pelajaran Matematika dimulai. Aku berusaha memasukkan paksa materi yang diajarkan Pak Lee, tapi tetap tidak mengerti. Mungkin sudah bakat kalau aku bodoh Matematika. Di akhir pelajaran, Pak Lee membagikan pasangan untuk tugas Matematika. Dan, taraaa...!! Aku berpasangan dengan Yong Hwa! Huft...mimpi buruk apa aku semalam sampai-sampai harus berpasangan dengan dia?
“Pulang sekolah langsung kerjakan tugas ini di rumahku, aku gak mau lama-lama berurusan sama kamu.” kata Yong Hwa dengan nada menyebalkan.
“Mwo? Ya! Kamu pikir aku mau berpasangan sama kamu? Lagian aku gak mau ngerjain tugas ini di rumah kamu. Emangnya aku cewek apaan dateng ke rumah cowok, ogah deh....Pokoknya aku mau tugas ini dikerjain di rumah aku, terserah kalo kamu gak mau, aku bakal ngerjain tugas ini sendiri.” Ngerjain sendiri? Emangnya aku bisa? Ya ampun, aku ini ceplas-ceplos sekali.
“Shireo! Rumahku lebih dekat daripada rumahmu!”
“Ya! Emangnya kamu tau dimana rumahku? Jangan sok tau! Rumahku juga dekat dari sekolah!” bentakku.

Akhirnya setelah lama saling membentak, Yong Hwa setuju untuk mengerjakan tugas Matematika di rumahku. Cih, susah sekali mengajak namja keras kepala seperti dia.

Selama perjalanan ke rumaku pun dia tak banyak bicara. Jujur, menurutku dia namja yang manis...kalau lebih sering tersenyum. Tapi sepertinya mustahil bagiku melihat dia tersenyum mengingat bagaimana sikapnya padaku. Aku yakin kalau aku dekat dengannya, kita bisa menjadi partner belajar yang baik. Secara, dia bukan namja bodoh yang selalu beruntung mendapat rangking 3 saat di SMP.
Aku berusaha berjalan sejajar dengannya yang sedari tadi berjalan di depanku. Aku pun mencoba berbicara dengannya, menggali-gali informasi tentangnya. Yah selama 4 hari ini kerjaanku hanya bertengkar dengannya.
“Hmm, Yong Hwa, katanya kan rumah kamu deket dari sekolah, emangnya rumah kamu dimana?” tanyaku.
“Ngapain nanyain rumah aku? Mau ngirim koran tiap hari ke rumah aku?” jawabnya sinis. Aish...menyebalkan, tapi aku berusaha tersenyum mendengar jawabannya.
“Ah, anio. Aku cuma pingin tau aja. Kan kedegerannya aneh banget kalau aku gak tau alamat rumah temen sendiri.”
“Mana ada yang namanya temen tiap hari ngajak ribut melulu.” ia tersenyum meledek tanpa melihatku.
“Ya! Dari pertama kali masuk juga kan mau gak mau kamu tuh udah jadi temen aku. Apalagi kita duduk sebangku.” aku mulai sedikit tidak sabaran.
“Oh ya? Kenapa aku gak sadar ya?” ia menjawabnya dengan malas.
“Aku berusaha temenan sama kamu Yong Hwa. Aku gak akan tahan duduk sebangku sama orang yang gak mau nganggap aku temen. Aku jadi ngerasa duduk sendiri.” jawabku pelan, berusaha meluluhkan hatinya.
“Kalau gitu, kamu pindah aja sama temen sebangku kamu yang dulu. Aku gak keberatan kalau itu emang nyaman buat kamu.”
“Tapi aku kan gak boleh duduk sebangku sama Bo Mi lagi, idiot!”
“Ya! Kamu bilang aku apa? Cih, yeoja bodoh. Katanya mau temenan sama aku, tapi kamu malah bikin aku tambah sebel sama kamu.” jawabnya kesal.
“Aish...molla molla. Kamu emang keras kepala!” aku berjalan lebih cepat di depannya. Tanpa sadar aku sudah berada di penyebrangan jalan yang lampu lalu lintasnya sedang berwarna hijau. Aku terus berjalan dengan perasaan kesal tanpa menyadari ada sebuah mobil yang hampir menabrakku. Tapi untungnya dengan gesit Yong Hwa langsung menarikku ke dalam pelukkannya. Pelukannya?
“Hey, ngapain kamu?” tanyaku sambil melepaskan pelukanya. Sial, kenapa mukaku tiba-tiba memanas?
“Ya! Berterima kasihlah sama aku. Kalau bukan karena aku, kamu tuh udah berdarah-darah di jalan sana. Cih, gak tau terima kasih.” ia berbicara tanpa memandangku. Omo...mukanya merah sekali. Kenapa dia? Apa dia malu?
“Hey, kenapa muka kamu merah? Apa kamu sakit?” tanyaku.
“Aish...itu cuma perasaan kamu saja, babo!” jawabnya yang langsung berjalan lebih cepat di depanku. Cih, pembohong! Lucu juga mukanya kalau memerah, hihihi.

Ada satu hal yang membuatku kaget hari ini. Ternyata eomma-ku mengenal orang tuanya Yong Hwa (eomma memaksaku untuk mengganti pakaian dulu supaya dia bisa mengobrol dengan Yong Hwa). Cih, apa-apaan sih tuh anak. Kenapa mengobrol dengan eomma-ku bahasanya halus sekali? Pake senyum-senyum segala lagi, sok sopan!
Aku baru tahu kalau dia ‘agak’ tajir alias kaya. Appa-nya seorang direktur dan eomma-nya seorang kepala dokter di salah satu rumah sakit kota. Eomma sepertinya senang sekali mengobrol dengan Yong Hwa. Mudah-mudahan saja eomma tidak punya maksud terselubung[?].
Eomma langsung pergi ketika melihatku kembali dari kamar. Ia berbisik padaku, “Eomma setuju!” sambil tersenyum senang. Apa maksudnya??
“Hey jangan berdiri di situ terus, ayo cepat kerjakan tugas kita.” perintahnya yang melihatku berdiri kebingungan setelah eomma berbisik padaku. Ia mengeluarkan buku Matematikanya dan duduk di lantai.
Gila, ini sih soal untuk master matematika, atau karena aku yang terlalu bodoh? Tapi aku tidak ingin menunjukan kebodohanku pada Yong Hwa. Dengan tenang, aku membaca soal dan berpura-pura berpikir keras.
“Eomma aku pulang...!!!” terdengar teriakkan seorang namja dari luar. Itu adikku, Heechul. Ia masih duduk di kelas satu SMA.
Saat masuk, ia kaget melihat namja yang duduk di sebelahku. “Omo...! Sejak kapan noona punya namjachingu? Tu, tunggu...apa aku udah gila? Aku ngeliat Uee noona berduaan dengan seorang namja! Eomma...!!!” ia berlari masuk ke dalam.
“Ya!! Dia bukan namjachinguku..!!!” aku berteriak padanya. Cih, apa-apaan dia ini? Dia kira aku ini manusia aneh yang jijik pada namja? Dasar.
“Mian, adikku emang...” kata-kataku terpotong karena melihat wajah Yong Hwa yang aneh. Omo...kenapa dia? Kenapa wajahnya memerah lagi? Apa dia...malu?
“Cepat kerjain soalnya, jangan liatin aku terus. Kamu suka sama aku ya?” katanya yang merasa terus diperhatikan. Kini giliran wajahku yang memerah. Apaan sih?
Kami pun melanjutkan pekerjaan kami. Beberapa menit berlalu dan kami sudah menyelesaikan 19 dari 20 soal. Yap, tinggal satu nomor lagi dan aku akan terbebas dari pikiran-pikiran yang memberatkan ini. Tapi sepertinya Tuhan tidak ingin tugasku ini selesai dengan cepat. Tinta pulpenku tiba-tiba saja macet. Padahal aku baru membelinya tiga hari yang lalu. Aku pun berteriak, “Heechul, pinjam pulpenmu!”
“Pulpen punyaku hilang gak tau kemana!” jawabnya yang sama berteriak. Aish, bagaimana ini? Padahal tinggal satu soal lagi. Aku pun melirik pulpen yang sedang Yong Hwa gunakan.
“Pinjam sebentar.” kataku sambil merebut pulpen yang ia pegang tanpa meminta persetujuannya.
“Ya! Kamu ngapain sih? Sini balikin! Aku udah mau selesai nih!” protesnya.
“Sebentar.” jawabku singkat. Tapi ia tidak mempedulikan jawabanku dan langsung merebut kembali pulpen yang kini sedang aku pegang.
“Ya! Aku kan cuma mau pinjam sebentar!” aku berusaha merebut pulpen itu dari tangannya. Tapi ia malah mengangkat pulpen itu agar aku tidak bisa menjangkaunya. Tapi aku tidak menyerah, aku mencoba meraih tangannya, membuat badannya mundur ke belakang. Dan...
BRUK..!!! Aku terjatuh di atas badannya. Kini wajahku hanya 5 cm dari wajahnya. Dan sialnya, Heechul masuk ke ruang tamu tepat saat aku berada di atas tubuh Yong Hwa. Dia pun kaget dan langsung berlari lagi ke dalam.
“Eomma...!! Noona udah berani begituan di ruang tamu...!!!” jeritnya. Aku pun langsung bangkit dan berteriak, “Ya! Heechul! Kamu salah paham..!!!”
Aish, kenapa Heechul masuk di saat yang gak tepat?? Lagian, kenapa juga aku harus jatuh di atas tubuh Yong Hwa. Sial, kenapa wajahku jadi panas begini? Pasti sekarang wajahku memerah. Tapi ternyata bukan wajahku saja yang memerah, wajah Yong Hwa juga. Ya ampun, aku malu!
“Mi, mian, aku...”
“Gwenchana. Pakailah, aku bisa pakai pulpen ini kalau kamu udah selesai.” jawabnya sambil memberikan pulpen miliknya tanpa melihatku. Warna merah di pipinya masih belum hilang. Tanpa berkata-kata lagi aku langsung memakai pulpennya dan menyelesaikan tugasku. Setelah punyaku selesai, aku memberikannya kembali pada Yong Hwa.
“Gomaweo.” kataku, tapi dia hanya membalasnya dengan sebuah anggukan. Tiba-tiba terdengar suara keras eomma dari dalam.
“Jangan buang-buang tiket. Cepat pergi sana. Ajak saja temanmu yang lain.” kata eomma dengan suara keras. Pasti deh lagi ngomelin Heechul lagi. Bisa gak sih ngomelnya nanti aja? Udah tau lagi ada tamu. Kenapa lagi kali ini?
“Tapi eomma, aku pinginnya pergi sama Taeyeon...” jawab Heechul dengan suara memelas.
“Kan Taeyeon udah bilang gak bisa. Masa mau dipaksain sih? Eomma pokoknya gak mau tau, tiket itu harus dipakai! Seenaknya saja mau buang-buang uang!”
“Aku akan memberikannya pada noona, mumpung dia lagi sama namjachingunya. Noona...!”
Aish, apa-apaan sih si Heechul itu? Tentu saja aku akan menolaknya!
“Wae?” tanyaku pura-pura tidak mendengar percakapannya dengan eomma.
“Noona per...eh, aku belum tau siapa namamu. Kenalkan, Kim Heechul imnida. Aku adik Uee noona yang paling tampan.” katanya yang tiba-tiba teringat kalau dia belum berkenalan dengan Yong Hwa.
“Jung Yong Hwa imnida.” jawab Yong Hwa tersenyum. Mereka berjabat tangan. Cih, kenapa ia tak pernah memberikan senyumannya yang manis itu untukku? Aku juga kan ingin melihatnya tersenyum padaku. Apalagi senyumannya itu sangat manis. Lho? Mikir apa sih aku ini?
“Balik lagi sama noona-ku tersayang...” ia kembali memusatkan perhatiannya padaku. “Aku punya dua tiket taman bermain yang baru diresmikan lima hari yang lalu. Rencananya aku mau pergi sama Taeyeon, itu lho...pacar baru aku yang baik hati banget. Tapi katanya hari ini dia ada...”
“To the point deh!” potongku.
“Aku cuma pingin ngasih tiket ini buat noona. Kebetulan tiketnya ada dua, jadi noona bisa pergi kencan sama Yong Hwa hyung. Terima ya...!” ia memohon padaku dengan puppy eyes-nya.
“Gak. Lagian Yong Hwa juga gak bakalan mau pergi ke tempat begituan. Ya kan?”
“Na...” tapi ia tak sempat melanjutkan kalimatnya karena eomma tiba-tiba datang dari dalam. “Kalian pergi saja, sayang kan kalau tiketnya dibuang. Eomma ijinkan kok. Lagian, pikiran kalian pasti penat udah ngerjain soal-soal itu.”
“Tapi eomma...”
“Udah lah, pergi aja. Ayo Heechul, berikan tiket itu pada Uee.” Eomma pun meninggalkan ruang tamu. Aish...kalau eomma yang minta, aku harus berbuat apa?

Di perjalanan, aku berkata pada Yong Hwa, “Kalau kamu gak mau, pulang aja. Aku bisa ngajak Bo Mi. Kalaupun dia gak mau, tiket ini bakalan aku buang. Toh eomma juga gak akan tau.”
“Anio. Aku akan kesana. Aku juga sekali-sekali pingin refreshing.” jawabnya. Aneh, seorang Jung Yong Hwa tidak menolak pergi bersamaku?

Tak lama akhirnya kita sampai di taman bermain. Ramai sekali hari ini, mungkin karena taman ini baru diresmikan.
“Kamu mau main apa? Bianglala? Halilintar? Racing car? Atau apa?” tanyaku.
“Terserah kau saja.”
“Arraseo, ayo!”
Aku bingung harus naik wahana apa. Tapi akhirnya aku memilih halilintar. Aku juga ingin menguji keberanian Yong Hwa, siapa tau aja dia yang sok cool malah nangis setelah naik wahana ini.
Dan ternyata, tidak. Malah aku yang merasa mual setelah wahana ini berhenti. Gak mau lagi deh naik yang begituan! Karena tidak ingin dilihat lemah oleh Yong Hwa, aku menyembunyikan rasa mualku dan kembali menjelajahi wahana yang lain.

Hari ini aku banyak melihatnya tertawa. Kadang aku merasa agak sebal kalau dia tertawa puas saat mengalahkanku dalam permainan ‘Lempar Gelang’. Dia juga menertawakanku saat aku tidak bisa bermain ‘Tangkap Boneka’. Sebal sih, tapi aku juga senang. Ini pertama kalinya aku bisa bersenang-senang dengan namja yang bahkan tidak pernah menyunggingkan senyumnya untukku sebelumnya. Intinya, hari ini aku senang. Andai hari ini berjalan lebih lama, aku bisa terus melihat tawanya itu. Aish...apa yang aku harapkan?
“Istirahat dulu yuk! Capek nih...” ajaknya.
“Duduk di sana aja yuk!!” aku menunjuk sebuah bangku dekat kolam air mancur. Dia pun setuju dan kami duduk di sana.
“Kamu payah, segitu aja udah capek.” kataku sambil mencibir.
“Ya! Aku juga kan cuma manusia biasa. Itu sih kamunya aja yang kelebihan tenaga!”
“Cih, dasar. Oh iya, kamu belum jawab pertanyaan aku!”
“Pertanyaan yang mana?” rupanya dia sudah tidak ingat.
“Rumahmu, rumahmu...” kataku mengingatkan.
“Oh. Di dekat toko permen. Kamu tau kan?” tanyanya. Dekat toko permen? Jangan-jangan rumahnya yang...
“O...omo, rumah yang besar itu? Aigoo, ternyata rumahmu besar sekali...”
“Tapi rumah itu gak lengkap.”
“Apanya? Menurut aku sih rumah itu udah sempurna. Apa gak ada kolam renangnya? Atau gak ada taman bunganya?”
“Kasih sayang. Rumahku gak ada aura kasih sayangnya.” jawabnya. Aku pun bungkam mendengar jawabannya. Benar juga, ayah dan ibunya kan orang sibuk. Rumah sebesar itu pasti dingin sekali tanpa adanya kasih sayang.
“Apa kau anak satu-satunya?”
“Ne. Setiap hari aku selalu kesepian di rumah. Sekolah satu-satunya tempat dimana aku merasa hidup.”
“Aku yakin eomma dan appa-mu sayang sekali padamu. Mereka pasti sedang menyiapkan yang terbaik untuk masa depanmu.”
“Arayo, aku juga sayang mereka. Aku terima kalau mereka mengabaikanku demi kebaikanku di masa depan. Dan, gomaweo, kamu yeoja pertama yang pergi main sama aku.”
“Geurae? Emang kamu belum pernah ngajak yeoja main?”
“Belum. Tapi aku benar-benar senang hari ini. Sekali lagi, gomaweo.”
“Cheonman.” jawabku. Ia terseyum manis padaku. Aigoo...dia tampan sekali. Aku terkesan, ternyata akulah yeoja yang pertama pergi bermain dengannya. Aku kagum pada Yong Hwa. Meskipun dia sering ditinggal orang tuanya, ia tidak mengeluh. Aku suka namja yang seperti itu. Menurutku, sekarang ini dia sangat keren dan mempesona, baik wajahnya ataupun hatinya. Hari ini aku nyaman sekali berada di dekatnya. Sebelumnya belum pernah ada namja yang membuatku nyaman dan terpesona seperti ini. Apa aku mulai...mencintainya?
“Sudah sore, pulang yuk!” ajaknya.
“Ih, kita kan belum naik bianglala! Ayolah, tinggal satu lagi, naik bianglala kan gak capek...nanti udah ini kita pulang, please...!” aku mengeluarkan jurus puppy eyesku.
“Aish...arasseo arasseo, kajja. Nanti antriannya keburu penuh!” dia menggengam tanganku menuju tempat antrian bianglala. Omo...wajahku mulai panas lagi. Dia namja pertama yang berhasil mengenggam tanganku tanpa penolakan! Aduh, kenapa aku deg deg-an begini ya?

Saat mengantri, tiba-tiba seorang namja paruh baya yang melihat kami bergandengan tangan saat mengantri di belakang kami, berkata pada istrinya, “Aku jadi ingat waktu kita pacaran dulu saat melihat dua orang pasangan ini.” kami sontak melepaskan genggaman tangan kami. Wajahku mulai panas lagi. Wajah Yong Hwa pun kini memerah. Kenapa sih eomma, Heechul, dan ahjusshi ini menyangka aku pacaran sama Yong Hwa? Apa kami saking serasinya? Tapi kenapa aku malah senang dikira pacaran dengan Yong Hwa? Apa aku emang benar-benar mulai mencintai Yong Hwa? Ah, molla molla...!

Setelah 15 menit berlalu akhirnya tiba juga giliran kami. Hari sudah benar-benar sore sekarang. Ini bagus karena aku yakin pemandangan di atas akan lebih bagus di sore hari, apalagi sekarang matahari sedikit demi sedikit mulai menghilang dari bumi.
“Semangat sekali...”
“Iya dong, pemandangan sore hari pasti bagus!” kataku bersemangat. Ia pun hanya bisa tersenyum melihatku.
Bianglala mulai bergerak perlahan ke atas. Ah, lama sekali bergerak ke puncaknya, aku sudah tidak sabar. Semakin lama kecepatannya semakin bertambah walaupun tidak terlalu cepat. Ini dia, puncaknya sudah semakin dekat! Lima, empat, tiga, dua, satu, dan...
“Saranghae...” eh?
“Saranghae.” kata Yong Hwa untuk yang kedua kalinya. Kini perhatianku jadi terpusat pada Yong Hwa.
“Mwo? Kamu kenapa?”
“Aku juga gak tau kenapa aku bisa bilang kaya gitu. Hari ini perasaan aku ke kamu aneh. Kamu yeoja pertama yang bisa bikin aku tersenyum dan tertawa kaya hari ini. Ini juga pertama kalinya aku ramah sama yeoja selain eomma. Kamu udah bikin aku bahagia hari ini, dan itu belum pernah dilakuin sama yeoja manapun. Aku juga gak tau kenapa aku bisa cerita soal keluarga aku sama kamu, padahal aku belum pernah cerita ke siapa pun.” jelasnya panjang lebar. Aku pun bungkam dibuatnya.
“Mak, maksudnya...kamu cinta sama aku?”
“Ne.” jawabnya singkat. Omo!
“Ta, tapi itu kan gak mungkin. Kita belum pernah akur sebelumnya.”
“Aku bilang aku juga gak tau. Jujur aja, sampai kemarin aku masih benci sama kamu. Tapi gak tau kenapa hari ini aku jatuh cinta sama kamu.” jawabnya. Ternyata dia...sama denganku.
“Nado. Aku juga gak tau kenapa mulai cinta sama kamu. Padahal kemarin-kemarin aku masih sebel berat sama kamu. Ada bagian-bagian yang aku gak tau dari kamu dan itu bikin aku kagum.”
“Kalau gitu, kamu mau jadi yeojachinguku?”
“Hah...serius?” aku terkejut, seorang Yong Hwa menyatakan cintanya padaku? Aku juga cinta sih, tapi aku harus jawab apa?
“Aku serius lah. Kalau masalah kaya gini aku gak berani bercanda. Jadi, mau nggak?”
“N, na...” tiba-tiba bianglala berhenti dan posisi kami tepat di bagian paling bawah. “S, sudah berhenti, ayo kita turun!” aku hendak membuka pagar penghalang, tapi Yong Hwa mencegahku.
“Jawab dulu!”
“Kita turun dulu, kasian yang lain!”
“Shireo! Aku gak akan ngebuka pagar pembatas ini sebelum kamu ngejawab.” kini si penjaga melihat kami dengan tatapan heran.
“Ya! Nanti juga aku jawab!”
“Shireo! Kau harus menjawabnya sekarang!” paksanya.
“Ya! Kau...”
“Cepat jawab!!”
“A, arasseo arasseo, aku mau jadi yeojachingumu. Sekarang buka pagarnya!” ia pun terenyum senang dan membukakan pagar untukku. Aish...dasar namja yang satu ini! Caranya memintaku untuk menjadi yeojachingunya sangat egois sekali. Tapi aku senang, dan aku tidak akan menyesal dengan pilihanku ini.
“Gomaweo.” ia merangkul bahuku setelah turun dari bianglala.
“Ne, cheonman.” jawabku tersenyum. “Tapi kamu harus membayar rencana awalku yang hilang gara-gara pernyataan cinta kamu itu!!”
“Mwo?” tanyanya heran.
“Tujuanku naik bianglala kan karena pingin ngeliat matahari sore. Dan itu gagal karena kamu!”
“Cih, kirain apaan. Ne, nanti kita kesini lagi. Susah amat sih.” jawabnya enteng.
“Janji ya?” tuntutku.
“Ne. Apa sih yang nggak buat kamu.” ia pun tiba-tiba memelukku.
“Y, ya! Malu tau diliatin orang-orang. Lepasin!”
“Peduli amat.” ia malah semakin mempererat pelukannya. “Saranghae.”
“Nado. Tapi lepasin dulu dong, malu nih!”
“Shireo...!!!”
Akh, dasar namja keras kepala! Orang-orang jadi tersenyum melihat tingkah laku kami berdua. Langsung saja wajahku memerah lagi.

Hari ini tentunya sangat berarti bagiku. Bagaimana tidak, aku telah mengalami ‘Fallin’ In Love In One Day’ hari ini. Dan itu terjadi pada namja yang sebelumnya sangat aku benci. Dan mungkin untuk kali ini, aku harus berterima kasih pada Heechul!

-THE END-

PLEASE LEAVE YOUR COMMENT...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar