Jumat, 20 Juli 2012

JunEonnie (Part 6)

Title :
JunEonnie (Part 6)
Author :
JunEonnie
Main Cast :
Fani / JunEonnie
Yong Junhyung (B2ST/BEAST)
Support Cast :
Son Joon [OC]
Kim Hye Min [OC]
Goo Hara (Kara)
B2ST/BEAST’s member
Rating :
AG
Genre :
Love/friendship, life
Length :
Chapter
Ps :
Males cuap-cuap ah *ditipukbatu*, langsung aja ya readers! Happy reading... :-)

Disclaimer :
Sorry, but the storyline is MINE!



---

Last Part

Aku tidak tahu kenapa aku menceritakan tentang keluargaku pada Junhyung, orang yang berniat membongkar identitasku. Keinginan untuk bercerita mengalir begitu saja. Ini pasti gara-gara kemarin membicarakan tentang cinta, aku jadi teringat kedua orang tuaku. Aku merindukan mereka...
Tapi aku berharap Junhyung tersentuh dengan ceritaku. Mudah-mudahan saja dia mau mengurungkan niatnya untuk membongkar identitas JunEonnie, yah kalau dia sudah tahu kalau akulah si JunEonnie.
Aku harus segera latihan siang ini. Lagu yang harus kubawakan besok adalah lagu ‘Mysterious Man’. Dan sialnya, lagu itu harus diiringi dengan dance. Apakah dengan keadaan kaki yang seperti ini, aku masih bisa melakukannya?

---

Part 6

Author’s POV

“Oppa...jebal!”

“Aku sudah bilang aku tidak bisa!” Junhyung menepis tangan Hara yang bergelayut di lengannya.

“Aku benar-benar masih mencintaimu oppa...!”

“Tapi aku tidak, kau dengar itu?” Junhyung pun merasa risih dengan rengekkan Hara yang seperti anak kecil dan terkesan manja. Yeoja ini memintanya kembali menjadi namjachingunya. Tapi tentu saja Junhyung menolaknya, dia sudah bosan dengan sifat manjanya itu.

“Apa ada orang lain yang kau cintai oppa?”

Junhyung diam mendengar pertanyaan itu. Ini bukan berarti dia memang mencintai gadis lain, tapi ia sedang berpikir apakah dengan mengatakan ‘ya’, Hara akan menyerah?

“Ya.” jawab Junhyung akhirnya. Hal ini langsung saja membuat Hara terkejut. Ada kemarahan dalam dirinya yang menemukan bahwa ada yeoja lain yang lebih baik darinya.

“Nugu?” tanya Hara yang telah dipenuhi rasa penasaran.

Nugu? Tak ada jawaban yang bisa Junhyung berikan. Toh dia memang tidak sedang jatuh cinta. Dan tak ada yeoja yang membuatnya jatuh cinta.

“Kau tak perlu tahu. Ini bukan urusanmu.” jawab Junhyung. Ia tetap mempertahankan sikap dinginnya pada Hara, berharap yeoja ini cepat pergi.

“Apa  dia sama sepertiku? Apa dia orang yang kukenal? Apa dia juga seorang entertainer? Beritahu aku oppa!” Hara memelas pada Junhyung, berharap namja yang dicintainya itu mau memberitahunya.

“Apa kau pikir aku akan memilih yeoja yang sama sepertimu?” senyum mengejek terpampang di wajah Junhyung. Hara yang mendengarkannya pun menangis. Mana mungkin seorang Junhyung tidak menyukai yeoja sepertinya. Kalau tidak, kenapa dia mau berpacaran dengannya dulu?

“Sampai sekarang pun aku belum tahu seperti apa kriteriamu, oppa. Tapi aku tidak akan menyerah.” sambil terus menangis, Hara akhirnya meninggalkan Junhyung sendirian di ruang tunggu.

Sepintas, kata-kata Hara mengiang-ngiang di kepalanya. Kriteriaku? Seperti apa kriteria yeoja pilihanku? Tanya Junhyung pada dirinya sendiri.

Memiliki kecantikan yang alami, sopan, pekerja keras, terlihat menawan, dan bicaranya halus sekali.

Kata-kata Doojoon hyung tiba-tiba muncul dipikiran Junhyung. Mungkin itu adalah kriterianya. Dan dia juga menyukai yeoja yang misterius dan pintar menyembunyikan rahasia. Hanya itu.

Apa itu berarti Fani termasuk kriterianya? Dilihat dari bicaranya yang selalu hati-hati, dia termasuk kriteria yeoja misterius. Ditambah lagi dia bukanlah orang yang dengan mudahnya membuka diri. Tapi walaupun begitu, dirinya dan Fani tidak mungkin bisa bersatu mengingat Fani menganggapnya musuh, ya itu pun kalau Fani memang JunEonnie, pikirnya.

Lamunan Junhyung dibuyarkan oleh suara JunEonnie yang sedang tampil dalam salah satu acara musik di TV. Ada yang berbeda dari penampilannya. JunEonnie menyanyikan lagu ‘Mysterious Man’ tanpa dance! Setahu Junhyung, lagu inilah yang membuatnya memenangkan penghargaan ‘Best Dance Performance’ beberapa bulan yang lalu. Tidak mungkin JunEonnie menyanyikannya tanpa dance, kecuali dia sedang sakit kaki, pikir Junhyung.

Dan benar saja, setelah lagu ini selesai, JunEonnie berjalan agak pincang ke belakang stage. Junhyung pun tidak tahan untuk tidak tersenyum. Senyuman puas yang penuh arti.

Tapi tiba-tiba, Junhyung teringat ucapan Fani saat di taman.

Aku hanyalah seorang office girl yang penuh dengan beribu masalah. Aku hanya berharap tidak ada orang lain yang menambah masalahku. Hidup seperti ini saja sudah sangat berat.

Entah kenapa, kata-kata itu membuat senyuman Junhyung menghilang dari wajahnya.

Author’s POV End

---

Fani’s POV

“Apa benar kakimu sudah tidak apa-apa?” tanya Hye Min yang sedang tiduran di tempat tidurku. Pulang dari kampus dia langsung datang ke rumahku.

“Ne, sekarang sudah lebih baik. Sudah beberapa hari aku tak mendengar kabar tentang hubunganmu dan Joong Woo. Apa kalian baik-baik saja?” aku pun ikut tiduran dekat Hye Min.

“Kita baik-baik saja. Joong Woo sedang sibuk membuat proposal kegiatan belakangan ini, jadi aku jarang bertemu dengannya, dan jangan alihkan pembicaraan! Sebenarnya kakimu itu kenapa?” Hye Min memandang kakiku yang masih dibalut perban kecil. Walaupun sudah tidak terasa sakit, tapi aku tidak tahan melihat lukanya. Jadi, kututup saja.

“Aku membentur sudut rak di supermarket. Tapi untung saja orang-orang disana menolongku.” jawabku. Entah kenapa aku merasa lebih baik tidak mengatakan bahwa Yoseob-lah yang menolongku.
Hye Min tidak berkata apapun lagi setelah mendengar penjelasanku. Dia hanya memandangku dengan pandangan ‘oh’-nya.

Apa Junhyung sudah tahu bahwa JunEonnie sedang ada masalah dengan kakinya? Semoga saja dia tidak menyadari bahwa itu adalah aku.

“Ini punyamu?” tanya Hye Min sambil menunjukan sebuah kalung perak berbandul lingkaran yang didalamnya terdapat huruf F dan dipenuh dengan permata kecil baik pada lingkaran maupun hurufnya. Kalung itu baru saja ia ambil dari lemari meja lampu. Dasar, sembarangan saja buka-buka lemari orang!

“Ne. Jangan sembarangan dikeluarkan, itu kalung berharga. Kalau sampai hilang, aku akan marah besar padamu.” ancamku.

“Ne. Aku suka kalung ini, cantik sekali. Kau membelinya?”

“Ani. Itu pemberian orang tuaku.” jawabku. Haahh...aku jadi ingat appa dan eomma.

Seperti merasakan perasaanku, Hye Min langsung merasa bersalah, “Mian, aku tidak bermaksud mengungkit-ngungkit tentang orang tuamu.”

“Gwenchana.  Kalung itu, salah satu pemberian orang tuaku yang paling berharga. Kata eomma, kalung itu tidak ada duanya di dunia ini karena appa dan eomma sendiri yang membuat desainnya. Tapi semenjak mereka meninggal, aku tidak pernah lagi memakainya.” jelasku.

“Kau menganggap kalung ini berharga kan? Kalau begitu, pakailah. Tidak ada barang berharga yang disimpan selama 5 tahun tanpa disentuh pemiliknya.” dia membersihkan debu yang sudah tebal di kotak kalung itu, “Kalau kau tidak memakainya, berarti kau menganggap kalung ini tidak berharga. Orang tuamu pasti sedih kalau tahu bahwa anaknya tidak memakai kalung pemberian mereka.” Hye Min memberikan kalung itu padaku. Entah sejak kapan sikapnya mulai menjadi dewasa seperti ini.

Aku ragu memakai kalung itu. Aku takut kalung itu lepas dan hilang saat aku memakainya. Tapi Hye Min benar, aku tidak boleh terus menerus menyimpan benda ini. Aku harus memakainya.

“Baiklah, aku akan memakainya.” dengan bantuan Hye Min, aku memasangkan kalung itu di leher jenjangku. Aku berharap, semoga kalung ini membawa keberuntungan untukku.

Fani’s POV End

---

Author’s POV

Siang ini, Yoseob dan Junhyung akan tampil di acara Music Bank dengan membawakan lagu ‘Thanks To’. Sementara menunggu, Yoseob dengan seriusnya memandangi TV yang sedang menampilkan penampilan JunEonnie saat tampil di Music Core.

“Wae? Ada yang aneh?” tanya Junhyung sambil meminum minuman kalengnya dengan santai.

Beberapa detik Yoseob diam, tapi akhirnya dengan pelan ia berkata, “Entahlah hyung. Aku merasa pernah melihat mata itu...” Yoseob tidak mengalihkan pandangannya dari TV. Junhyung pun ikut memperhatikan mata JunEonnie dalam TV. “...mata yang tajam dan tegas, tapi menyembunyikan beban.”

Junhyung hanya bisa tersenyum mendengar perkataan temannya itu. Tentu saja Yoseob pernah melihatnya di supermarket, pikir Junhyung. Mata itu, tak pernah berbeda dengan mata Fani. Berapa kalipun ia bertemu dengan Fani, mata itu tetap sama. Tajam, tapi ada beban dibaliknya.

“Mungkin hanya perasaanmu saja.” jawab Junhyung.

“Yah, mungkin.”

Selama beberapa menit mereka diam. Lama-lama mereka diselimuti kebosanan. Ruang tunggu ini, walapun dipenuhi beberapa orang, terasa membosankan bagi mereka, terutama bagi Junhyung.

“Hyung, Kara akan tampil sebelum kita.” ucap Yoseob tiba-tiba.

“Lalu?”

“Bagaimana perasaanmu?”

Junhyung diam sesaat, berpikir. “Hmm, baik.” jawabnya santai seperti sedang membicarakan sesuatu yang tidak penting.

“Kau sepertinya benar-benar sudah melupakan Hara, hyung.”

“Lalu, apa yang harus kuperbuat? Memikirkannya? Aku sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi dengannya.”

Yoseob hanya bisa mengangkat kedua bahunya mendengar jawaban Junhyung. “Eh hyung, ingat yeoja yang bernama Fani itu?”

“Ne. Wae?” tanya Junhyung. Apa Yoseob menyadari mata JunEonnie mirip seperti mata Fani? Pikir Junhyung dalam hati.

“Tentang lukanya itu, apa menurutmu sekarang sudah sembuh? Aku merasa bertanggung jawab atas luka itu.” ucap Yoseob. Namja yang satu ini memang terlalu baik dan perhatian, juga polos.

“Mungkin.”

“Dia cantik ya hyung. Bukan maksudnya membanding-bandingkan, tapi menurutku Fani lebih baik dibandingkan Hara.” mata Yoseob menerawang. Sepintas bayangan wajah Fani muncul di kepala Junhyung. Ya, yeoja itu cantik, tapi penuh dengan beban, pikirnya.

“Ne. Sebenarnya aku sering bertemu dengannya. Dan di setiap pertemuannya, dia selalu terlihat cantik. Dia juga menyenangkan.” ucap Junhyung. Yah, secara tidak resmi Junhyung memang sering bertemu dengan yeoja itu baik saat dia sedang menjadi Fani maupun JunEonnie.

“Jinjja?”

“Ne. Aku bahkan pernah makan malam bersamanya beberapa kali. Kami sering membicarakan JunEonnie karena dia fans beratnya. Haah, aku jadi ingin bertemu lagi dengannya.” entah atas dasar apa Junhyung mengatakan itu, tapi ia merasa ingin menemui yeoja itu.

“Wah, kau beruntung mengenal yeoja itu, hyung. Tapi sayang, dia seorang office girl.” kata Yoseob menyayangkan.

“Memangnya salah kalau dia seorang office girl?” tanya Junhyung dengan nada seperti tidak senang. Junhyung sendiri tidak tahu kenapa dia bisa berkata seperti itu.

“Ah, ani, aku tidak bermaksud menghina statusnya. Sudahlah hyung, ayo kita bersiap-siap!”

Mereka pun menghentikan pembicaraan mereka dan mulai bersiap-siap sebelum produser datang. Tanpa mereka ketahui, seseorang di luar ruang tunggu pergi dengan geram setelah mendengarkan pembicaraan mereka.

Author’s POV End

---

Junhyung’s POV

Hari ini melelahkan sekali. Kegiatanku baru berakhir malam hari. Setelah penampilanku dengan Yoseob, aku masih harus berduet dengan Kim Wan Sun di lain acara. Dan dengan G.Na setelahnya.

Perutku lapar, aku butuh sesuatu untuk dimakan. Lalu, aku harus pergi kemana?

Pikiranku langsung tertuju pada McDonald’s. Entah kenapa, aku berharap bisa bertemu dengan yeoja itu.

Dan benar saja, yeoja itu sedang makan disana bersama temannya.

“Fani, boleh aku bergabung? Disini memang banyak meja kosong, tapi tidak enak makan sendirian.” tanyaku setelah memesan makanan. Mereka berdua terkejut melihatku. Fani, mungkin dia terkejut karena dia sudah tahu siapa aku. Tapi temannya itu, pasti dia terkejut dan bertanya-tanya, ‘Siapa namja bermasker ini?’

“Ne, deomnida.” ucap Fani akhirnya diiringi senyum. Senyum yang terlalu dipaksakan menurutku, tapi itu tidak mengubah kecantikannya.

“Fani...kau mengenal namja ini?” tanya Hye Min pada Fani dengan ekspresi curiga. Tapi sebelum Fani menjawab, aku melepaskan maskerku.

“Kita pernah bertemu sebelumnya kan, Hye Min-ssi?” sudah bisa kutebak, yeoja itu membatu melihatku. Pandangan yang biasa kuterima dari para fans yeoja.

“Kalian sudah pernah bertemu?”

“Ne, saat itu Hye Min sedang bekerja di ruang tunggu. Benar kan?”

“N, ne.” jawab Hye Min gugup. Seorang pelayan datang membawakan pesananku, beef burger dan ice coffee, sama dengan pesanan Fani. Fani pun memandang sebentar pesananku. “Aku juga seorang penggemar JunEonnie.” ucapku sambil tersenyum. Dan bisa kulihat, walaupun samar, Fani tersenyun menghina. Sementara Hye Min hanya bisa diam terkejut menatapku. Sekeren itukah aku?

“Mian, apa kalian sering bertemu sebelumnya?”

“Bisa dibilang sering, bisa dibilang tidak. Tapi yang pasti, aku sudah bertemu beberapa kali dengan Fani. Wae? Apa dia tidak pernah bilang padamu kalau dia sudah beberapa kali bertemu denganku?”

“Ani.” ups, sepertinya aku telah menimbulkan masalah disini. Apa persahabatan mereka akan baik-baik saja setelah ini? Fani, terlihat sekali dari ekspresinya bahwa ia merasa bersalah.

“Oh, berarti ini surprise untukmu. Sudahlah, ayo kita makan.”

Mataku tertuju pada leher Fani yang memang tidak tertutupi mantel. Dia memakai kalung perak berbandul lingkaran yang didalamnya terdapat huruf F dan dipenuh dengan permata kecil di lingkaran maupun hurufnya. “Kalungmu indah.”

Fani langsung memegang kalungnya. “Ini? Ah, ini kalung pemberian orang tuaku.”

“Oh, cantik sekali. Aku belum pernah melihat model yang seperti itu sebelumnya.” ucapku.

“Orang tuaku sendiri yang membuat desainnya. Mereka bilang, kalung ini tak ada duanya di dunia, hanya ada satu. Berlebihan memang, tapi ya begitulah. Aku juga baru memakainya lagi, Hye Min yang menyuruhku.” kata Fani. Hye Min hanya bisa terseyum mendengar namanya disebut. Dari tadi dia memang tidak banyak bicara, mungkin dia sedikit speechless.

“Bagaimana luka di pergelangan kakimu? Apa sudah lebih baik?” tanyaku.

“Hmm, ne. Hanya saja bekasnya tidak mau hilang.”

Salah satu hal yang aku suka dari Fani adalah, dia yeoja yang menyenangkan jika diajak berbicara. Walaupun aku tak pernah mendengarnya membicarakan sesuatu dengan sangat antusias, tapi aku menyukai cara bicaranya yang tenang dan hati-hati.

Fani dan Hye Min pulang lebih dulu dariku karena mereka memang datang lebih awal. Satu yang membuatku terkejut malam ini adalah, ketika akan pulang, dengan pelan Fani bertanya padaku, “Apakah aku pernah berkata bahwa aku berharap tidak ada orang lain yang menambah masalahku?” tapi sebelum aku menjawab pertanyaan itu, dia sudah pergi.

Junhyung’s POV End

---

Fani’s POV

“Annyeong Hye Min-ah.” sapaku saat menghampiri Hye Min di kantin pagi ini. “Pergi ke kantor bersama ya siang ini!” ajakku. Tapi Hye Min diam, menoleh pun tidak. Lalu tiba-tiba dia beranjak pergi meninggalkanku tanpa berkata apa pun.

Aku mengejarnya sampai ke depan kelas musik. “Ya! Hye Min-ah! Kau ini kenapa?” Hye Min tetap tidak menjawab pertanyaanku. Perasaanku mulai tidak enak. Pasti ini masalah kemarin.

“Hye Min-ah...”

“Kau ini sahabatku atau bukan?”

“Tentu saja aku ini sahabatmu.” jawabku.

“Aku tidak yakin. Sepertinya selama ini kau hanya menganggapku teman biasa, bukan sahabat. Dasar pengkhianat...”

“Apa ini masalah kemarin?” tanyaku. Sepertinya Hye Min benar-benar marah.

“Kau pasti tahu kan dari dulu aku sangat mengidolakan Junhyung?” kali ini Hye Min menyebut ‘Junhyung’, bukan ‘Junhyung oppa’. “Bahkan aku sangat berharap bisa berbicara dengannya, membicarakan hal-hal yang menyenangkan. Aku pikir orang yang aku anggap sahabat akan membantuku mewujudkannya. Tapi ternyata, diam-diam dia mengkhianatiku.” jelasnya. Terlihat sekali bahwa ia sangat sakit hati. Hye Min sampai meremas kertas yang sedang ia pegang.

“Dengarkan aku Hye Min, sebenarnya aku...”

“Sangat miris sekali melihat orang yang aku anggap sahabat sendiri berbicara dengan santainya pada Junhyung, seperti teman dekat. Dan yang lebih parahnya lagi, dia tidak memberitahuku bahwa dia pernah bertemu dengan Junhyung sebelumnya. APA KAU TAHU BETAPA SAKIT HATINYA AKU?!” Hye Min melempar kertas di genggamannya padaku.

“Hye Min-a, aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya...”

“Jangan temui aku lagi! Aku muak melihatmu!!” lalu Hye Min pergi meninggalkanku. Beginikah jadinya? Ini semua gara-gara namja itu! Kenapa dia datang disaat aku sedang bersama Hye Min? Dan kenapa aku bersama Hye Min saat dia datang? Ck, aku muak dengan diriku sendiri!

Kalau begini caranya, siapa yang akan menemaniku lagi? Aku bukanlah yeoja dengan banyak teman dan sahabat. Aku sadar aku ini yeoja yang selalu menutup diri. Dan mungkin sebelum Hye Min memaafkanku, I’ll always alone.

Baiklah, mungkin aku masih punya Joon oppa, managerku. Lebih baik aku menemuinya siang ini karena hari ini adalah hari perilisan lagu ‘Fiction’.

Fani’s POV End

---

Junhyung’s POV

Tiga hari kemudian...

Hari ini penampilan pertamaku, eh ‘kami’ maksudku, dengan JunEonnie. Walaupun versi baru lagu ‘Fiction’ ini baru saja dirilis tiga hari yang lalu, tapi respon yang kami terima sangat sangat sangatlah baik. Bahkan di Youtube sudah ditonton sebanyak 6 juta kali dalam waktu tiga hari ini.

Kami mengadakan pesta kecil di ruang tunggu BEAST setelah penampilan pertama kami, tentu saja tanpa kehadiran JunEonnie dan managernya.

“Apa JunEonnie sudah pulang ya hyung?” tanya Dongwoon padaku. Dia sangat berharap sekali bisa berpesta dengan JunEonnie setelah penampilan tadi.

“Molla. Mungkin di ruang tunggunya.” jawabku asal. Beberapa staff JE memberikan hadiah pada kami sebagai tanda terima kasih. Tapi apapun itu, aku tidak mengharapkannya.

Terlalu banyak minum membuatku ingin pergi ke toilet. Aku pun meminta izin pada Doojoon hyung. “Hyung, aku ke toilet dulu sebentar.”

Aish, aku lupa dimana toiletnya. Memang aku sering datang kesini, tapi aku jarang pergi ke toilet. “Kalau tidak salah ke kiri, lalu kanan, dan kiri lagi, eh, bukankah itu JunEonnie dan manajernya?” JunEonnie baru saja keluar dari toilet wanita dengan manajernya yang menunggu di luar. Dan, eh, sesuatu jatuh dari dalam jubah JunEonnie. Apa itu? Aku menunggu sampai mereka hilang dari pandangan dan lekas mengambil benda itu.

Ternyata itu adalah kalung perak berbandul lingkaran yang didalamnya terdapat huruf F dan dipenuh dengan permata kecil. Aku tahu kalung ini, aku pernah melihatnya. Bahkan aku melihatnya baru-baru ini. Aku pun tahu siapa pemilik kalung ini. Pemiliknya sendiri yang mengatakan bahwa kalung ini hanya ada satu di dunia. Lalu, kenapa kalung ini bisa ada pada JunEonnie?

Seulas senyum kemenangan dengan sendirinya menghiasi wajahku. Aku memang seorang Joker, bukan?

Junhyung’s POV End

---

Fani’s POV

“Oppa, mungkinkah ini menjadi penampilan terakhirku dengan BEAST?”

Joon oppa terlihat bingung dengan pertanyaan mendadakku ini. Ia pun meletakkan catatan yang ia pegang. “Wae? Ini baru penampilan pertamamu dengan BEAST. Masih banyak jadwalmu dengan mereka. Apa ada masalah?”

“Ani. Hanya saja aku sedikit kurang nyaman dengan mereka. Rasanya aku ingin mengakhiri kontrak ini secepatnya.” jawabku sedikit mendesah.

“Apa mereka membuat masalah denganmu?”

“Ani. Aku baik-baik saja dengan mereka.” Yah setidaknya dengan lima member yang lain. Yang menjadi masalah adalah rapper-nya. Aku yakin dia adalah namja yang tidak bisa dikendalikan. Jujur aku takut. Cara bicaranya selalu saja membuatku yakin bahwa apa yang ia katakan pasti akan terjadi.

“Belakangan ini, aku jarang melihatmu bersama Hye Min. Apa kalian ada masalah?” tanya Joon oppa. Dia benar, aku memang sedang ada masalah dengan Hye Min.

“Ne. Dia membenciku sekarang.”

“Wae?”

“Karena aku merahasiakan pertemuanku dengan Junhyung. Kau tahu kan dia sangat mengidolakan namja itu? Beberapa hari yang lalu, saat aku pergi keluar bersama Hye Min, kami bertemu Junhyung di McDonald’s. Yah, oppa bayangkan sendiri bagaimana kelanjutannya.”

“Dan apa alasanmu tidak memberitahukannya pada Hye Min?” alasan? Ya, aku belum menjelaskan alasanku.

“Dia tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskannya. Tapi walaupun ia ingin tahu alasanku, aku ragu aku bisa menjawabnya.”

“Saranku, lebih baik kau meminta maaf padanya. Apapun alasannya, asal jangan sampai membongkar rahasiamu, aku yakin dia akan memaafkanmu.” kata Joon oppa. Benar, aku harus meminta maaf pada Hye Min. Tidak baik menunda-nunda permintaan maaf. Apalagi dia sahabat baik yang telah membuatku sadar bahwa aku tidak boleh mengabaikan benda peninggalan dari orang tersayang. Aku refleks memegang kalung di leherku.

Eh, kemana kalungku? Rasanya aku memakai kalung itu dari rumah. Bahkan aku memakainya saat sedang tampil. Apa kalung itu...terjatuh?

“Oppa! Kalungku HILANG...!!”

Hampir setengah jam aku dan Joon oppa mencari kalung itu, tapi hasilnya nihil. Untung saja yang lain sedang ikut pesta, jadi aku sedikit bebas berkeliaran.

“Tunggu, rasanya kita belum mencari di ruang tunggu. Aish, bodoh, seharusnya tempat yang pertama kita cari adalah ruang tunggu. Lebih baik kau cari disana. Lagipula tidak baik kau berkeliaran seperti ini walaupun yang lain sedang mengadakan pesta. Aku akan mencari di dekat toilet.” perintah Joon oppa. Aku pun kembali ke ruang tunggu.

Gawat kalau kalung itu benar-benar hilang. Itu satu-satunya kalung pemberian orang tuaku yang paling berharga. Kalau sampai hilang, berarti aku telah mengecewakan eomma dan appa!

“Aish, kemana kalung itu...?!!”

“Sedang mencari barang berharga?” aku yang sedang mencari kalung di bawah sofa pun langsung berdiri mendengar suara namja yang sangat kukenal. Shit, namja ini lagi! Ini bahaya, apalagi aku sedang menjadi JunEonnie.

“Mau apa kau kesini?” tanyaku sinis.

“Hmm, hanya ingin bertemu denganmu. Wae? Tidak boleh?” jawabnya santai. Menyebalkan! Joon oppa, cepatlah kembali...!!

“Memangnya apa yang sudah kau lakukan sampai-sampai kau berpikir bahwa kau berhak bertemu denganku dalam situasi seperti ini? Kembalilah, aku sedang sibuk. Aku tidak bisa menerima orang lain disini selain PresDir dan managerku.”

“Ck, ck, ck, santai saja. Aku hanya ingin mengembalikan kalung  ini. Kau sedang mencarinya kan.....Fani?”


To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar