Title :
JunEonnie
Author :
JunEonnie
Main Cast :
Fani / JunEonnie
Yong Junhyung (B2ST/BEAST)
Support Cast :
Son Joon [OC]
Kim Hye Min [OC]
Pak Son [OC]
B2ST/BEAST’s member
Rating :
AG
Genre :
Love/friendship, life
Length :
Chapter
Ps :
Mian banget buat Junhyung karena udah aku jadiin main cast di ff abal-abal ini,,wkwkwkwk. Tapi sumpah begitu inget dia, langsung kepikiran buat bikin ni ff.
Aku disini berperan ganda(cieee^^), sebagai main cast sama author, jadi antara Fani’s POV sama Author’s POV itu beda sudut pandangnya.
FF JunEonnie ini ceritanya tentang dunia hiburan. Tapi sebelumnya aku minta maaf kalo mungkin kegiatan asli dunia hiburan agak beda sama yang aku ceritain. Maklum, aku kan bukan artis,,hehe…
Gak usah bingung sama genre-nya, soalnya aku selaku author juga bingung ni ff genre-nya apa,,hahahahaha,plak!!(#ditampar readers)
Oh iya, sebelum baca yang ini, baca dulu prolognya, biar ga bingung.
The last, hati-hati dengan typo dan gajeness yang mungkin saja menyebar di seluruh belahan[?] ff ini.
—
Fani’s POV
Hari ini adalah jadwal kerjaku di kantor JE Entertainment. Sebagai office girl, aku tak pernah menunjukan kedekatanku dengan Joon oppa ataupun PresDir. Akan berbahaya sekali jika aku terlalu dekat dengan mereka.
“Fan, ada perwakilan dari CUBE Entertainment di ruangan appa-ku. Aku dengar mereka menyebut-nyebut namamu, eh, maksudku JunEonnie.” kata Joon oppa ketika memasuki ruangan dapur dimana aku sedang mencuci piring.
“Sst, oppa, jangan keras-keras!”
“Ah, mian. Biarlah, lagipula disini tidak ada siapa-siapa.” ucap Joon oppa merasa sedikit bersalah.
“Memangnya mereka mau apa? Mengajakku duet dengan artisnya? Atau memintaku menyanyikan lagu-lagu dari artis lamanya?” tanyaku tanpa melihatnya karena mataku sedang berkonsentrasi pada piring-piring kotor.
“Molla. Aku hanya lewat sebentar di depan ruangan appa-ku. Nanti juga kita tahu sendiri.”
“Oh. Hey, sebaiknya oppa jangan lama-lama berbicara padaku. Kalau ada orang yang lihat, mereka bisa curiga. Kembalilah ke ruanganmu.” titahku.
“Ne, ne. Kau ini, berbicara denganku saja tidak mau. Lagipula apa tidak wajar aku dekat dengan office girl? Ingat, office girl yang aku kenal disini bukan hanya kau saja. Ah sudahlah. Kau siap-siap saja, mungkin sebentar lagi appa-ku akan menyuruhmu membawakan minuman ke ruangannya.” Joon oppa pergi meninggalkan ruang dapur.
Haahh…oppa, sebenarnya aku juga ingin berbicara banyak denganmu tapi itu hanya bisa terjadi kalau aku menjadi JunEonnie. Karena selain itu, aku hanyalah bawahanmu yang selalu kau suruh-suruh.
“Fan, kau dipanggil PresDir Son ke ruangannya sekarang.” kata Hye Min ketika memasuki dapur. Dia juga seorang office girl disini sekaligus sahabat dekatku.
“Ada apa? Apa dia meminta dibuatkan kopi?”
“Ani. Sepertinya dia sedang marah padamu. Mungkin ada barang yang hilang di ruangannya dan yang aku tahu kaulah yang kemarin membersihkan ruangannya, benar kan?” Hye Min berkata hati-hati, takut terkesan menuduhku.
“Ne. Tapi aku benar-benar tidak membawa apapun dari kantor PresDir Son kemarin. Ah sudahlah, aku akan ke ruangannya sekarang. Tolong kau lanjutkan pekerjaanku.” aku meninggalkan Hye Min sebelum ia berkata apapun.
Aku tahu itu hanya alasan PresDir Son agar aku datang ke ruangannya. Tumben, biasanya dia menyuruhku membuatkan kopi. Mungkin dia bosan dengan alasan itu.
Tok tok tok!
“Ne, masuk!” panggil PresDir Son dari dalam. Aku pun masuk dan mendapati Joon oppa sedang duduk di sofa. Aku ikut duduk di sampingnya.
“Ada apa, Pak? Apa ini masalah JunEonnie atau masalah barangmu yang hilang?” tanyaku dengan sedikit bercanda.
“Hahaha, tentu saja masalah JunEonnie. Tadi ada perwakilan dari CUBE Entertainment, mereka meminta kau duet dengan BEAST. Judul lagunya, tunggu…” Pak Son membuka dokumennya dan, “Fiction.”
“Bukankah itu lagu mereka di album pertama?” tanyaku.
“Ne, mereka ingin membuat versi barunya dengan duet bersamamu. Kau tahu sendiri kan lagu itu menduduki tingkat pertama di beberapa tangga lagu. Bahkan sampai dibuat versi Jepangnya. Kalau kita menerimanya, akan sangat menguntungkan sekali, walaupun tidak menutup kemungkinan kau akan dirugikan.” jelas Joon oppa.
“Kalau soal keuntungan aku mengerti. Apalagi lagu ini juga terkenal di wilayah Eropa. Tapi kalau masalah dirugikan, aku tak tahu.”
“Begini mereka meminta…”
“Kau ikut serta dalam pembuatan MV-nya.” kata Joon oppa memotong perkataan appa-nya.
“Mwo? Shireo! Di album sendiri saja aku belum pernah tampil dalam MV!” ucapku kaget.
“Itu dia. Aku takut identitasmu ketahuan. Apalagi dalam pembuatan MV tidak sedikit orang yang terlibat. Bisa saja diantara mereka ada yang jahil ingin melepaskan jubah atau maskermu. Belum lagi pasti banyak kamera CCTV yang membatasi gerak gerikmu.” kata Pak Son. Terlihat keningnya yang mengerut tanda ia sedang berpikir.
“Menurutmu bagaimana oppa?”
“Hmm, menurutku sih terima saja. Kita libatkan beberapa staf penting JE entertainment untuk ikut menjaga JunEonnie, termasuk appa. Kalau perlu kita sewa bodyguard untuk menjaga JunEonnie. Tapi bodyguard yang bisa dipercaya tentunya.” usul Joon oppa.
“Apa itu tidak terlalu berlebihan, oppa?”
“Ani, ani. Ide Joon sangat bagus. Ini tentunya akan mengundang perhatian para wartawan dan netizen. Mereka akan lebih lebih lebih tertarik lagi pada JunEonnie. Ini akan menimbulkan kesan bahwa identitas JunEonnie sangatlah penting sekali dan membuktikan bahwa JunEonnie bukanlah artis sembarangan.”
“Jadi, Pak Son mau menerima tawaran itu?”
“Ne. Kau siap-siap saja Fani, ah ani, JunEonnie.” Haahh, aku hanya bisa menghembuskan nafas dalam-dalam. Ini berarti jadwal kuliahku akan tergangu. Alasan apalagi yang harus aku katakan pada para dosen dan teman-temanku? Alasan konyol jika aku mengatakan, “Gedung JE Entertaiment bertambah kotor belakangan ini, jadi aku membutuhkan waktu tambahan untuk membersihkannya.”. Hahaha, memikirkannya saja aku sudah geli.
Fani’s POV End
—
Author’s POV
“Hyung, aku mendengar dari PresDir kalau pihak JE Entertaimnment menerima tawaran kita! Ini kabar menggembirakan!”
“Sobbie, kau ini kemana saja? Kami sudah tahu dari tadi.” kata Hyunseung dengan wajah kesal bercampur gembira.
“Hehe, jalan-jalan sebentar. Aku tidak sabar menunggu latihan kita dengan JunEonnie! Aku harus berfoto dengannya!!” ucap Yoseob lagi.
“Babo! Sebenarnya apa saja sih yang sudah kau dengar? JunEonnie tidak akan latihan bersama kita, rekaman pun kita terpisah. Itu mustahil sekali mengingat penjagaannya yang sangat ketat. Kita hanya tinggal memberikan lirik lagu bagiannya dan dia akan latihan sendiri, dengan pelatihnya mungkin. Sama seperti saat dia duet dengan Yvonne Catterfeld. Dan soal foto, apa kau tidak pernah membaca berita? Saat Yvonne meminta foto bersama lewat handphone-nya pun, pihak JE melarangnya.” Doojoon kesal dengan pemikiran Yoseob yang agak lemot.
“Seketat itukah? Jadi tak ada kesempatan untuk dekat dengan JunEonnie?”
“Tentu saja itu tidak mungkin, mengingat yang dekat dengan dia pun hanya manager dan PresDir-nya.” timpal Junhyung yang baru datang. Lengkaplah ke enam member itu berkumpul.
“Mungkin saja ceritanya lain dengan kita. Lagipula, pihak JE menyetujui keterlibatan JunEonnie dalam pembuatan MV Fiction. Ini akan menjadi berita menghebohkan. Mungkin nanti akan muncul berita ‘BEAST berhasil melibatkan JunEonnie dalam MV-nya’ atau ‘JunEonnie akan tampil di MV untuk yang pertama kalinya bersama BEAST’. Nama kita akan semakin terkenal!” terlihat sekali GiKwang sangat antusias.
“Berterima kasihlah padaku. Kalau bukan aku yang mengajukan ide ini pada PresDir, mungkin kita hanya akan berduet dengan Son Dam Bi.”
“Ne, ne. Gomaweo hyung.” ucap Dongwoon tanpa melihat Junhyung karena masih asyik memainkan PSP–nya.
“Cih, aku juga akan mengajukan hal yang sama jika PresDir menanyakan hal itu padaku, wee.” Yoseob menunjukan lidah merongnya pada Junhyung.
“Hyung, bukankah seharusnya kita memanggil JunEonnie dengan sebutan JunNoona? Kita kan namja.” sahut Dongwoon polos.
“Dasar aneh. Eonnie disana bukan panggilan, tapi nama. Kalau Eonnie dalam JunEonnie itu panggilan, berarti para yeoja juga harus memanggilku JunOppa, bukan Junhyung.”
“Ah, kau benar JunOppa, kekeke~” jawab Dongwoon terkekeh.
Author’s POV End
—
Fani’s POV
“Fani…!” teriak seseorang di belakangku.
“Ne?” aku menoleh dan mendapati Hye Min sedang menghampiriku.
“Sedang apa kau di perpustakaan ini? Ini kan sudah waktunya pulang.” tanyanya seraya duduk di sampingku. Dia terlihat agak eksentrik dengan kaosnya yang berwarna-warni itu.
“Aku mau ujian Bahasa Inggris 15 menit lagi.”
“Oh. Eh, bukannya kau sudah ikut ujian kemarin lusa?” terlihat wajahnya yang heran.
“Ne. Tapi ini ujian bab yang baru.”
“Hah? Bukannya itu masih dua minggu lagi?” tanyanya tanpa bisa menyembunyikan wajah terkejutnya.
“Ne, tapi mungkin dua minggu ke depan aku akan jarang masuk.”
“Wae?” wae? Aku tak tahu harus menjawab apa. Ingin sekali aku berkata jujur pada Hye Min. Tentunya aku butuh seseorang untuk dijadikan tempat curhat. Tapi aku tak bisa, Hye Min kadang tidak bisa membedakan mana yang rahasia dan mana yang bukan.
“Ah, aku harus segera ke kantor Yu seongsaenim. Annyeong Hye Min…!” Aku segera meninggalkan Hye Min yang sebal karena aku tidak menjawab pertanyaannya. Semoga ia tidak menanyakan hal itu lagi.
45 menit berlalu begitu cepat. Aku tidak terlalu buruk dalam pelajaran Bahasa Ingris. 70 soal pilihan ganda bukalah soal yang sulit untukku. Yu seongsaenim pun tahu aku sedikit menonjol dalam pelajarannya. Aku tak tahu hasil akhirnya berapa, tapi aku yakin aku akan lulus.
Aku menemui Hye Min lagi di kantin. Kebetulan aku sedang lapar, aku ikut makan dengannya.
“Mau mengantar aku ke toko baju tidak?”
“Hmm, baiklah. Mumpung aku sedang libur. Mau beli baju apa? Bukankah kemarin lusa kau baru saja membeli baju?” tanyaku.
“Baju yang kali ini berbeda. Ini kaos bergambar personil-personil BEAST yang aku pesan.” jawabnya. BEAST lagi BEAST lagi, dasar B2UTY!
“Tidak bosankah 7 kaosmu semua bergambar BEAST? Tak bisakah sekali-kali kau membuat kaos bergambar wajahku?” aku tertawa kecil.
“Buat apa aku memasang wajahmu di kaosku? Untuk menakut-nakuti anak kecil? Hahaha…”
“Sialan. Apa BEAST tidak mengeluarkan album baru lagi?” tanyaku pura-pura tidak tahu.
“Ani. Tapi mereka akan menyanyikan ulang lagu Fiction dengan versi baru. Katanya sih duet, tapi aku tak tahu dengan siapa. Andai saja mereka duet dengan JunEonnie…” matanya menerawang ke atas. Mungkin membayangkan aku berduet dengan BEAST.
“JunEonnie dengan BEAST memang akan…” eh, ya ampun, aku hampir keceplosan!
“Akan apa?” tanyanya curiga.
“A, akan serasi kalau berduet. Benar kan? Hehe…” aku tertawa kikuk.
“Tentu saja. Haahh…Junhyung-ssi…aku benar-benar menyukai suaramu. Sayang dia sudah punya si Hara. Aaaa…aku bisa gila karena Junhyung…!”
“Kalau begitu tidak usah suka padanya, dengan begitu kau tidak akan gila.” kataku polos. Hye Min langsung memanyunkan bibirnya.
Drrtt…drrrtt…drrtt
Ada pesan masuk ke handphone-ku. Ah, dari Joon oppa. Ada apa ya? Hari ini kan aku sedang libur, sebagai office girl tentunya. Segera saja kubuka kata sandinya. Kata sandi? Tentu saja, semua aplikasi yang ada di handphoneku menggunakan kata sandi. Bisa gawat kalau tidak.
From : Son Joon oppa
Pukul empat datanglah ke kantor. Hari ini pihak CUBE Entertainment dan artisnya akan datang menandatangani kontrak. Datanglah menggunakan baju office girl. Sekarang!
Sekarang? Kenapa mendadak sekali? Dia kan tahu kalau menandatangani kontrak semua yang terlibat harus hadir. Dan aku belum siap-siap!
To : Son Joon oppa
Kenapa mendadak sekali? Aku belum siap-siap oppa! Lagipula aku tidak membawa baju kerjaku!
Tak lama Joon oppa membalas SMS-ku lagi.
From : Son Joon oppa
Jeongmal mianhae, aku benar-benar lupa memberitahumu kemarin. Aku benar-benar minta maaf. Pinjamlah pada teman office girl-mu yang lain. Hye Min itu teman dekatmu kan? Pinjamlah padanya.
Aish, menyusahkan sekali dia! Dasar menyebalkan! Kenapa bisa lupa sih??! Hye Min pasti akan marah kalau aku tidak jadi menemaninya.
“Em, Hye Min-a, aku ada panggilan dari kantor. Katanya hari ini akan ada tamu ke perusahaan. Staf office yang bertugas hanya sedikit, jadi mereka menyuruku datang untuk membantu. Mianhae…” aku memasang wajah bersalahku pada Hye Min. Sengaja aku tidak memberitahu bahwa tamunya itu adalah BEAST agar ia tidak ikut denganku, juga agar aku bisa meminjam bajunya.
“Mwo? Ya! Yang benar saja?! Kenapa kau mau? Ini kan hari liburmu! Lagipula memangnya tidak ada yang lain?”
“Molla. Mungkin mereka tahu kalau jam-jam segini kuliahku kosong. Hye Min, aku pinjam baju kerjamu ya…please…rumahmu kan dekat..” aku mengeluarkan jurus puppy eyesku yang sebenarnya tak pernah mempan untuk Hye Min.
“Tidak usah ber-puppy eyes ria, itu menjijikan. Geurae, akan kupinjamkan. Kajja!”
—
Aku berlari terbirit-birit menuju ruanganku, eh ani, ruangan JunEonnie. Aku menabrak tiga orang namja ketika berada di depan Restroom.
“Ah, mainhae, aku sedang ter…” aku diam seketika. Ya ampun! Member BEAST! Refleks aku langsung manatap pakaianku dan, huuhh untung aku masih mengenakan baju office girl.
“Gwenchana. Aku tahu kau sedang terburu-buru.” kata sang leader diiringi senyuman dari Yoseob, hanya Junhyung yang tidak tersenyum. Entah kenapa dia hanya menatapku dalam diam tanpa ekspresi, seperti sedang mengamatiku. Karena takut dengan tatapannya, aku langsung pergi meninggalkannya, meninggalkan mereka maksudku, setelah sekali lagi meminta maaf.
Aku mendapati Joon oppa dalam ruanganku. Terlihat sekali wajahnya yang sangat khawatir.
“Ya! Kau ini lama sekali! Mereka sudah datang tahu!”
“Arra! Tadi aku menabrak Doojoon, Yoseob, dan Junhyung di depan Restroom. Untung aku masih menggunakan baju ini.”
“Kau ini ceroboh sekali. Ayo cepat ganti bajumu. Aku tunggu kau diluar.”
—
Penandatanganan kontrak kali ini berjalan lancar. Walaupun Yoseob sedikit ribut seperti anak kecil saat aku datang dan Junhyung sesekali melirik curiga padaku. Tatapan Junhyung sama seperti saat dia menatapku di depan Restroom. Apa dia tahu siapa aku? Mudah-mudahan saja tidak.
Huaahh…hari ini melelahkan. Jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam dan aku belum makan. Tapi aku belum terlalu lapar, sebaiknya sekarang aku tidur saja, besok aku harus latihan untuk lagu Fiction.
Drrtt..drrrtt..drrtt..drrrtt…
Ponselku bergetar tanda seseorang menelepon. Siapa sih yang malam-malam begini menelepon?
“Fani, kau belum tidur kan?” ah, ternyata Hye Min.
“Sudah. Wae?”
“Jangan berbohong, aku tahu 15 menit yang lalu kau baru masuk rumah. Ayo keluar, kau harus menemaniku belanja sebentar. Aku tunggu di depan rumah.” Hye Min menutup teleponnya. Aish, tahu saja kalau aku sedang berbohong. Kenapa aku tak melihatnya tadi diluar? Dasar, menyusahkan saja!
Dengan terpaksa aku menemani Hye Min berbelanja ke kota. Kami membawa motor masing-masing. Sebenarnya aku mampu membeli mobil sendiri, hanya saja akan sangat mengherankan sekali jika seorang office girl sepertiku memiliki sebuah mobil sedangkan gajiku sebagai office girl selama satu tahun saja tidak cukup untuk membelinya.
Yang paling aku tak suka dari Hye Min adalah, dia tidak bisa belanja kurang dari dua jam. Selama berbelanja, 30% waktu ia gunakan untuk membeli barang, dan sisanya(berarti 70%) ia gunakan hanya untuk melihat-lihat. Hanya MELIHAT-LIHAT!! Bisa bayangkan bagaimana kesalnya aku?!
“Hye Min-a, ini sudah pukul setengah 12 malam. Ayo kita pulang!! Kau kan sudah membeli barang yang kau butuhkan! Lagipula perutku sangat lapar…”
“Omo! Kau benar, sudah larut malam rupanya. Kau lapar? Nih aku punya kupon gratis McDonald’s. Tapi aku tak bisa menemanimu makan, soalnya aku harus cepat-cepat memberikan hadiah ulang tahun ini pada Joong Woo. Aku harus jadi orang yang pertama kali memberinya ucapan selamat ulang tahun.”
“Ya! Kau ini tega sekali! Masa kau mau meninggalkanku?!” ucapku sewot.
“Mianhae. Nanti aku akan membalas jasamu ini. Gomaweo Fani! Annyeong…!” dengan wajah sedikit menyesal, ia pergi meninggalkanku setelah mengecup pipi kiri dan kananku. Dasar!!
Aku pergi ke restoran McDonald’s terdekat. Sepi sekali untuk ukuran restoran sebesar aula ini, hanya ada 3 meja yang terisi. Mungkin karena sudah hampir tengah malam.
“Permisi, saya pesan beef burger dan ice coffee-nya satu.” ucapku pada seorang yeoja di tempat pemesanan sambil memberikan kupon yang Hye Min berikan.
“Joesonghamnida, kupon ini hanya bisa ditukar dengan disertai pembelian.”
“Tapi di kupon ini tidak disebutkan harus disertai pembelian…” jawabku.
“Ada di bagian belakang yang paling bawah.” benar, ternyata memang ada, tapi kecil sekali. Eottokhae? Aku tidak membawa uang sedikit pun karena dari awal aku memang hanya berniat untuk menemani Hye Min. Aish, ini benar-benar memalukan! Awas kau, Hye Min..!!!
“Mau disatukan dengan pembelianku?” ucap seorang namja bermasker setengah muka yang kepalanya tertutup topi jaket di sampingku.
“Ani, kamsahamnida.” aku tersenyum kecil pada namja-bermasker itu.
“Gwenchana, dari pada tidak dipakai. Tenang, aku tidak akan meminta balasanmu, Hye Min-ssi.”
Eh? Hye Min-ssi? Sejak kapan namaku berubah menjadi Hye Min? Apa dia teman Hye Min? Tapi kalau memang temannya, mana mungkin dia lupa dengan wajah Hye Min. Apalagi wajahku dan Hye Min tidak ada mirip-miripnya sedikit pun. Siapa namja-bermasker ini?
To Be Continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar