Sabtu, 24 Desember 2011

Why You Want To Be My Boyfriend? (Part 2)

Title :
Why You Want To Be My Boyfriend? (Part 2)
Author :
JunEonnie
Main cast :
Jung Eun Ji (A Pink)
Yesung (Super Junior)
Support cast :
Im Yoona (SNSD)
Goo Hara (Kara)
Jung Yong Hwa (C.N. Blue)
Rating :
PG-13
Genre :
Love, Friendship
Length :
Chapter


15 menit kemudian Yoona datang ke rumahku. Rumahnya hanya berbeda 3 blok denganku, jadi dia datang dengan berjalan kaki.

“Cepat jelaskan ini Eun Ji-a!” pinta Yoona dengan ekspresi kaget, terkesima, dan marah. Mungkin dia marah karena aku tidak menceritakan hal ini padanya. Secara, dia adalah sahabat baikku.

“Aku mohon kau jangan berpikiran yang tidak-tidak tentang berita tadi. Aku pun tidak tahu kenapa Yesung meng-upload foto-foto itu. Percayalah aku bukan yeojachingu-nya! Aku bahkan baru bertemu dengannya tadi pagi!” jelasku. Yoona hanya diam melongo mencerna kata-kataku, tapi kemudian ia tersadar.

“Tidak mungkin kau baru pertama kali bertemu dengannya! Buktinya, dia sudah berani mengupload fotonya bersamamu! Kalau sudah masuk tahap itu sih, tandanya kalian sudah lebih dari teman. Iya kan?” selidik Yoona padaku. Ya ampun, kenapa susah sekali sih membuat yeoja ini percaya padaku?

“Kau mau mendengarkan cerita aslinya?”

“Tentu saja, aku berhak tahu!”

“Tapi jangan berbicara sepatah kata pun sebelum aku selesai bercerita, arasseo?”

“Ne.” jawabnya.

Aku pun menceritakan kejadian tadi pagi mulai dari Son Kyung eonnie yang datang untuk menitipkan Yoogeun sampai kepulanganku dari taman bersama Yoogeun.

Yah sebagian besar masalah ini disebabkan oleh anak nakal itu. Kalau saja dia bisa tenang bermain di dalam rumah, aku tak akan membawanya ke taman. Sebagian laginya adalah salahku karena tidak menolak untuk menjaga anak nakal itu.

“I think that’s impossible, Eun Ji! Masa sih baru pertama kali bertemu langsung mengatakan ‘Mulai saat ini kau adalah ‘yeojachingu’ku’? Yah, kau memang cantik sih. Malah kalau dibandingkan dengan yeojachingunya yang dulu, kau lebih cantik. Tapi…ah molla! Aku tak bisa berkata apa-apa lagi!” ucapnya pasrah.

“Apa yang harus aku lakukan Yoona? Ini gawat sekali!”

Drrtt…drrrtt

Ada pesan masuk ke ponselku. Siapa ini? Nomornya tidak kukenal.

To : Jung Eun Ji
From : 87-6748-99-xxxx
Eun Ji, kau ada jadwal kuliah besok? Kalau tidak ada, temani aku jalan-jalan ya! Besok jadwalku kosong setelah jam 12^^.

“Nugu?” tanya Yoona yang ikut membaca pesanku.

“Molla. Yang pasti ini bukan salah kirim karena tertulis namaku di pesannya.” jawabku. Karena penasaran aku membalas pesannya.

To : 87-6748-99-xxxx
From : Jung Eun Ji
Nuguseyo?


Tak lama muncul balasan dari nomor tadi, dan ternyata…

To : Jung Eun Ji
From : 87-6748-99-xxxx
Mian aku belum memberimu nomorku tadi, aku lupa, keke~
Ini kekasihmu, Yesung.


“Yo, Yoona, ini dari Yesung!” aku terpaku menatap layar ponselku sendiri.

“Cepat kau hubungi dia!”

“Untuk apa?” tanyaku polos.

“Ya ampun! Kau harus menjawabnya Eun Ji, dan jangan lewat sms! Bilang padanya kau akan menemaninya besok!”

“Mwo? Shireo! Kau gila? Kalau orang lain melihat aku jalan bersamanya bagaimana? Aku tak ingin orang lain mengira bahwa gosip itu benar!” tolakku tegas.

“Baboya!” Yoona menjitak kepalaku, “Kau mau masalah ini cepat selesai tidak? Kau harus menemuinya dan meminta penjelasannya! Dan kau juga harus memintanya untuk mengatakan pada publik bahwa diantara kalian memang tidak ada apa-apa!”

“Kau benar! Untung sekarang kau disini.” aku tersenyum senang mendengar idenya yang membuatku terlihat semakin bodoh di depannya.

Aku segera menelepon Yesung. Sial, jantungku berdebar-debar. Aku menekan tombol speaker agar Yoona juga bisa mendengarnya. Fuhh, aku harus tenang. Jangan sampai amarahku meledak. Biarkan amarah ini kukeluarkan saat bertemu Yesung. Takutnya kalau aku marah sekarang, Yoona akan menjadi ‘korban’ku lagi.

“Yo, Yobosseo…”

“Ah, Eun Ji-a, otte? Kau bisa menemaniku besok?” tanyanya besemangat.

“Ne. Tapi aku tidak ingin pergi jalan-jalan. Kita makan siang saja di restoran. Sekalian aku ingin meminta penjelasamu.”

“OK. Aku jemput kau di depan gerbang Kampus Kyung Hee Cyber. Beritahu aku kalau kuliahmu sudah selesai, arasseo?”

“Ne.” Aku menutup teleponku dengan tangan bergetar. Besok aku akan menemuinya. Menemui seorang bintang yang ‘pernah’ aku idolakan. Ini mimpi. Benar-benar mimpi!

“Seperti yang kau dengar, dia akan menjemputku sepulang dari kampus besok.” jelasku pada Yoona.

“Hmm, darimana dia tahu kau kuliah di Kyung Hee Cyber University? Apa kau memberitahunya?” tanya Yoona heran.

Benar juga, darimana dia tahu aku kuliah di Kyung Hee Cyber University? Aku merasa tidak pernah memberitahunya tentang itu.

Oh iya, dari awal bertemu juga dia sudah tahu namaku! Ini aneh. Padahal aku belum pernah bertemu dengannya, karena selama ini aku hanya melihatnya di televisi, majalah, handphone, dan laptop tentunya.

“Yoona, menurutmu apakah Yesung dari awal sudah mengenalku?” tanyaku, tapi aku sudah tahu apa yang akan dia katakan. Pasti…

“Molla.”


Brak!

Seseorang menggebrak mejaku saat aku dan Yoona berada di kantin. Aku melihat siapa dia dan ternyata Hara. Goo Hara.

“Wae? Kau ada masalah?” aku sudah bisa menebak apa yang akan Hara bicarakan. Pasti tentang namja itu.

“Berani-beraninya kau! Kukira kau yeoja baik-baik!” dia melotot marah padaku.

“Apa maksudmu?” aku masih berpura-pura heran.

“Ya! Kau kira aku tidak tahu apa? Kau yang membuat hubungan Yesung oppa dan yeojachingunya putus kan? Tidak tahu malu!!” ia berbicara keras sekali. Kini semua penghuni kantin melihat ke arah kami. Memalukan! Fuuhh..tenang Eun Ji, tenang! Balas dia dengan elegant!

“Dengar ya Goo Hara,” aku menekankan nada bicaraku se-elegant mungkin, “apapun yang kau dengar dan kau lihat kemarin, sama sekali tidak benar. Yah, aku akui foto itu memang asli. Tapi sayang aku bukan yeojachingunya. Gosip yang beredar terlalu berlebihan. Lagipula, apa masalah ini ada hubungannya denganmu? Apa kau adiknya Yesung? Temannya? Atau saudaranya? Apakah dengan tindakanmu ini akan ada pengaruhnya bagi Yesung?” aku tersenyum puas melihatnya yang tidak bisa menjawab pertanyaanku. Ia malu sendiri dengan perlakuannya.

Aku memutuskan untuk pergi meninggalkan kantin daripada bertahan disana dan menjadi pusat perhatian. Yoona mengikutiku dari belakang.

“Wow! You’re so elegant, Jung Eun Ji.” Yoona menirukan gaya bicaraku tadi.

“Thank you, Im Yoona!” kami pun tertawa mengingat kejadian tadi.


Aish, sialan! Dia ingin membuatku malu apa? Sedang apa dia berdiri di depan sana? Menungguku? Tak bisakah dia menunggu di mobilnya saja? Aku jadi ingin menghajarnya. Ah, tidak tidak, sayang kalau wajahnya yang tampan jadi memar. Yah, sebenci apapun aku padanya, aku tetap tak bisa menyangkal kalau dia sangat tampan.

“Bisakah kau tidak membuatku malu?”

“Wae jaggi-a?” tanyanya polos.

“Lihat, semua orang disini jadi melihat kita. Ini semua gara-gara kau! Hey, jangan sekali-kali memanggilku jaggi, kau bukan namjachinguku.” kataku sinis.

“Aku ini namjachingumu. Arasseo, kalau kau tidak mau kupanggil jaggi, aku akan memanggilmu Eunnie. Panggilan yang manis kan? Sudahlah, jangan membahas masalah kecil. Ayo masuk.”

“Ya! Masalah kecil katamu? Kau ini…” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Yesung sudah menarikku ke dalam mobilnya.


Kami tiba di sebuah restoran kecil yang sepi. Aku sengaja memilih restoran sepi ini agar bisa leluasa membicarakan masalahku dengan namja aneh ini.

“OK, sekarang jelaskan padaku!” titahku setelah kami memesan makanan.

“Jelaskan apa?” tanyanya polos. Dia bodoh atau apa sih?

“Jelaskan semuanya! Jelaskan tentang foto yang kemarin kau upload ke Twitter! Jelaskan bagaimana kau bisa tahu namaku, kampusku, dan nomor ponselku!”

“Oh, itu. Kenapa aku harus menjelaskannya? Aku juga tidak meminta penjelasan apapun saat kau memukuliku dengan tiba-tiba. Sakitnya masih terbayang sampai saat ini.” pandangannya menerawang, berpura-pura membayangkan kejadian yang dia maksud.

“Eh? Memukulimu? Kapan aku memukulimu?” Kita ini baru bertemu di taman kemarin, dan aku tak ingat bahwa kemarin aku memukulimu!”

“Kau ini bodoh atau pelupa sih?”

“Mwo?”

“Waktu di parkiran mobil itu, kau tiba-tiba memukul dadaku dengan ganas, seperti orang gila. Dan setelah itu kau pergi begitu saja tanpa meminta maaf!” jelasnya dengan sedikit marah.

“M, mwo? Ja, jadi, yang aku pukul waktu itu…kau?” aku terpekik kaget. Astaga, pantas saja aku merasa mengenal suara namja yang aku pukul itu.

“Ne. Apa kau ingat sekarang?”

“Ani. Mian, itu kebiasaan burukku. Kalau aku sedang marah besar, aku selalu memukul orang yang berada di dekatku, siapapun itu. Dan waktu itu aku memang sedang marah karena…” Omo! Aku baru ingat kalau waktu itu aku…

“Aishhh…!!! Dasar Yesung bodoh! Babo…!!! Seenaknya saja kau menyia-nyiakan hati yeoja!! Aku benci kau, Yesung…!!!”

Benar, aku mengatakan Yesung bodoh di depannya!! Ottokhae? Dia pasti sangat marah sampai-sampai membuat masalah seperti ini. Tapi masa sampai segitunya sih?

“Karena apa? Karena kau sedang marah padaku?”

“Em, em…Yesung-ssi, bisakah kau melupakan kejadian waktu itu? Aku benar-benar minta maaf, aku sedang di luar kontrol waktu itu. Aku sebal mendengar berita bahwa kau sudah putus dengan yeojachingumu. Makanya aku marah padamu. Sekali lagi aku benar-benar minta maaf. Dan bisakah kau menghilangkan berita itu? Aku mohon sekali…” aku mengecilkan suaraku dan tertunduk malu. Aku benar-benar menyesali kebiasaan burukku kalau sedang marah.

“Mwo? Maaf? Sudah terlambat. Aku juga tidak menuntut apapun padamu waktu itu. Menyuruhmu minta maaf saja tidak. Dan kau memukulku tanpa meminta ijin[?] padaku. Jadi sekarang, kau terima saja.” jawabnya enteng.

“Ya! Jadi maksudmu, kau ingin balas dendam padaku, hah? Hanya karena aku tidak meminta ijin untuk memukulmu, sekarang kau tidak meminta ijin untuk menjadikanku yeojachingumu? Michi!”

“Setimpal kan?”

“Apanya yang setimpal? Ini lebih banyak merugikanku! OK kalau kau mau balas dendam, tapi jangan begini caranya! Kalau mau kau pukul aku lagi seperti waktu itu aku memukulmu. Beres kan?”

“Enak saja, aku tidak mau memukul yeoja. Mau dikemanakan reputasiku? Sudah lah, pokoknya sekarang kau adalah yeojachinguku, titik!” paksanya.

Tak lama seorang pelayan membawa pesanan kami, membuat kami mengalihkan perhatian sebentar. Entah memang tidak tahu atau apa, pelayan itu hanya tersenyum simpul melihat kami. Mungkin ia tidak tahu siapa Yesung, maklum lah sudah tua. Aku kembali memandang Yesung.

“Tapi kenapa harus yeojachingu? Aku tidak keberatan kalau kau memjadikanku pembantumu, walaupun aku tahu orang tuaku akan marah besar.”

“Aku tidak keberatan menjadikanmu yeojachinguku, kau sangat cantik menurutku.” sialan, pipiku pasti memerah sekarang.

“Darimana kau tahu nama, nomor ponselku, dan kampusku?” tanyaku sedikit mengalihkan topik.

“Sepertinya kau tidak perlu tahu darimana aku mendapatkannya.” katanya santai sambil melahap makanannya.

“Ya! Aku berhak tahu!”

“Arasseo arasseo, aku tahu karena aku punya indra ke-10. Puas?” ia tertawa kecil. Cih, kelihatan sekali kalau dia sedang berbohong.

“Pembohong. Pokoknya, aku tetap tidak akan menerima keputusan sepihak ini. Kalau orang-orang menggerecokiku dengan berbagai pertanyaan tentang hubungan kita, aku tetap akan menjawab bahwa kau bukan namjachinguku! Maaf saja, walaupun kau artis papan atas, aku tetap tidak senang dengan keputusan sepihakmu itu.” ia tidak berkata apa-apa lagi sampai kami selesai makan.

Haahh…aku tidak mendapat keuntungan sedikit pun dari pertemuan ini. Intinya, tidak ada yang berubah.

45 menit kemudian kami meninggalkan restoran itu. Cuaca dingin sekali hari ini, mungkin karena sebentar lagi pergantian musim dari musim gugur ke musim dingin.

“Tidak usah, aku bisa pulang sendiri.” kataku ketika dia membukakan pintu mobilnya untukku.

“Ayolah Eunnie. Masa aku membiarkanmu pulang sendiri. Di daerah sini tak banyak kendaraan umum yang lewat. Lagipula cuaca sangat dingin hari ini. Lihat pipimu sampai merah begitu.” ia menyentuh pipiku yang memerah karena kedinginan. Tangannya hangat sekali.

Jpret! Jpret! Jpret! Jpret! Jpret!

Aku kenal suara itu. Bukankah itu suara kamera?

Aku langsung menjauhkan tangan Yesung dari pipiku. Aku menoleh mencari-cari asal suara dan ternyata di seberang jalan berdiri seorang namja yang sedang memegang kamera. Sial, tertangkap lagi hari ini.

“Ayo kita pergi.” Aku membatalkan niatku dan langsung masuk ke dalam mobil Yesung. Terlihat dari luar mobil namja itu menghampiri Yesung yang hendak masuk ke dalam mobil.
“Yesung-ssi, bisa kita berbicara sebentar? Aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan kecil.” kata namja itu. Ternyata dia adalah seorang wartawan.

“Mianhae, aku sedang buru-buru. Lain kali saja ya.” Yesung tersenyum pada si wartawan dan segera meninggalkan tempat itu.

Sepertinya di hari-hari gelap berikutnya, hidupku akan terus didampingi wartawan-wartawan itu sampai hubunganku dengan Yesung berakhir. Malangnya nasibku.

Ahh, aku jadi lupa pada rencana awalku yang tadinya akan memarahi dan memukuli Yesung seperti waktu itu.


“Jadi, dari pertemuan itu kau hanya mendapatkan satu informasi?” ulang Yoona tak percaya.

“Ne. Aku hanya tahu bahwa Yesung-lah yang telah aku pukuli waktu itu. Aku sudah minta maaf dan memintanya untuk menghilangkan gosip itu tapi dia tidak mau. Aku tidak mengerti jalan pikirannya. Sekarang aku mengerti kenapa personil Super Junior yang lain menyebutnya aneh dan misterius.”

“Benar. Mana ada artis papan atas yang melakukan hal seperti itu. Aku baru pertama kali mendengar masalah aneh seperti ini. Hei, tidakkah kau berpikir Yesung hanya ingin mempermainkanmu?”

“Maksudmu?”

“Ya…mungkin saja dia sangat marah dan terhina atas insiden waktu itu. Lalu dia ingin balas dendam padamu dengan cara ini dan akhirnya dia hanya akan mempermalukanmu di depan publik nantinya.” jelas Yoona.

“Setega itukah? Tapi mungkin saja kau benar. Pokoknya aku akan menyangkal semua berita yang ada kalau orang-orang bertanya padaku. Ini benar-benar tidak masuk di akal. Dan lagi…”

Drrtt…drrrtt…drrtt…drrrtt

Suara ponsel mengalihkan perhatianku. Kulihat layar ponsel dan, OMO! Yong Hwa oppa!!

“Yo, yobosseo?” suaraku tiba-tiba berubah gugup.

“EUNN JIIII-A…!!!” aku menjauhkan ponsel dari telingaku mendengar teriakan Yong Hwa oppa. Omo, dia pasti marah besar!

“Oppa…bilang-bilang dulu kalau mau teriak, aku hapir saja tuli.” jawabku dengan bodohnya.

“Peduli amat kau tuli atau tidak! Sekarang jelaskan padaku tentang berita itu! Apa kau benar jadi perusak hubungan orang lain?! Dan sejak kapan kau dekat dengan artis papan atas seperti dia, hah?!!” tanya Yong Hwa oppa dengan nada marah.

“Oppa, berita itu tidak benar! Aku bukan yeojachingunya Yesung, dan aku tidak pernah sekali pun merusak hubungan orang lain!”

“Bagaimana mungkin kalau kau bukan yeojachingunya? Dengan adanya foto mesra kalian itu sudah cukup membuktikan bahwa kalian punya hubungan lebih, babo!”

“Oppa! Kau kebiasaan menyebutku bodoh, padahal sebenarnya kau lebih bodoh dariku!” jawabku asal.

“Ya! Berani-beraninya kau bicara begitu pada oppa-mu! Awas ya, kuadukan kau pada appa dan eomma!”

“Andwaee…! Mianhae mianhae. Oppa, aku mohon jangan sampai appa dan eomma tahu masalah ini, jebal…”

“Cih, kau ini merepotkan saja. Kau tahu kan kalau identitasmu diketahui publik yang terganggu bukan hanya kau, tapi juga aku! Wartawan pasti banyak yang meminta pendapat atau informasi dariku. Kau tahu sendiri hal-hal seperti itu membuatku risih.” ucapnya yang mulai tenang.

“Kalau memang ada wartawan, oppa tahu apa yang harus dilakukan kan?”

“Ne.” klik! Telepon tertutup. Apa benar oppa tahu apa yang harus dia lakukan kalau ada wartawan yang datang mewawancarainya? Aku sedikit ragu. Bukan maksudnya melecehkan, tapi oppa-ku itu agak sedikit, ehm, bodoh.(#plak!!-ditampar fans yong hwa-)

Untung saja oppa sekarang sedang jauh dari appa dan eomma. Ia juga jauh dariku karena sekarang ia bersekolah di salah satu universitas terkenal Inggris. Dia memang agak bodoh dalam urusan sehari-hari. Tapi jika sudah berurusan dengan masalah pelajaran, tak ada yang bisa mengalahkannya. Itulah anehnya oppa-ku. Kenapa juga dia tahu tentang masalah ini? Apa di televisi Inggris ada channel TV Korea?

“Apa yang Yong Hwa oppa katakan?” tanya Yoona.

“Tentu saja tentang gosip itu, memangnya kau pikir apalagi?”

“Apa dia marah?”

“Ne. Haahh…aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika oppa sudah tahu masalah ini. Aku tidak yakin dia tahu apa yang harus ia lakukan jika bertemu dengan wartawan.”

-To Be Continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar