Kamis, 05 Juli 2012

JunEonnie (Part 5)

Title :
JunEonnie (Part 5)
Author :
JunEonnie
Main Cast :
Fani / JunEonnie
Yong Junhyung (B2ST/BEAST)
Support Cast :
Kim Hye Min [OC]
Kang Shin Ri [OC]
B2ST/BEAST’s member
Rating :
AG
Genre :
Love/friendship, life
Length :
Chapter
Ps :
Eng ing eng……ada yang kaget dengan kemunculan ff ini? Gak ada? Ya udah-_-”. Dulu aku sempet mau berhentiin ‘kemunculan’ ff ini. Tapi karena beberapa alasan yang ‘sangat masuk akal’, akhirnya aku mutusin buat mulai publish lagi ff ini:-D
Ya udahlah, happy reading ajahhh…




Last Part

Setelah membaca berita yang satu ini, aku sedikit menyesal. Kenapa dari awal Pak Son menyetujui kerjasama ini? Sampai saat ini aku belum menceritakan ancaman Junhyung pada siapapun. Aku terlalu takut. Kalau saja dari awal aku tahu Junhyung itu seperti apa, aku pasti menolak mentah-mentah tawaran itu.

Pak Son, dari awal dia memang hanya memanfaatkanku. Dia akan melakukan apapun agar perusahaannya tidak jatuh, yah, dia pekerja keras. Kata-kata seperti “Aku menganggap JunEonnie seperti anakku sendiri.” atau “Aku bangga memiliki anak seperti JunEonnie.” sebenarnya hanya kata-kata kosong bagiku. Aku hanyalah seorang ‘penghasil emas’ baginya. Walaupun tak dipungkiri bahwa aku juga memanfaatkannya untuk membiayai hidupku.

Aku rasa sudah cukup, sekarang waktunya pergi tidur, sudah terlalu malam.



Part 5

Junhyung’s POV

So so so replay… Let’s replay the secret. Make a bullshit for a moment. That girl must gone. Please bring back the boy and let’s replay the secret once again.

Lagu hip hop JunEonnie mengalun keras di mobil kami. Aku dan Doojoon hyung sedang dalam perjalanan pulang ke dorm setelah mengisi acara di salah satu stasiun tv. Hari ini sangat melelahkan. Tapi pemandangan kota pada malam hari membuat rasa lelahku sedikit berkurang.

“Kau mengerti arti lagu ini?” tanya Doojoon hyung tiba-tiba. Aku pun langsung menyuruh supir mengecilkan volume lagunya. Kukira Doojoon hyung sudah tertidur karena dari tadi dia terus menghadapkan wajahnya keluar mobil.

“Kau sendiri hyung?” aku balik bertanya.

“Menurutku lagu ini menceritakan tentang yeoja yang berusaha merebut kembali namjachingunya.”

“Menurutmu begitu? Tapi aku berpikir bahwa yeoja yang dimaksud tidak benar-benar menginginkan namjachingunya kembali. Dia memiliki rencana rahasia yang belum terlaksanakan sepenuhnya pada si namja. Jangan abaikan lirik ‘and let’s replay the secret’-nya hyung. Bisa dibilang itulah inti dari lagu ini.”

“Yah, aku tidak bisa mendeskripsikan lirik lagu dengan baik sepertimu.” ucap Doojoon hyung pelan. Terlihat sekali bahwa ia sangat lelah.

Beberapa menit kami saling diam. Kulihat sepertinya Doojoon hyung masih bisa menahan lelahnya. Mungkin ini hanya perasaanku saja, tapi sepertinya Doojoon hyung sedang memiliki masalah.

“Jun…” panggilnya pelan.

“Hmm?”

“Kau benar-benar sudah putus dengan Hara kan?” tanyanya. Untuk apa dia bertanya tentang hal itu? Bukankah dia sudah tahu bahwa aku sudah mengakhiri hubunganku dengan Hara?

“Ne. Wae?” tanyaku heran.

“Bagaimana perasaanmu setelah putus dengannya?” kali ini Doojoon hyung memandangku.

“Entahlah, biasa saja. Aku tidak merasa sedih sedikit pun. Mungkin karena dari awal aku tidak benar-benar jatuh cinta padanya. Apa kau sedang ada masalah hyung?”

Doojoon hyung tidak menjawab pertanyaanku melainkan bertanya lagi. “Apa kau pernah merasakan jatuh cinta? Kalau pernah, seperti apa rasanya?”

“Waktu SMA, aku pernah menyukai seorang noona di kelas 3. Yang aku rasakan, noona itu telah membuatku terus memikirkannya, tiap malam terus terbayang wajahnya, menjadi gugup jika bertemu dengannya walau hanya sepintas, tidak bisa belajar dengan baik karena ingin terus bertemu dengannya, dan macam-macam lagi. Tapi aku berhenti menyukainya setelah aku tahu bahwa noona itu adalah yeojachingu seniorku dalam kelas musik. Memangnya ada apa sih hyung?” tanyaku lagi. Wajahnya terlihat sangat lelah, membuatku tak bisa membaca bagaimana perasaannya saat ini.

“Kalau begitu, mungkin aku sedang jatuh cinta.” ucapnya pelan, sebisa mungkin tidak terdengar oleh supir.

“M, mwo???” aku terkejut sendiri mendengar pengakuan Doojoon hyung. Dia sedang jatuh cinta? Leader BEAST sedang jatuh cinta??!

“Ssst…! Pelankan nada suaramu.”

“Siapa hyung? Siapa yeoja yang telah membuatmu jatuh cinta?”

“Aku belum siap menceritakannya padamu. Yang pasti dia bukan Hara. Tolong jangan ceritakan dulu masalah ini pada yang lain. Hanya kau yang tahu. Aku bercerita padamu karena aku menganggap kau lebih berpengalaman dari yang lain.” jelasnya.

“Arasseo. Boleh aku tahu ciri-cirinya hyung? Sedikit saja…”

“Hmm, menurutku dia mirip dengan office girl yang menabrak kita di restroom JE Entertainment. Memiliki kecantikan yang alami, sopan, pekerja keras, terlihat menawan, dan bicaranya halus sekali. Hanya saja rambutnya panjang dan bergelombang.”

Office girl JE? Fani? Jadi yeoja yang Doojoon hyung suka mirip dengan Fani? Gadis yang belakangan ini aku curigai sebagai JunEonnie? Yah, aku akui yeoja itu memang seperti apa yang Doojoon hyung katakan. Dia memang cantik. Aku sudah beberapa kali bertemu dengannya. Dia memang sopan dan sangat…berhati-hati.

Ngomong-ngomong, mau kemana yeoja itu saat dia menabrak Doojoon hyung, Yoseob, dan aku di depan restroom? Setahuku di ujung jalan terusan dari restroom hanya ada ruang rekaman, dan jalan yang belok ke kiri hanya ada ruangan PresDir JE dan ruangan JunEonnie.

Dia tidak mungkin pergi ke ruang rekaman karena kulihat sekilas dia berbelok ke kiri. Dia juga tidak mungkin pergi ke ruangan PresDir karena si PresDir sedang berada di tempat penandatanganan kontrak. Dan yang aku dengar, PresDir JE selalu mengunci ruangannya kalau dia pergi keluar karena ada beberapa data penting tentang JunEonnie yang harus disimpannya baik-baik.

Jadi, kalau bukan ke ruang rekaman dan ruangan PresDir, kemana yeoja itu pergi? Yah, menurutku jawabannya hanya satu. Ruangan JunEonnie. Mungkin dia akan mengganti pakaiannya. Dia yang bilang sendiri bahwa dia sedang terburu-buru. Kebetulan pihak JE mengatakan JunEonnie belum datang. JunEonnie datang 15 menit kemudian setelah aku, Doojoon hyung, dan Yoseob kembali ke tempat penandatanganan kontrak. Bukankah itu terlalu cocok?

“Hyung…”

“Hmm?”

“Apa kau ingat kapan kita menandatangani kontrak dengan JunEonnie?” tanyaku. Aku benar-benar lupa kapan penandatanganan kontrak itu.

Doojoon hyung berusaha mengingat-ngingat dan, “Hmm, kalau tidak salah hari Selasa. Wae?”

“Ah, ani. Hanya saja aku lupa.” jawabku. Doojoon hyung kembali memalingkan wajahnya ke luar jendela.

Yap! Fani datang di hari penandatanganan kontrak padahal hari itu dia sedang libur. Sepertinya tidak mungkin jika dia datang karena disana sedang kekurangan tenaga staf office, karena yang aku lihat staf office cukup banyak yang bekerja saat itu. Setidaknya lebih banyak dari hari saat aku bertemu dengan temannya, Hye Min.

Ini benar-benar memperkuat dia sebagai ‘the real candidate’ JunEonnie.

Junhyung’s POV End



Fani’s POV

Hari ini pihak JE Entertainment dan CUBE Entertainment (beserta member-member BEAST) akan mengadakan konferensi pers mengenai single baru BEAST yang akan rilis tidak lama lagi. Seperti yang sebelum-sebelumnya, aku tidak datang menghadiri konferensi pers. Pak Son selalu berkata ‘Cukup hanya kami saja.’.

“Fan, adakah namja yang kau cintai sekarang?” pertanyaan yang tiba-tiba itu sukses membuatku tertegun sejenak saat sedang melihat-lihat baju di mall.

“Hye Min-a, apakah wajahku terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta?” tanyaku heran. Kenapa Hye Min tiba-tiba menanyakan hal itu?

“Kau ini jangan bicara yang tidak-tidak Hye Min. Yeoja seperti Fani yang selalu memasang wajah ‘tak peduli’ itu tidak mungkin jatuh cinta.” ucap Shin Ri yang sedang asyik mencoba sepatu pajangan.

“Enak saja kau. Kau pikir aku yeoja aneh yang tidak mungkin jatuh cinta, hah?”

“Oh, jadi sekarang ada namja yang kau cintai?” ucap Shin Ri lagi, meledek.

“Eobseo. Hanya saja aku belum tertarik dengan yang namanya cinta. Terlalu rumit.”

“Darimana kau tahu cinta itu rumit kalau kau belum pernah merasakannya? Jangan sok tahu.” Hye Min menatapku serius. “Kau cantik, baik, sopan, cukup menawan, dan pintar, walaupun tidak sepintar aku.” Hye Min tertawa kecil dengan pujiannya sendiri. “Aku yakin banyak namja yang menyukaimu. Aku rasa kau terlalu menutup diri. Itu tidak baik Fan.”

Bukan keinginanku untuk menutup diri seperti ini. Ini tuntutan pekerjaan. Andai mereka tahu aku juga ingin merasakan apa yang namanya cinta. Tapi namja yang dekat denganku saat ini hanya Joon oppa dan Pak Son.

Terakhir aku merasakan cinta saat kelas 1 SMA. Setelah orang tuaku meninggal, aku tidak pernah lagi menerima dan merasakan cinta. Semuanya telah hilang. Cinta bukan lagi hal penting yang masuk di peringkat 10 besar dalam daftar hal penting bagiku. Sampai saat aku bertemu Hye Min. Dialah yang telah membuatku dapat merasakan lagi apa yang namanya cinta dengan kasih sayang yang terus ia berikan sebagai sahabat. Hanya itu, tidak ada yang lain.

“Arra. Aku juga sadar bahwa suatu saat nanti aku akan hidup dalam dekapan seorang namja. Hanya saja mungkin sekarang belum waktunya.” jawabku pasti. Tapi itu sepertinya tidak membuat Hye Min dan Shin Ri yakin.

“Belum waktunya? Apa kau merasa masih berumur 12 tahun? Kau ini sedang beranjak dewasa, Fani. Dan kau harus mengenal cinta untuk bisa mengenal dunia!” Shin Ri sedikit tak sabar mendengar pernyataan konyolku.

“Aku sudah menerima banyak cinta dari kalian. Itu cukup.”

“Maksudku cinta dari seorang namja! Bersikaplah dewasa Fan!” ucap Shin Ri lagi. Aku tahu Shin Ri orang yang berpengalaman dalam masalah cinta. Tapi tidak seharusnya dia memaksaku kan? Lagipula, aku merasa sudah cukup bersikap dewasa semenjak ditinggal orang tuaku. Lima tahun sudah cukup membuatku tegar dalam kesendirian.

“Apa kau mau aku kenalkan dengan beberapa namja kenalanku?” tawar Shin Ri.

“Shin Ri, sudahlah. Mungkin Fani memang belum mau berurusan dengan cinta. Biarkan dia menemukan jalannya sendiri.” Hye Min berusaha mendukungku. Sepertinya hanya dia yang bisa mengerti aku saat ini.

“Tapi dia harus…”

“CUKUP!!!” aku membentak Shin Ri. “Aku tahu niatmu baik. Tapi aku belum siap ditinggalkan cinta untuk yang kedua kalinya sama seperti yang telah dilakukan orang tuaku! Kau tidak pernah tahu kan bagaimana rasanya ditinggalkan cinta yang sudah sangat besar dan berdiam diri dalam kesendirian selama lima tahun??! Aku berusaha menghidupi diriku sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Aku berusaha tegar selama lima tahun ini. Aku berusaha menerima kenyataan bahwa aku tak punya satu pun keluarga dekat untuk meminta bantuan! Aku hanya punya kalian…” tanpa sadar aku meneteskan air mata.

“Mian aku membentakmu Shin Ri. Aku hanya tak ingin kau memaksaku. Aku punya alasan sendiri kenapa aku tak ingin berurusan dengan cinta lagi.” Ya, salah satunya karena aku adalah JunEonnie. Itu adalah beban paling berat yang  harus kutanggung. Dengan disembunyikannya identitas JunEonnie, tentu saja aku harus menutup diri. Bahkan dari sahabatku sendiri.

Tiba-tiba Shin Ri memelukku. Ini agak memalukan mengingat kita sedang berada di mall sekarang. “Mian, aku tak bermaksud memaksamu. Mianhae Fani-a…”

“Gwenchana. Sudah malam, ayo kita pulang.”

Fani’s POV End



Author’s POV

“Apalagi hyung?” tanya Yoseob setelah meletakkan satu paket minuman bersoda ke dalam keranjang.

“Snack. Terserah merek apa saja. Jangan lupa beli roti dan selainya. Kalau ada beli selai yang rasa cokelat kacang. Doojoon hyung bilang dia pesan sikat gigi baru dan susu botol rasa vanilla. Itu saja. Ah tunggu! Junhyung bilang dia memesan cup noddle.” kata Hyunseung dalam telepon.

“Ne.” Yoseob pun menutup teleponnya dan mulai mencari pesanan hyung-hyungnya itu. “Aish…kenapa harus aku yang pergi berbelanja? Untung saja ini malam, tidak banyak pengunjung yang datang ke supermarket ini.” Yoseob memijit-mijit lehernya pelan. Konferensi pers tadi siang membuatnya lelah.

“AW!!” seorang yeoja berteriak di balik rak. Yoseob yang terkejut langsung menuju ke asal suara.

Seorang yeoja terduduk di lantai sambil memegangi pergelangan kakinya yang berdarah. “Ya! Gwenchana?”

“Kakiku berdarah…aw!” yeoja itu berteriak ketika Yoseob menggerakkan sedikit kakinya. Yoseob merasa pernah melihat yeoja ini, tapi ia lupa dimana.

Sementara Fani terkejut melihat siapa yang menolongnya. Dia kan…Yoseob!!! “Gwenchana, aku akan membeli plester.” Fani berusaha berdiri tapi terjatuh lagi, luka ini terasa sakit sekali. Ini gara-gara ujung rak yang Fani tabrak dengan keras dan meninggalkan luka sepanjang 3 cm.

“Tunggu disini, aku akan membersihkan lukamu.” Yoseob lalu meninggalkan Fani. “Tidak usah, hey…”

Tak lama ia kembali dengan seorang penjaga supermarket. Mereka membersihkan darah di pergelangan kaki Fani dan menutupnya dengan kain perban kecil seukuran kapas.

“Kamsahamnida.” ucap Fani pada Yoseob dan penjaga supermarket.

“Cheonman. Kau sudah selesai belanja? Biar kubawa belanjaanmu ke tempat kasir.” tanpa persetujuan Fani, Yoseob langsung mengambil belanjaannya ke tempat kasir. Kebetulan dia  pun selesai mengambil pesanan para hyung-nya.

“Aku merasa pernah melihatmu. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Yoseob saat penjaga kasir mulai menghitung belanjaanya.

“Ne. Aku office girl yang menabrakmu dan teman-temanmu di depan restroom JE Entertainment.” jawab Fani yang merasa ia tak boleh berbohong tentang masalah ini.

“Oh, ne! Aku ingat. Wah, aku tidak menyangka bisa bertemu lagi denganmu disini. Siapa namamu? Eh sebelumnya, kau tahu namaku kan?” tanya Yoseob sedikit bercanda. Ia memamerkan senyuman imutnya pada Fani.

“Tentu saja aku tahu, Yoseob-ssi. Fani imnida.” Fani sedikit membungkuk pada Yoseob.

“Fani? Nama yang unik. Ngomong-ngomong, apa tidak apa-apa kau pulang sendirian dengan kaki seperti itu?”

“Gwenchana. Aku membawa motor, jadi tidak akan terlalu sakit. Terima kasih atas pertolongannya.” sekali lagi Fani membungkuk pada Yoseob. Walaupun Yoseob baik padanya, tapi Fani merasa ia harus tetap waspada. Bisa saja Yoseob adalah kelinci putih berkulit serigala. Sama seperti temannya.

“Ne, cheonman. Aku suka membantu orang lain.”

Rasa khawatir muncul di hati Fani. Dua hari lagi ia akan tampil di salah satu stasiun TV. Jika mereka melihatnya (sebagai JunEonnie) berjalan pincang nanti, apa yang harus ia katakan?



“Ya! Kemana saja kau ini? Lama sekali…” Doojoon sedikit membantak Yoseob yang datang terlambat ke dorm.

“Aku sedikit masalah di supermarket hyung. Nih. Jangan lupa bayar, itu semua dibayar menggunakan uangku.” Doojoon dan Hyunseung hanya mengangguk-ngangguk. Hyunseung memberikan cup noddle pada Junhyung yang sedang makan dan membawa sisanya ke ruang tengah, diikuti Doojoon.

“Memangnya masalah apa?” tanya Junhyung yang sebenarnya tidak tertarik. Hanya saja ia bosan karena dari tadi tak ada yang mengajaknya berbicara.

“Ada yeoja yang pergelangan kakinya terluka karena menabrak ujung rak. Darahnya keluar cukup banyak.” jelas Yoseob.

“Oh.” kemudian Junhyung melanjutkan lagi makannya. Sudah ia duga itu bukan peristiwa yang menarik.

“Hyung, kau tahu yeoja cantik yang menabrak kita saat di depan restroom JE Entertainment?” tanya Yoseob yang teringat dengan nama yeoja itu.

“Ne, wae?”

“Dialah yeoja yang pergelangan kakinya berdarah. Namanya Fani.”

Mendengar nama itu, Junhyung langsung tersedak makanannya. “Uhuk, uhuk!!”

“Hati-hati kalau sedang makan hyung! Minumlah!” Yoseob memberikan segelas air putih pada Junhyung.

“Fani? Kau bertemu dengan yeoja itu di supermarket?” ia jadi tertarik dengan cerita Yoseob. Ini bisa jadi bukti fisik yang meyakinkan, pikirnya.

“Ne. Kasihan dia tidak bisa berjalan dengan baik. Jalannya jadi agak pincang.”

“Jalannya pincang??” ulang Junhyung masih tidak percaya.

“Ne, wae hyung?”

“Ah, ani.” seulas senyum tipis tercetak di wajah Junhyung. Ini berita bagus. Dia tinggal melihat apakah JunEonnie juga kakinya pincang seperti Fani. Fani bisa saja meniru JunEonnie saat sakit tenggorokan, tapi JunEonnie mana mungkin meniru Fani yang kakinya sedang pincang kan? Yah kecuali kalau JunEonnie itu memang Fani.



Pagi ini aku tak henti-hentinya tersenyum. Wae? Bisa dibilang aku terlalu senang bahwa sebentar lagi aku akan membongkar identitas JunEonnie. Rencanaku akan segera berjalan setelah memenangkan permainan ini. And then, let’s replay the secret!

“Ya, hyung! Jangan senyum-senyum sendiri! Nanti kau dikira orang gila. Aish, aku menyesal mengajakmu jogging pagi ini. Lihat, beberapa orang terkikik melihatmu senyum-senyum sendiri.” omel GiKwang. Aish, dia memang tidak tahu bagaimana perasaanku sekarang ini.

“Berisik kau. Ayo kita istirahat. Aku akan membeli minum.” Aku pun pergi meninggalkan GiKwang yang duduk di bangku pinggir taman. Beberapa yeoja melirik antusias padanya. Bagaimana tidak, GiKwang hanya memakai kaos tanpa lengan dan celana panjang untuk berolahraga. Tentu saja itu membuat para yeoja gelagapan melihatnya.

Aku melihat yeoja itu duduk di sudut taman, agak jauh dari tempat GiKwang, jauh dari keramaian. Sedang apa dia pagi-pagi begini? Berolahraga?

“Annyeong!” sapaku. Dan sudah kuduga, dia sangat terkejut melihat kedatanganku. Dia tampak cantik dalam balutan sweater merah.

“A, annyeong Junhyung-ssi.” jawabnya tergagap. Dia sepertinya agak gelisah melihatku. Dan aku senang mengetahuinya.

“Sedang apa kau disini?”

“Aku sudah membeli obat di toko obat seberang sana. Kau sendiri sedang apa disini? Jogging?” tanyanya. Aku tidak bisa melihat luka di kakinya karena dia memakai celana panjang.

“Ne, aku sedang jogging dengan GiKwang, tapi dia sedang beristirahat disana. Kudengar dari Yoseob kemarin kakimu terluka ya? Sebenarnya kenapa?”

“Ah, tidak apa-apa kok. Hanya sobek sedikit. Aku kurang hati-hati sampai-sampai menabrak ujung rak. Baru saja aku membeli kain perban baru karena kain perban yang kemarin terkena air.” jawabnya. Terlihat sekali bahwa dia sangat hati-hati dalam memilih kata-kata.

“Oh.”

Kami diam selama beberapa saat. Aku berusaha berpikir keras apa yang harus kulakukan agar memancing dia membuat kesalahan. Tapi hasilnya nihil. Akhirnya aku memutuskan membicarakan hal lain agar pertemuanku berlangsung sedikit lebih lama dengannya.

“Fani.”

“Ne?”

“Seseorang sedang jatuh cinta. Dia memintaku untuk membantunya, mencarikan solusi yang tepat untuknya. Menurutmu apa yang harus kulakukan untuk membantu?” tanyaku yang teringat tentang Doojoon hyung.

Fani tampak diam berpikir. Entah apa yang dia pikirkan, tapi kurasa dia kurang menyukai topik pembicaraan ini.

“Molla. Jangan bertanya padaku, aku bukan orang yang ahli dalam bidang itu.” jawabnya.

“Jinjja? Kupikir kau memiliki pengalaman lebih banyak dariku.” candaku. Dia hanya bisa tersenyum mendengarnya.

“Aku…belum pernah merasakan lagi apa yang namanya cinta selama lima tahun terakhir ini…” ucapnya pelan. Dia terlihat sedih saat mengatakan itu. Matanya menerawang menembus langit.

“Maksudmu?”

“Orang tuaku meninggal saat aku masih duduk di bangku SMA. Semenjak saat itu, cinta yang hidup dalam diriku hilang begitu saja. Hanya orang tuaku lah, saat itu, yang menjadi sumber cintaku. Aku tak punya siapa-siapa di sini. Aku hidup dalam kesendirian selama lima tahun, tanpa cinta. Yah, walaupun aku sempat tinggal di rumah tetanggaku, tapi aku merasa bahwa aku masih sendiri. Kau harus bersyukur, masih banyak orang yang mencintaimu.” jelasnya. Jadi, Fani hanyalah seorang yeoja yang hidup tanpa cinta? Dia seorang entertainer (kalau dia benar-benar JunEonnie), tapi tidak pernah merasakan cinta. Cinta yang diberikan fans bukanlah untuknya, tapi untuk JunEonnie. Aku tak bisa bayangkan bagaimana kehidupannya.

“Oh, mian, aku tidak tahu. Aku selalu bersyukur masih ada orang yang mencintaiku, bukan maksudnya menyidir lho. Tapi terkadang aku merasa hidup dengan penuh cinta sedikit menyesakkan.” aku tersenyum padanya. Aku kagum pada ketegarannya yang bisa bertahan selama lima tahun.

“Begitukah? Aku belum pernah merasakannya karena aku biasanya memberi cinta, bukan diberi cinta. Lagipula, siapa yang mau memberiku cinta? Aku hanyalah seorang office girl yang penuh dengan beribu masalah. Aku hanya berharap tidak ada orang lain yang menambah masalahku. Hidup seperti ini saja sudah sangat berat.” jelasnya dengan nada sedih.

Sepintas aku merasa iba padanya. Aku tak menyangka ternyata hidupnya seperti itu.

“Jangan begitu, sesuatunya pasti akan berubah. Ah, ngomong-ngomong, setelah ini kau mau kemana?”

“Tentu saja pulang, dan, ya ampun…aku ada jadwal kuliah pagi ini. Aku tak bisa lama-lama disini.” dengan susah payah Fani berdiri. Sepertinya memang tidak bisa berjalan dengan baik.

“Mau aku antar? Kakimu sakit kan?” tawarku.

“Tidak usah, aku membawa motor. Annyeong kyeseyo, Junhyung-ssi.” Fani membungkuk kecil padaku dan pergi. Jalannya pincang, aku sedikit tidak tega melihatnya.

Ngomong-ngomong, kenapa dia bercerita tentang keluarganya padaku? Bukankah Fani adalah yeoja yang sangat berhati-hati dan tidak membuka diri?

Junhyung’s POV End



Fani’s POV

Aku tidak tahu kenapa aku menceritakan tentang keluargaku pada Junhyung, orang yang berniat membongkar identitasku. Keinginan untuk bercerita mengalir begitu saja. Ini pasti gara-gara kemarin membicarakan tentang cinta, aku jadi teringat kedua orang tuaku. Aku merindukan mereka…

Tapi aku berharap Junhyung tersentuh dengan ceritaku. Mudah-mudahan saja dia mau mengurungkan niatnya untuk membongkar identitas JunEonnie, yah kalau dia sudah tahu kalau akulah si JunEonnie.

Aku harus segera latihan siang ini. Lagu yang harus kubawakan besok adalah lagu ‘Mysterious Man’. Dan sialnya, lagu itu harus diiringi dengan dance. Apakah dengan keadaan kaki yang seperti ini, aku masih bisa melakukannya?


To Be Continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar