Title :
JunEonnie (Part 5)
Author :
JunEonnie
Main Cast :
Fani / JunEonnie
Yong Junhyung (B2ST/BEAST)
Support Cast :
Kim Hye Min [OC]
Kang Shin Ri [OC]
B2ST/BEAST’s member
Rating :
AG
Genre :
Love/friendship, life
Length :
Chapter
Ps :
Eng ing eng……ada yang kaget dengan kemunculan ff ini? Gak ada? Ya
udah-_-”. Dulu aku sempet mau berhentiin ‘kemunculan’ ff ini. Tapi
karena beberapa alasan yang ‘sangat masuk akal’, akhirnya aku mutusin
buat mulai publish lagi ff ini:-D
Ya udahlah, happy reading ajahhh…
—
Last Part
Setelah membaca berita yang satu ini, aku sedikit menyesal.
Kenapa dari awal Pak Son menyetujui kerjasama ini? Sampai saat ini aku
belum menceritakan ancaman Junhyung pada siapapun. Aku terlalu takut.
Kalau saja dari awal aku tahu Junhyung itu seperti apa, aku pasti
menolak mentah-mentah tawaran itu.
Pak Son, dari awal dia memang hanya memanfaatkanku. Dia akan
melakukan apapun agar perusahaannya tidak jatuh, yah, dia pekerja keras.
Kata-kata seperti “Aku menganggap JunEonnie seperti anakku sendiri.”
atau “Aku bangga memiliki anak seperti JunEonnie.” sebenarnya hanya
kata-kata kosong bagiku. Aku hanyalah seorang ‘penghasil emas’ baginya.
Walaupun tak dipungkiri bahwa aku juga memanfaatkannya untuk membiayai
hidupku.
Aku rasa sudah cukup, sekarang waktunya pergi tidur, sudah terlalu malam.
—
Part 5
Junhyung’s POV
So so so replay… Let’s replay the secret. Make a
bullshit for a moment. That girl must gone. Please bring back the boy
and let’s replay the secret once again.
Lagu hip hop JunEonnie mengalun keras di mobil kami. Aku dan
Doojoon hyung sedang dalam perjalanan pulang ke dorm setelah mengisi
acara di salah satu stasiun tv. Hari ini sangat melelahkan. Tapi
pemandangan kota pada malam hari membuat rasa lelahku sedikit berkurang.
“Kau mengerti arti lagu ini?” tanya Doojoon hyung tiba-tiba. Aku pun
langsung menyuruh supir mengecilkan volume lagunya. Kukira Doojoon hyung
sudah tertidur karena dari tadi dia terus menghadapkan wajahnya keluar
mobil.
“Kau sendiri hyung?” aku balik bertanya.
“Menurutku lagu ini menceritakan tentang yeoja yang berusaha merebut kembali namjachingunya.”
“Menurutmu begitu? Tapi aku berpikir bahwa yeoja yang dimaksud tidak
benar-benar menginginkan namjachingunya kembali. Dia memiliki rencana
rahasia yang belum terlaksanakan sepenuhnya pada si namja. Jangan
abaikan lirik ‘and let’s replay the secret’-nya hyung. Bisa dibilang
itulah inti dari lagu ini.”
“Yah, aku tidak bisa mendeskripsikan lirik lagu dengan baik
sepertimu.” ucap Doojoon hyung pelan. Terlihat sekali bahwa ia sangat
lelah.
Beberapa menit kami saling diam. Kulihat sepertinya Doojoon hyung
masih bisa menahan lelahnya. Mungkin ini hanya perasaanku saja, tapi
sepertinya Doojoon hyung sedang memiliki masalah.
“Jun…” panggilnya pelan.
“Hmm?”
“Kau benar-benar sudah putus dengan Hara kan?” tanyanya. Untuk apa
dia bertanya tentang hal itu? Bukankah dia sudah tahu bahwa aku sudah
mengakhiri hubunganku dengan Hara?
“Ne. Wae?” tanyaku heran.
“Bagaimana perasaanmu setelah putus dengannya?” kali ini Doojoon hyung memandangku.
“Entahlah, biasa saja. Aku tidak merasa sedih sedikit pun. Mungkin
karena dari awal aku tidak benar-benar jatuh cinta padanya. Apa kau
sedang ada masalah hyung?”
Doojoon hyung tidak menjawab pertanyaanku melainkan bertanya lagi.
“Apa kau pernah merasakan jatuh cinta? Kalau pernah, seperti apa
rasanya?”
“Waktu SMA, aku pernah menyukai seorang noona di kelas 3. Yang aku
rasakan, noona itu telah membuatku terus memikirkannya, tiap malam terus
terbayang wajahnya, menjadi gugup jika bertemu dengannya walau hanya
sepintas, tidak bisa belajar dengan baik karena ingin terus bertemu
dengannya, dan macam-macam lagi. Tapi aku berhenti menyukainya setelah
aku tahu bahwa noona itu adalah yeojachingu seniorku dalam kelas musik.
Memangnya ada apa sih hyung?” tanyaku lagi. Wajahnya terlihat sangat
lelah, membuatku tak bisa membaca bagaimana perasaannya saat ini.
“Kalau begitu, mungkin aku sedang jatuh cinta.” ucapnya pelan, sebisa mungkin tidak terdengar oleh supir.
“M, mwo???” aku terkejut sendiri mendengar pengakuan Doojoon hyung. Dia sedang jatuh cinta? Leader BEAST sedang jatuh cinta??!
“Ssst…! Pelankan nada suaramu.”
“Siapa hyung? Siapa yeoja yang telah membuatmu jatuh cinta?”
“Aku belum siap menceritakannya padamu. Yang pasti dia bukan Hara.
Tolong jangan ceritakan dulu masalah ini pada yang lain. Hanya kau yang
tahu. Aku bercerita padamu karena aku menganggap kau lebih berpengalaman
dari yang lain.” jelasnya.
“Arasseo. Boleh aku tahu ciri-cirinya hyung? Sedikit saja…”
“Hmm, menurutku dia mirip dengan office girl yang menabrak kita di
restroom JE Entertainment. Memiliki kecantikan yang alami, sopan,
pekerja keras, terlihat menawan, dan bicaranya halus sekali. Hanya saja
rambutnya panjang dan bergelombang.”
Office girl JE? Fani? Jadi yeoja yang Doojoon hyung suka mirip dengan
Fani? Gadis yang belakangan ini aku curigai sebagai JunEonnie? Yah, aku
akui yeoja itu memang seperti apa yang Doojoon hyung katakan. Dia
memang cantik. Aku sudah beberapa kali bertemu dengannya. Dia memang
sopan dan sangat…berhati-hati.
Ngomong-ngomong, mau kemana yeoja itu saat dia menabrak Doojoon
hyung, Yoseob, dan aku di depan restroom? Setahuku di ujung jalan
terusan dari restroom hanya ada ruang rekaman, dan jalan yang belok ke
kiri hanya ada ruangan PresDir JE dan ruangan JunEonnie.
Dia tidak mungkin pergi ke ruang rekaman karena kulihat sekilas dia
berbelok ke kiri. Dia juga tidak mungkin pergi ke ruangan PresDir karena
si PresDir sedang berada di tempat penandatanganan kontrak. Dan yang
aku dengar, PresDir JE selalu mengunci ruangannya kalau dia pergi keluar
karena ada beberapa data penting tentang JunEonnie yang harus
disimpannya baik-baik.
Jadi, kalau bukan ke ruang rekaman dan ruangan PresDir, kemana yeoja
itu pergi? Yah, menurutku jawabannya hanya satu. Ruangan JunEonnie.
Mungkin dia akan mengganti pakaiannya. Dia yang bilang sendiri bahwa dia
sedang terburu-buru. Kebetulan pihak JE mengatakan JunEonnie belum
datang. JunEonnie datang 15 menit kemudian setelah aku, Doojoon hyung,
dan Yoseob kembali ke tempat penandatanganan kontrak. Bukankah itu
terlalu cocok?
“Hyung…”
“Hmm?”
“Apa kau ingat kapan kita menandatangani kontrak dengan JunEonnie?”
tanyaku. Aku benar-benar lupa kapan penandatanganan kontrak itu.
Doojoon hyung berusaha mengingat-ngingat dan, “Hmm, kalau tidak salah hari Selasa. Wae?”
“Ah, ani. Hanya saja aku lupa.” jawabku. Doojoon hyung kembali memalingkan wajahnya ke luar jendela.
Yap! Fani datang di hari penandatanganan kontrak padahal hari itu dia
sedang libur. Sepertinya tidak mungkin jika dia datang karena disana
sedang kekurangan tenaga staf office, karena yang aku lihat staf office
cukup banyak yang bekerja saat itu. Setidaknya lebih banyak dari hari
saat aku bertemu dengan temannya, Hye Min.
Ini benar-benar memperkuat dia sebagai ‘the real candidate’ JunEonnie.
Junhyung’s POV End
—
Fani’s POV
Hari ini pihak JE Entertainment dan CUBE
Entertainment (beserta member-member BEAST) akan mengadakan konferensi
pers mengenai single baru BEAST yang akan rilis tidak lama lagi. Seperti
yang sebelum-sebelumnya, aku tidak datang menghadiri konferensi pers.
Pak Son selalu berkata ‘Cukup hanya kami saja.’.
“Fan, adakah namja yang kau cintai sekarang?” pertanyaan yang
tiba-tiba itu sukses membuatku tertegun sejenak saat sedang
melihat-lihat baju di mall.
“Hye Min-a, apakah wajahku terlihat seperti orang yang sedang jatuh
cinta?” tanyaku heran. Kenapa Hye Min tiba-tiba menanyakan hal itu?
“Kau ini jangan bicara yang tidak-tidak Hye Min. Yeoja seperti Fani
yang selalu memasang wajah ‘tak peduli’ itu tidak mungkin jatuh cinta.”
ucap Shin Ri yang sedang asyik mencoba sepatu pajangan.
“Enak saja kau. Kau pikir aku yeoja aneh yang tidak mungkin jatuh cinta, hah?”
“Oh, jadi sekarang ada namja yang kau cintai?” ucap Shin Ri lagi, meledek.
“Eobseo. Hanya saja aku belum tertarik dengan yang namanya cinta. Terlalu rumit.”
“Darimana kau tahu cinta itu rumit kalau kau belum pernah
merasakannya? Jangan sok tahu.” Hye Min menatapku serius. “Kau cantik,
baik, sopan, cukup menawan, dan pintar, walaupun tidak sepintar aku.”
Hye Min tertawa kecil dengan pujiannya sendiri. “Aku yakin banyak namja
yang menyukaimu. Aku rasa kau terlalu menutup diri. Itu tidak baik Fan.”
Bukan keinginanku untuk menutup diri seperti ini. Ini tuntutan
pekerjaan. Andai mereka tahu aku juga ingin merasakan apa yang namanya
cinta. Tapi namja yang dekat denganku saat ini hanya Joon oppa dan Pak
Son.
Terakhir aku merasakan cinta saat kelas 1 SMA. Setelah orang tuaku
meninggal, aku tidak pernah lagi menerima dan merasakan cinta. Semuanya
telah hilang. Cinta bukan lagi hal penting yang masuk di peringkat 10
besar dalam daftar hal penting bagiku. Sampai saat aku bertemu Hye Min.
Dialah yang telah membuatku dapat merasakan lagi apa yang namanya cinta
dengan kasih sayang yang terus ia berikan sebagai sahabat. Hanya itu,
tidak ada yang lain.
“Arra. Aku juga sadar bahwa suatu saat nanti aku akan hidup dalam
dekapan seorang namja. Hanya saja mungkin sekarang belum waktunya.”
jawabku pasti. Tapi itu sepertinya tidak membuat Hye Min dan Shin Ri
yakin.
“Belum waktunya? Apa kau merasa masih berumur 12 tahun? Kau ini
sedang beranjak dewasa, Fani. Dan kau harus mengenal cinta untuk bisa
mengenal dunia!” Shin Ri sedikit tak sabar mendengar pernyataan
konyolku.
“Aku sudah menerima banyak cinta dari kalian. Itu cukup.”
“Maksudku cinta dari seorang namja! Bersikaplah dewasa Fan!” ucap
Shin Ri lagi. Aku tahu Shin Ri orang yang berpengalaman dalam masalah
cinta. Tapi tidak seharusnya dia memaksaku kan? Lagipula, aku merasa
sudah cukup bersikap dewasa semenjak ditinggal orang tuaku. Lima tahun
sudah cukup membuatku tegar dalam kesendirian.
“Apa kau mau aku kenalkan dengan beberapa namja kenalanku?” tawar Shin Ri.
“Shin Ri, sudahlah. Mungkin Fani memang belum mau berurusan dengan
cinta. Biarkan dia menemukan jalannya sendiri.” Hye Min berusaha
mendukungku. Sepertinya hanya dia yang bisa mengerti aku saat ini.
“Tapi dia harus…”
“CUKUP!!!” aku membentak Shin Ri. “Aku tahu niatmu baik. Tapi aku
belum siap ditinggalkan cinta untuk yang kedua kalinya sama seperti yang
telah dilakukan orang tuaku! Kau tidak pernah tahu kan bagaimana
rasanya ditinggalkan cinta yang sudah sangat besar dan berdiam diri
dalam kesendirian selama lima tahun??! Aku berusaha menghidupi diriku
sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Aku berusaha tegar selama lima
tahun ini. Aku berusaha menerima kenyataan bahwa aku tak punya satu pun
keluarga dekat untuk meminta bantuan! Aku hanya punya kalian…” tanpa
sadar aku meneteskan air mata.
“Mian aku membentakmu Shin Ri. Aku hanya tak ingin kau memaksaku. Aku
punya alasan sendiri kenapa aku tak ingin berurusan dengan cinta lagi.”
Ya, salah satunya karena aku adalah JunEonnie. Itu adalah beban paling
berat yang harus kutanggung. Dengan disembunyikannya identitas
JunEonnie, tentu saja aku harus menutup diri. Bahkan dari sahabatku
sendiri.
Tiba-tiba Shin Ri memelukku. Ini agak memalukan mengingat kita sedang
berada di mall sekarang. “Mian, aku tak bermaksud memaksamu. Mianhae
Fani-a…”
“Gwenchana. Sudah malam, ayo kita pulang.”
Fani’s POV End
—
Author’s POV
“Apalagi hyung?” tanya Yoseob setelah meletakkan satu paket minuman bersoda ke dalam keranjang.
“Snack. Terserah merek apa saja. Jangan lupa beli roti dan
selainya. Kalau ada beli selai yang rasa cokelat kacang. Doojoon hyung
bilang dia pesan sikat gigi baru dan susu botol rasa vanilla. Itu saja.
Ah tunggu! Junhyung bilang dia memesan cup noddle.” kata Hyunseung dalam telepon.
“Ne.” Yoseob pun menutup teleponnya dan mulai mencari pesanan
hyung-hyungnya itu. “Aish…kenapa harus aku yang pergi berbelanja? Untung
saja ini malam, tidak banyak pengunjung yang datang ke supermarket
ini.” Yoseob memijit-mijit lehernya pelan. Konferensi pers tadi siang
membuatnya lelah.
“AW!!” seorang yeoja berteriak di balik rak. Yoseob yang terkejut langsung menuju ke asal suara.
Seorang yeoja terduduk di lantai sambil memegangi pergelangan kakinya yang berdarah. “Ya! Gwenchana?”
“Kakiku berdarah…aw!” yeoja itu berteriak ketika Yoseob menggerakkan
sedikit kakinya. Yoseob merasa pernah melihat yeoja ini, tapi ia lupa
dimana.
Sementara Fani terkejut melihat siapa yang menolongnya. Dia
kan…Yoseob!!! “Gwenchana, aku akan membeli plester.” Fani berusaha
berdiri tapi terjatuh lagi, luka ini terasa sakit sekali. Ini gara-gara
ujung rak yang Fani tabrak dengan keras dan meninggalkan luka sepanjang 3
cm.
“Tunggu disini, aku akan membersihkan lukamu.” Yoseob lalu meninggalkan Fani. “Tidak usah, hey…”
Tak lama ia kembali dengan seorang penjaga supermarket. Mereka
membersihkan darah di pergelangan kaki Fani dan menutupnya dengan kain
perban kecil seukuran kapas.
“Kamsahamnida.” ucap Fani pada Yoseob dan penjaga supermarket.
“Cheonman. Kau sudah selesai belanja? Biar kubawa belanjaanmu ke
tempat kasir.” tanpa persetujuan Fani, Yoseob langsung mengambil
belanjaannya ke tempat kasir. Kebetulan dia pun selesai mengambil
pesanan para hyung-nya.
“Aku merasa pernah melihatmu. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Yoseob saat penjaga kasir mulai menghitung belanjaanya.
“Ne. Aku office girl yang menabrakmu dan teman-temanmu di depan
restroom JE Entertainment.” jawab Fani yang merasa ia tak boleh
berbohong tentang masalah ini.
“Oh, ne! Aku ingat. Wah, aku tidak menyangka bisa bertemu lagi
denganmu disini. Siapa namamu? Eh sebelumnya, kau tahu namaku kan?”
tanya Yoseob sedikit bercanda. Ia memamerkan senyuman imutnya pada Fani.
“Tentu saja aku tahu, Yoseob-ssi. Fani imnida.” Fani sedikit membungkuk pada Yoseob.
“Fani? Nama yang unik. Ngomong-ngomong, apa tidak apa-apa kau pulang sendirian dengan kaki seperti itu?”
“Gwenchana. Aku membawa motor, jadi tidak akan terlalu sakit. Terima
kasih atas pertolongannya.” sekali lagi Fani membungkuk pada Yoseob.
Walaupun Yoseob baik padanya, tapi Fani merasa ia harus tetap waspada.
Bisa saja Yoseob adalah kelinci putih berkulit serigala. Sama seperti
temannya.
“Ne, cheonman. Aku suka membantu orang lain.”
Rasa khawatir muncul di hati Fani. Dua hari lagi ia akan tampil di
salah satu stasiun TV. Jika mereka melihatnya (sebagai JunEonnie)
berjalan pincang nanti, apa yang harus ia katakan?
—
“Ya! Kemana saja kau ini? Lama sekali…” Doojoon sedikit membantak Yoseob yang datang terlambat ke dorm.
“Aku sedikit masalah di supermarket hyung. Nih. Jangan lupa bayar,
itu semua dibayar menggunakan uangku.” Doojoon dan Hyunseung hanya
mengangguk-ngangguk. Hyunseung memberikan cup noddle pada Junhyung yang
sedang makan dan membawa sisanya ke ruang tengah, diikuti Doojoon.
“Memangnya masalah apa?” tanya Junhyung yang sebenarnya tidak
tertarik. Hanya saja ia bosan karena dari tadi tak ada yang mengajaknya
berbicara.
“Ada yeoja yang pergelangan kakinya terluka karena menabrak ujung rak. Darahnya keluar cukup banyak.” jelas Yoseob.
“Oh.” kemudian Junhyung melanjutkan lagi makannya. Sudah ia duga itu bukan peristiwa yang menarik.
“Hyung, kau tahu yeoja cantik yang menabrak kita saat di depan
restroom JE Entertainment?” tanya Yoseob yang teringat dengan nama yeoja
itu.
“Ne, wae?”
“Dialah yeoja yang pergelangan kakinya berdarah. Namanya Fani.”
Mendengar nama itu, Junhyung langsung tersedak makanannya. “Uhuk, uhuk!!”
“Hati-hati kalau sedang makan hyung! Minumlah!” Yoseob memberikan segelas air putih pada Junhyung.
“Fani? Kau bertemu dengan yeoja itu di supermarket?” ia jadi tertarik
dengan cerita Yoseob. Ini bisa jadi bukti fisik yang meyakinkan,
pikirnya.
“Ne. Kasihan dia tidak bisa berjalan dengan baik. Jalannya jadi agak pincang.”
“Jalannya pincang??” ulang Junhyung masih tidak percaya.
“Ne, wae hyung?”
“Ah, ani.” seulas senyum tipis tercetak di wajah Junhyung. Ini berita
bagus. Dia tinggal melihat apakah JunEonnie juga kakinya pincang
seperti Fani. Fani bisa saja meniru JunEonnie saat sakit tenggorokan,
tapi JunEonnie mana mungkin meniru Fani yang kakinya sedang pincang kan?
Yah kecuali kalau JunEonnie itu memang Fani.
—
Pagi ini aku tak henti-hentinya tersenyum. Wae? Bisa dibilang aku
terlalu senang bahwa sebentar lagi aku akan membongkar identitas
JunEonnie. Rencanaku akan segera berjalan setelah memenangkan permainan
ini. And then, let’s replay the secret!
“Ya, hyung! Jangan senyum-senyum sendiri! Nanti kau dikira orang
gila. Aish, aku menyesal mengajakmu jogging pagi ini. Lihat, beberapa
orang terkikik melihatmu senyum-senyum sendiri.” omel GiKwang. Aish, dia
memang tidak tahu bagaimana perasaanku sekarang ini.
“Berisik kau. Ayo kita istirahat. Aku akan membeli minum.” Aku pun
pergi meninggalkan GiKwang yang duduk di bangku pinggir taman. Beberapa
yeoja melirik antusias padanya. Bagaimana tidak, GiKwang hanya memakai
kaos tanpa lengan dan celana panjang untuk berolahraga. Tentu saja itu
membuat para yeoja gelagapan melihatnya.
Aku melihat yeoja itu duduk di sudut taman, agak jauh dari tempat
GiKwang, jauh dari keramaian. Sedang apa dia pagi-pagi begini?
Berolahraga?
“Annyeong!” sapaku. Dan sudah kuduga, dia sangat terkejut melihat kedatanganku. Dia tampak cantik dalam balutan sweater merah.
“A, annyeong Junhyung-ssi.” jawabnya tergagap. Dia sepertinya agak gelisah melihatku. Dan aku senang mengetahuinya.
“Sedang apa kau disini?”
“Aku sudah membeli obat di toko obat seberang sana. Kau sendiri
sedang apa disini? Jogging?” tanyanya. Aku tidak bisa melihat luka di
kakinya karena dia memakai celana panjang.
“Ne, aku sedang jogging dengan GiKwang, tapi dia sedang beristirahat
disana. Kudengar dari Yoseob kemarin kakimu terluka ya? Sebenarnya
kenapa?”
“Ah, tidak apa-apa kok. Hanya sobek sedikit. Aku kurang hati-hati
sampai-sampai menabrak ujung rak. Baru saja aku membeli kain perban baru
karena kain perban yang kemarin terkena air.” jawabnya. Terlihat sekali
bahwa dia sangat hati-hati dalam memilih kata-kata.
“Oh.”
Kami diam selama beberapa saat. Aku berusaha berpikir keras apa yang
harus kulakukan agar memancing dia membuat kesalahan. Tapi hasilnya
nihil. Akhirnya aku memutuskan membicarakan hal lain agar pertemuanku
berlangsung sedikit lebih lama dengannya.
“Fani.”
“Ne?”
“Seseorang sedang jatuh cinta. Dia memintaku untuk membantunya,
mencarikan solusi yang tepat untuknya. Menurutmu apa yang harus
kulakukan untuk membantu?” tanyaku yang teringat tentang Doojoon hyung.
Fani tampak diam berpikir. Entah apa yang dia pikirkan, tapi kurasa dia kurang menyukai topik pembicaraan ini.
“Molla. Jangan bertanya padaku, aku bukan orang yang ahli dalam bidang itu.” jawabnya.
“Jinjja? Kupikir kau memiliki pengalaman lebih banyak dariku.” candaku. Dia hanya bisa tersenyum mendengarnya.
“Aku…belum pernah merasakan lagi apa yang namanya cinta selama lima
tahun terakhir ini…” ucapnya pelan. Dia terlihat sedih saat mengatakan
itu. Matanya menerawang menembus langit.
“Maksudmu?”
“Orang tuaku meninggal saat aku masih duduk di bangku SMA. Semenjak
saat itu, cinta yang hidup dalam diriku hilang begitu saja. Hanya orang
tuaku lah, saat itu, yang menjadi sumber cintaku. Aku tak punya
siapa-siapa di sini. Aku hidup dalam kesendirian selama lima tahun,
tanpa cinta. Yah, walaupun aku sempat tinggal di rumah tetanggaku, tapi
aku merasa bahwa aku masih sendiri. Kau harus bersyukur, masih banyak
orang yang mencintaimu.” jelasnya. Jadi, Fani hanyalah seorang yeoja
yang hidup tanpa cinta? Dia seorang entertainer (kalau dia benar-benar
JunEonnie), tapi tidak pernah merasakan cinta. Cinta yang diberikan fans
bukanlah untuknya, tapi untuk JunEonnie. Aku tak bisa bayangkan
bagaimana kehidupannya.
“Oh, mian, aku tidak tahu. Aku selalu bersyukur masih ada orang yang
mencintaiku, bukan maksudnya menyidir lho. Tapi terkadang aku merasa
hidup dengan penuh cinta sedikit menyesakkan.” aku tersenyum padanya.
Aku kagum pada ketegarannya yang bisa bertahan selama lima tahun.
“Begitukah? Aku belum pernah merasakannya karena aku biasanya memberi
cinta, bukan diberi cinta. Lagipula, siapa yang mau memberiku cinta?
Aku hanyalah seorang office girl yang penuh dengan beribu masalah. Aku
hanya berharap tidak ada orang lain yang menambah masalahku. Hidup
seperti ini saja sudah sangat berat.” jelasnya dengan nada sedih.
Sepintas aku merasa iba padanya. Aku tak menyangka ternyata hidupnya seperti itu.
“Jangan begitu, sesuatunya pasti akan berubah. Ah, ngomong-ngomong, setelah ini kau mau kemana?”
“Tentu saja pulang, dan, ya ampun…aku ada jadwal kuliah pagi ini. Aku
tak bisa lama-lama disini.” dengan susah payah Fani berdiri. Sepertinya
memang tidak bisa berjalan dengan baik.
“Mau aku antar? Kakimu sakit kan?” tawarku.
“Tidak usah, aku membawa motor. Annyeong kyeseyo, Junhyung-ssi.” Fani
membungkuk kecil padaku dan pergi. Jalannya pincang, aku sedikit tidak
tega melihatnya.
Ngomong-ngomong, kenapa dia bercerita tentang keluarganya padaku?
Bukankah Fani adalah yeoja yang sangat berhati-hati dan tidak membuka
diri?
Junhyung’s POV End
—
Fani’s POV
Aku tidak tahu kenapa aku menceritakan tentang keluargaku pada
Junhyung, orang yang berniat membongkar identitasku. Keinginan untuk
bercerita mengalir begitu saja. Ini pasti gara-gara kemarin membicarakan
tentang cinta, aku jadi teringat kedua orang tuaku. Aku merindukan
mereka…
Tapi aku berharap Junhyung tersentuh dengan ceritaku. Mudah-mudahan
saja dia mau mengurungkan niatnya untuk membongkar identitas JunEonnie,
yah kalau dia sudah tahu kalau akulah si JunEonnie.
Aku harus segera latihan siang ini. Lagu yang harus kubawakan besok
adalah lagu ‘Mysterious Man’. Dan sialnya, lagu itu harus diiringi
dengan dance. Apakah dengan keadaan kaki yang seperti ini, aku masih
bisa melakukannya?
To Be Continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar