Title :
JunEonnie (Part 6)
Author :
JunEonnie
Main Cast :
Fani / JunEonnie
Yong Junhyung (B2ST/BEAST)
Support Cast :
Son Joon [OC]
Kim Hye Min [OC]
Goo Hara (Kara)
B2ST/BEAST’s member
Rating :
AG
Genre :
Love/friendship, life
Length :
Chapter
Ps :
Males cuap-cuap ah *ditipukbatu*, langsung aja ya readers! Happy reading... :-)
Disclaimer :
Sorry, but the storyline is MINE!
---
Last Part
Aku
tidak tahu kenapa aku menceritakan tentang keluargaku pada Junhyung,
orang yang berniat membongkar identitasku. Keinginan untuk bercerita
mengalir begitu saja. Ini pasti gara-gara kemarin membicarakan tentang
cinta, aku jadi teringat kedua orang tuaku. Aku merindukan mereka...
Tapi
aku berharap Junhyung tersentuh dengan ceritaku. Mudah-mudahan saja dia
mau mengurungkan niatnya untuk membongkar identitas JunEonnie, yah
kalau dia sudah tahu kalau akulah si JunEonnie.
Aku harus
segera latihan siang ini. Lagu yang harus kubawakan besok adalah lagu
‘Mysterious Man’. Dan sialnya, lagu itu harus diiringi dengan dance.
Apakah dengan keadaan kaki yang seperti ini, aku masih bisa
melakukannya?
---
Part 6
Author’s POV
“Oppa...jebal!”
“Aku sudah bilang aku tidak bisa!” Junhyung menepis tangan Hara yang bergelayut di lengannya.
“Aku benar-benar masih mencintaimu oppa...!”
“Tapi
aku tidak, kau dengar itu?” Junhyung pun merasa risih dengan rengekkan
Hara yang seperti anak kecil dan terkesan manja. Yeoja ini memintanya
kembali menjadi namjachingunya. Tapi tentu saja Junhyung menolaknya, dia
sudah bosan dengan sifat manjanya itu.
“Apa ada orang lain yang kau cintai oppa?”
Junhyung
diam mendengar pertanyaan itu. Ini bukan berarti dia memang mencintai
gadis lain, tapi ia sedang berpikir apakah dengan mengatakan ‘ya’, Hara
akan menyerah?
“Ya.” jawab Junhyung akhirnya. Hal ini langsung
saja membuat Hara terkejut. Ada kemarahan dalam dirinya yang menemukan
bahwa ada yeoja lain yang lebih baik darinya.
“Nugu?” tanya Hara yang telah dipenuhi rasa penasaran.
Nugu?
Tak ada jawaban yang bisa Junhyung berikan. Toh dia memang tidak sedang
jatuh cinta. Dan tak ada yeoja yang membuatnya jatuh cinta.
“Kau
tak perlu tahu. Ini bukan urusanmu.” jawab Junhyung. Ia tetap
mempertahankan sikap dinginnya pada Hara, berharap yeoja ini cepat
pergi.
“Apa dia sama sepertiku? Apa dia orang yang kukenal? Apa
dia juga seorang entertainer? Beritahu aku oppa!” Hara memelas pada
Junhyung, berharap namja yang dicintainya itu mau memberitahunya.
“Apa
kau pikir aku akan memilih yeoja yang sama sepertimu?” senyum mengejek
terpampang di wajah Junhyung. Hara yang mendengarkannya pun menangis.
Mana mungkin seorang Junhyung tidak menyukai yeoja sepertinya. Kalau
tidak, kenapa dia mau berpacaran dengannya dulu?
“Sampai sekarang
pun aku belum tahu seperti apa kriteriamu, oppa. Tapi aku tidak akan
menyerah.” sambil terus menangis, Hara akhirnya meninggalkan Junhyung
sendirian di ruang tunggu.
Sepintas, kata-kata Hara
mengiang-ngiang di kepalanya. Kriteriaku? Seperti apa kriteria yeoja
pilihanku? Tanya Junhyung pada dirinya sendiri.
Memiliki kecantikan yang alami, sopan, pekerja keras, terlihat menawan, dan bicaranya halus sekali.
Kata-kata
Doojoon hyung tiba-tiba muncul dipikiran Junhyung. Mungkin itu adalah
kriterianya. Dan dia juga menyukai yeoja yang misterius dan pintar
menyembunyikan rahasia. Hanya itu.
Apa itu berarti Fani termasuk
kriterianya? Dilihat dari bicaranya yang selalu hati-hati, dia termasuk
kriteria yeoja misterius. Ditambah lagi dia bukanlah orang yang dengan
mudahnya membuka diri. Tapi walaupun begitu, dirinya dan Fani tidak
mungkin bisa bersatu mengingat Fani menganggapnya musuh, ya itu pun
kalau Fani memang JunEonnie, pikirnya.
Lamunan Junhyung dibuyarkan
oleh suara JunEonnie yang sedang tampil dalam salah satu acara musik di
TV. Ada yang berbeda dari penampilannya. JunEonnie menyanyikan lagu
‘Mysterious Man’ tanpa dance! Setahu Junhyung, lagu inilah yang
membuatnya memenangkan penghargaan ‘Best Dance Performance’ beberapa
bulan yang lalu. Tidak mungkin JunEonnie menyanyikannya tanpa dance,
kecuali dia sedang sakit kaki, pikir Junhyung.
Dan benar saja,
setelah lagu ini selesai, JunEonnie berjalan agak pincang ke belakang
stage. Junhyung pun tidak tahan untuk tidak tersenyum. Senyuman puas
yang penuh arti.
Tapi tiba-tiba, Junhyung teringat ucapan Fani saat di taman.
Aku
hanyalah seorang office girl yang penuh dengan beribu masalah. Aku
hanya berharap tidak ada orang lain yang menambah masalahku. Hidup
seperti ini saja sudah sangat berat.
Entah kenapa, kata-kata itu membuat senyuman Junhyung menghilang dari wajahnya.
Author’s POV End
---
Fani’s POV
“Apa
benar kakimu sudah tidak apa-apa?” tanya Hye Min yang sedang tiduran di
tempat tidurku. Pulang dari kampus dia langsung datang ke rumahku.
“Ne,
sekarang sudah lebih baik. Sudah beberapa hari aku tak mendengar kabar
tentang hubunganmu dan Joong Woo. Apa kalian baik-baik saja?” aku pun
ikut tiduran dekat Hye Min.
“Kita baik-baik saja. Joong Woo sedang
sibuk membuat proposal kegiatan belakangan ini, jadi aku jarang bertemu
dengannya, dan jangan alihkan pembicaraan! Sebenarnya kakimu itu
kenapa?” Hye Min memandang kakiku yang masih dibalut perban kecil.
Walaupun sudah tidak terasa sakit, tapi aku tidak tahan melihat lukanya.
Jadi, kututup saja.
“Aku membentur sudut rak di supermarket. Tapi
untung saja orang-orang disana menolongku.” jawabku. Entah kenapa aku
merasa lebih baik tidak mengatakan bahwa Yoseob-lah yang menolongku.
Hye Min tidak berkata apapun lagi setelah mendengar penjelasanku. Dia hanya memandangku dengan pandangan ‘oh’-nya.
Apa Junhyung sudah tahu bahwa JunEonnie sedang ada masalah dengan kakinya? Semoga saja dia tidak menyadari bahwa itu adalah aku.
“Ini
punyamu?” tanya Hye Min sambil menunjukan sebuah kalung perak berbandul
lingkaran yang didalamnya terdapat huruf F dan dipenuh dengan permata
kecil baik pada lingkaran maupun hurufnya. Kalung itu baru saja ia ambil
dari lemari meja lampu. Dasar, sembarangan saja buka-buka lemari orang!
“Ne. Jangan sembarangan dikeluarkan, itu kalung berharga. Kalau sampai hilang, aku akan marah besar padamu.” ancamku.
“Ne. Aku suka kalung ini, cantik sekali. Kau membelinya?”
“Ani. Itu pemberian orang tuaku.” jawabku. Haahh...aku jadi ingat appa dan eomma.
Seperti
merasakan perasaanku, Hye Min langsung merasa bersalah, “Mian, aku
tidak bermaksud mengungkit-ngungkit tentang orang tuamu.”
“Gwenchana.
Kalung itu, salah satu pemberian orang tuaku yang paling berharga. Kata
eomma, kalung itu tidak ada duanya di dunia ini karena appa dan eomma
sendiri yang membuat desainnya. Tapi semenjak mereka meninggal, aku
tidak pernah lagi memakainya.” jelasku.
“Kau menganggap kalung ini
berharga kan? Kalau begitu, pakailah. Tidak ada barang berharga yang
disimpan selama 5 tahun tanpa disentuh pemiliknya.” dia membersihkan
debu yang sudah tebal di kotak kalung itu, “Kalau kau tidak memakainya,
berarti kau menganggap kalung ini tidak berharga. Orang tuamu pasti
sedih kalau tahu bahwa anaknya tidak memakai kalung pemberian mereka.”
Hye Min memberikan kalung itu padaku. Entah sejak kapan sikapnya mulai
menjadi dewasa seperti ini.
Aku ragu memakai kalung itu. Aku takut
kalung itu lepas dan hilang saat aku memakainya. Tapi Hye Min benar,
aku tidak boleh terus menerus menyimpan benda ini. Aku harus memakainya.
“Baiklah,
aku akan memakainya.” dengan bantuan Hye Min, aku memasangkan kalung
itu di leher jenjangku. Aku berharap, semoga kalung ini membawa
keberuntungan untukku.
Fani’s POV End
---
Author’s POV
Siang
ini, Yoseob dan Junhyung akan tampil di acara Music Bank dengan
membawakan lagu ‘Thanks To’. Sementara menunggu, Yoseob dengan seriusnya
memandangi TV yang sedang menampilkan penampilan JunEonnie saat tampil
di Music Core.
“Wae? Ada yang aneh?” tanya Junhyung sambil meminum minuman kalengnya dengan santai.
Beberapa
detik Yoseob diam, tapi akhirnya dengan pelan ia berkata, “Entahlah
hyung. Aku merasa pernah melihat mata itu...” Yoseob tidak mengalihkan
pandangannya dari TV. Junhyung pun ikut memperhatikan mata JunEonnie
dalam TV. “...mata yang tajam dan tegas, tapi menyembunyikan beban.”
Junhyung
hanya bisa tersenyum mendengar perkataan temannya itu. Tentu saja
Yoseob pernah melihatnya di supermarket, pikir Junhyung. Mata itu, tak
pernah berbeda dengan mata Fani. Berapa kalipun ia bertemu dengan Fani,
mata itu tetap sama. Tajam, tapi ada beban dibaliknya.
“Mungkin hanya perasaanmu saja.” jawab Junhyung.
“Yah, mungkin.”
Selama
beberapa menit mereka diam. Lama-lama mereka diselimuti kebosanan.
Ruang tunggu ini, walapun dipenuhi beberapa orang, terasa membosankan
bagi mereka, terutama bagi Junhyung.
“Hyung, Kara akan tampil sebelum kita.” ucap Yoseob tiba-tiba.
“Lalu?”
“Bagaimana perasaanmu?”
Junhyung diam sesaat, berpikir. “Hmm, baik.” jawabnya santai seperti sedang membicarakan sesuatu yang tidak penting.
“Kau sepertinya benar-benar sudah melupakan Hara, hyung.”
“Lalu, apa yang harus kuperbuat? Memikirkannya? Aku sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi dengannya.”
Yoseob hanya bisa mengangkat kedua bahunya mendengar jawaban Junhyung. “Eh hyung, ingat yeoja yang bernama Fani itu?”
“Ne. Wae?” tanya Junhyung. Apa Yoseob menyadari mata JunEonnie mirip seperti mata Fani? Pikir Junhyung dalam hati.
“Tentang
lukanya itu, apa menurutmu sekarang sudah sembuh? Aku merasa
bertanggung jawab atas luka itu.” ucap Yoseob. Namja yang satu ini
memang terlalu baik dan perhatian, juga polos.
“Mungkin.”
“Dia
cantik ya hyung. Bukan maksudnya membanding-bandingkan, tapi menurutku
Fani lebih baik dibandingkan Hara.” mata Yoseob menerawang. Sepintas
bayangan wajah Fani muncul di kepala Junhyung. Ya, yeoja itu cantik,
tapi penuh dengan beban, pikirnya.
“Ne. Sebenarnya aku sering
bertemu dengannya. Dan di setiap pertemuannya, dia selalu terlihat
cantik. Dia juga menyenangkan.” ucap Junhyung. Yah, secara tidak resmi
Junhyung memang sering bertemu dengan yeoja itu baik saat dia sedang
menjadi Fani maupun JunEonnie.
“Jinjja?”
“Ne. Aku bahkan
pernah makan malam bersamanya beberapa kali. Kami sering membicarakan
JunEonnie karena dia fans beratnya. Haah, aku jadi ingin bertemu lagi
dengannya.” entah atas dasar apa Junhyung mengatakan itu, tapi ia merasa
ingin menemui yeoja itu.
“Wah, kau beruntung mengenal yeoja itu, hyung. Tapi sayang, dia seorang office girl.” kata Yoseob menyayangkan.
“Memangnya
salah kalau dia seorang office girl?” tanya Junhyung dengan nada
seperti tidak senang. Junhyung sendiri tidak tahu kenapa dia bisa
berkata seperti itu.
“Ah, ani, aku tidak bermaksud menghina statusnya. Sudahlah hyung, ayo kita bersiap-siap!”
Mereka
pun menghentikan pembicaraan mereka dan mulai bersiap-siap sebelum
produser datang. Tanpa mereka ketahui, seseorang di luar ruang tunggu
pergi dengan geram setelah mendengarkan pembicaraan mereka.
Author’s POV End
---
Junhyung’s POV
Hari
ini melelahkan sekali. Kegiatanku baru berakhir malam hari. Setelah
penampilanku dengan Yoseob, aku masih harus berduet dengan Kim Wan Sun
di lain acara. Dan dengan G.Na setelahnya.
Perutku lapar, aku butuh sesuatu untuk dimakan. Lalu, aku harus pergi kemana?
Pikiranku langsung tertuju pada McDonald’s. Entah kenapa, aku berharap bisa bertemu dengan yeoja itu.
Dan benar saja, yeoja itu sedang makan disana bersama temannya.
“Fani,
boleh aku bergabung? Disini memang banyak meja kosong, tapi tidak enak
makan sendirian.” tanyaku setelah memesan makanan. Mereka berdua
terkejut melihatku. Fani, mungkin dia terkejut karena dia sudah tahu
siapa aku. Tapi temannya itu, pasti dia terkejut dan bertanya-tanya,
‘Siapa namja bermasker ini?’
“Ne, deomnida.” ucap Fani akhirnya
diiringi senyum. Senyum yang terlalu dipaksakan menurutku, tapi itu
tidak mengubah kecantikannya.
“Fani...kau mengenal namja ini?”
tanya Hye Min pada Fani dengan ekspresi curiga. Tapi sebelum Fani
menjawab, aku melepaskan maskerku.
“Kita pernah bertemu sebelumnya
kan, Hye Min-ssi?” sudah bisa kutebak, yeoja itu membatu melihatku.
Pandangan yang biasa kuterima dari para fans yeoja.
“Kalian sudah pernah bertemu?”
“Ne, saat itu Hye Min sedang bekerja di ruang tunggu. Benar kan?”
“N,
ne.” jawab Hye Min gugup. Seorang pelayan datang membawakan pesananku,
beef burger dan ice coffee, sama dengan pesanan Fani. Fani pun memandang
sebentar pesananku. “Aku juga seorang penggemar JunEonnie.” ucapku
sambil tersenyum. Dan bisa kulihat, walaupun samar, Fani tersenyun
menghina. Sementara Hye Min hanya bisa diam terkejut menatapku. Sekeren
itukah aku?
“Mian, apa kalian sering bertemu sebelumnya?”
“Bisa
dibilang sering, bisa dibilang tidak. Tapi yang pasti, aku sudah
bertemu beberapa kali dengan Fani. Wae? Apa dia tidak pernah bilang
padamu kalau dia sudah beberapa kali bertemu denganku?”
“Ani.”
ups, sepertinya aku telah menimbulkan masalah disini. Apa persahabatan
mereka akan baik-baik saja setelah ini? Fani, terlihat sekali dari
ekspresinya bahwa ia merasa bersalah.
“Oh, berarti ini surprise untukmu. Sudahlah, ayo kita makan.”
Mataku
tertuju pada leher Fani yang memang tidak tertutupi mantel. Dia memakai
kalung perak berbandul lingkaran yang didalamnya terdapat huruf F dan
dipenuh dengan permata kecil di lingkaran maupun hurufnya. “Kalungmu
indah.”
Fani langsung memegang kalungnya. “Ini? Ah, ini kalung pemberian orang tuaku.”
“Oh, cantik sekali. Aku belum pernah melihat model yang seperti itu sebelumnya.” ucapku.
“Orang
tuaku sendiri yang membuat desainnya. Mereka bilang, kalung ini tak ada
duanya di dunia, hanya ada satu. Berlebihan memang, tapi ya begitulah.
Aku juga baru memakainya lagi, Hye Min yang menyuruhku.” kata Fani. Hye
Min hanya bisa terseyum mendengar namanya disebut. Dari tadi dia memang
tidak banyak bicara, mungkin dia sedikit speechless.
“Bagaimana luka di pergelangan kakimu? Apa sudah lebih baik?” tanyaku.
“Hmm, ne. Hanya saja bekasnya tidak mau hilang.”
Salah
satu hal yang aku suka dari Fani adalah, dia yeoja yang menyenangkan
jika diajak berbicara. Walaupun aku tak pernah mendengarnya membicarakan
sesuatu dengan sangat antusias, tapi aku menyukai cara bicaranya yang
tenang dan hati-hati.
Fani dan Hye Min pulang lebih dulu dariku
karena mereka memang datang lebih awal. Satu yang membuatku terkejut
malam ini adalah, ketika akan pulang, dengan pelan Fani bertanya padaku,
“Apakah aku pernah berkata bahwa aku berharap tidak ada orang lain yang
menambah masalahku?” tapi sebelum aku menjawab pertanyaan itu, dia
sudah pergi.
Junhyung’s POV End
---
Fani’s POV
“Annyeong
Hye Min-ah.” sapaku saat menghampiri Hye Min di kantin pagi ini. “Pergi
ke kantor bersama ya siang ini!” ajakku. Tapi Hye Min diam, menoleh pun
tidak. Lalu tiba-tiba dia beranjak pergi meninggalkanku tanpa berkata
apa pun.
Aku mengejarnya sampai ke depan kelas musik. “Ya! Hye
Min-ah! Kau ini kenapa?” Hye Min tetap tidak menjawab pertanyaanku.
Perasaanku mulai tidak enak. Pasti ini masalah kemarin.
“Hye Min-ah...”
“Kau ini sahabatku atau bukan?”
“Tentu saja aku ini sahabatmu.” jawabku.
“Aku tidak yakin. Sepertinya selama ini kau hanya menganggapku teman biasa, bukan sahabat. Dasar pengkhianat...”
“Apa ini masalah kemarin?” tanyaku. Sepertinya Hye Min benar-benar marah.
“Kau
pasti tahu kan dari dulu aku sangat mengidolakan Junhyung?” kali ini
Hye Min menyebut ‘Junhyung’, bukan ‘Junhyung oppa’. “Bahkan aku sangat
berharap bisa berbicara dengannya, membicarakan hal-hal yang
menyenangkan. Aku pikir orang yang aku anggap sahabat akan membantuku
mewujudkannya. Tapi ternyata, diam-diam dia mengkhianatiku.” jelasnya.
Terlihat sekali bahwa ia sangat sakit hati. Hye Min sampai meremas
kertas yang sedang ia pegang.
“Dengarkan aku Hye Min, sebenarnya aku...”
“Sangat
miris sekali melihat orang yang aku anggap sahabat sendiri berbicara
dengan santainya pada Junhyung, seperti teman dekat. Dan yang lebih
parahnya lagi, dia tidak memberitahuku bahwa dia pernah bertemu dengan
Junhyung sebelumnya. APA KAU TAHU BETAPA SAKIT HATINYA AKU?!” Hye Min
melempar kertas di genggamannya padaku.
“Hye Min-a, aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya...”
“Jangan
temui aku lagi! Aku muak melihatmu!!” lalu Hye Min pergi
meninggalkanku. Beginikah jadinya? Ini semua gara-gara namja itu! Kenapa
dia datang disaat aku sedang bersama Hye Min? Dan kenapa aku bersama
Hye Min saat dia datang? Ck, aku muak dengan diriku sendiri!
Kalau
begini caranya, siapa yang akan menemaniku lagi? Aku bukanlah yeoja
dengan banyak teman dan sahabat. Aku sadar aku ini yeoja yang selalu
menutup diri. Dan mungkin sebelum Hye Min memaafkanku, I’ll always
alone.
Baiklah, mungkin aku masih punya Joon oppa, managerku.
Lebih baik aku menemuinya siang ini karena hari ini adalah hari
perilisan lagu ‘Fiction’.
Fani’s POV End
---
Junhyung’s POV
Tiga hari kemudian...
Hari
ini penampilan pertamaku, eh ‘kami’ maksudku, dengan JunEonnie.
Walaupun versi baru lagu ‘Fiction’ ini baru saja dirilis tiga hari yang
lalu, tapi respon yang kami terima sangat sangat sangatlah baik. Bahkan
di Youtube sudah ditonton sebanyak 6 juta kali dalam waktu tiga hari
ini.
Kami mengadakan pesta kecil di ruang tunggu BEAST setelah
penampilan pertama kami, tentu saja tanpa kehadiran JunEonnie dan
managernya.
“Apa JunEonnie sudah pulang ya hyung?” tanya Dongwoon
padaku. Dia sangat berharap sekali bisa berpesta dengan JunEonnie
setelah penampilan tadi.
“Molla. Mungkin di ruang tunggunya.”
jawabku asal. Beberapa staff JE memberikan hadiah pada kami sebagai
tanda terima kasih. Tapi apapun itu, aku tidak mengharapkannya.
Terlalu
banyak minum membuatku ingin pergi ke toilet. Aku pun meminta izin pada
Doojoon hyung. “Hyung, aku ke toilet dulu sebentar.”
Aish, aku
lupa dimana toiletnya. Memang aku sering datang kesini, tapi aku jarang
pergi ke toilet. “Kalau tidak salah ke kiri, lalu kanan, dan kiri lagi,
eh, bukankah itu JunEonnie dan manajernya?” JunEonnie baru saja keluar
dari toilet wanita dengan manajernya yang menunggu di luar. Dan, eh,
sesuatu jatuh dari dalam jubah JunEonnie. Apa itu? Aku menunggu sampai
mereka hilang dari pandangan dan lekas mengambil benda itu.
Ternyata
itu adalah kalung perak berbandul lingkaran yang didalamnya terdapat
huruf F dan dipenuh dengan permata kecil. Aku tahu kalung ini, aku
pernah melihatnya. Bahkan aku melihatnya baru-baru ini. Aku pun tahu
siapa pemilik kalung ini. Pemiliknya sendiri yang mengatakan bahwa
kalung ini hanya ada satu di dunia. Lalu, kenapa kalung ini bisa ada
pada JunEonnie?
Seulas senyum kemenangan dengan sendirinya menghiasi wajahku. Aku memang seorang Joker, bukan?
Junhyung’s POV End
---
Fani’s POV
“Oppa, mungkinkah ini menjadi penampilan terakhirku dengan BEAST?”
Joon
oppa terlihat bingung dengan pertanyaan mendadakku ini. Ia pun
meletakkan catatan yang ia pegang. “Wae? Ini baru penampilan pertamamu
dengan BEAST. Masih banyak jadwalmu dengan mereka. Apa ada masalah?”
“Ani.
Hanya saja aku sedikit kurang nyaman dengan mereka. Rasanya aku ingin
mengakhiri kontrak ini secepatnya.” jawabku sedikit mendesah.
“Apa mereka membuat masalah denganmu?”
“Ani.
Aku baik-baik saja dengan mereka.” Yah setidaknya dengan lima member
yang lain. Yang menjadi masalah adalah rapper-nya. Aku yakin dia adalah
namja yang tidak bisa dikendalikan. Jujur aku takut. Cara bicaranya
selalu saja membuatku yakin bahwa apa yang ia katakan pasti akan
terjadi.
“Belakangan ini, aku jarang melihatmu bersama Hye Min.
Apa kalian ada masalah?” tanya Joon oppa. Dia benar, aku memang sedang
ada masalah dengan Hye Min.
“Ne. Dia membenciku sekarang.”
“Wae?”
“Karena
aku merahasiakan pertemuanku dengan Junhyung. Kau tahu kan dia sangat
mengidolakan namja itu? Beberapa hari yang lalu, saat aku pergi keluar
bersama Hye Min, kami bertemu Junhyung di McDonald’s. Yah, oppa
bayangkan sendiri bagaimana kelanjutannya.”
“Dan apa alasanmu tidak memberitahukannya pada Hye Min?” alasan? Ya, aku belum menjelaskan alasanku.
“Dia tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskannya. Tapi walaupun ia ingin tahu alasanku, aku ragu aku bisa menjawabnya.”
“Saranku,
lebih baik kau meminta maaf padanya. Apapun alasannya, asal jangan
sampai membongkar rahasiamu, aku yakin dia akan memaafkanmu.” kata Joon
oppa. Benar, aku harus meminta maaf pada Hye Min. Tidak baik
menunda-nunda permintaan maaf. Apalagi dia sahabat baik yang telah
membuatku sadar bahwa aku tidak boleh mengabaikan benda peninggalan dari
orang tersayang. Aku refleks memegang kalung di leherku.
Eh,
kemana kalungku? Rasanya aku memakai kalung itu dari rumah. Bahkan aku
memakainya saat sedang tampil. Apa kalung itu...terjatuh?
“Oppa! Kalungku HILANG...!!”
Hampir
setengah jam aku dan Joon oppa mencari kalung itu, tapi hasilnya nihil.
Untung saja yang lain sedang ikut pesta, jadi aku sedikit bebas
berkeliaran.
“Tunggu, rasanya kita belum mencari di ruang tunggu.
Aish, bodoh, seharusnya tempat yang pertama kita cari adalah ruang
tunggu. Lebih baik kau cari disana. Lagipula tidak baik kau berkeliaran
seperti ini walaupun yang lain sedang mengadakan pesta. Aku akan mencari
di dekat toilet.” perintah Joon oppa. Aku pun kembali ke ruang tunggu.
Gawat
kalau kalung itu benar-benar hilang. Itu satu-satunya kalung pemberian
orang tuaku yang paling berharga. Kalau sampai hilang, berarti aku telah
mengecewakan eomma dan appa!
“Aish, kemana kalung itu...?!!”
“Sedang
mencari barang berharga?” aku yang sedang mencari kalung di bawah sofa
pun langsung berdiri mendengar suara namja yang sangat kukenal. Shit,
namja ini lagi! Ini bahaya, apalagi aku sedang menjadi JunEonnie.
“Mau apa kau kesini?” tanyaku sinis.
“Hmm, hanya ingin bertemu denganmu. Wae? Tidak boleh?” jawabnya santai. Menyebalkan! Joon oppa, cepatlah kembali...!!
“Memangnya
apa yang sudah kau lakukan sampai-sampai kau berpikir bahwa kau berhak
bertemu denganku dalam situasi seperti ini? Kembalilah, aku sedang
sibuk. Aku tidak bisa menerima orang lain disini selain PresDir dan
managerku.”
“Ck, ck, ck, santai saja. Aku hanya ingin mengembalikan kalung ini. Kau sedang mencarinya kan.....Fani?”
To Be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar