Title :
JunEonnie
Author :
JunEonnie
Main Cast :
Fani / JunEonnie
Yong Junhyung (B2ST/BEAST)
Support Cast :
Son Joon [OC]
Kim Hye Min [OC]
Pak Son [OC]
Rating :
AG
Genre :
Love/friendship, life
Length :
Chapter
Ps :
Mian banget buat Junhyung karena udah aku jadiin main cast di ff abal-abal ini,,wkwkwkwk. Tapi sumpah begitu inget dia, langsung kepikiran buat bikin ni ff.
Aku disini berperan ganda(cieee^^), sebagai main cast sama author, jadi antara Fani’s POV sama Author’s POV itu beda sudut pandangnya.
FF JunEonnie ini ceritanya tentang dunia hiburan. Tapi sebelumnya aku minta maaf kalo mungkin kegiatan asli dunia hiburan agak beda sama yang aku ceritain. Maklum, aku kan bukan artis,,hehe…
Gak usah bingung sama genre-nya, soalnya aku selaku author juga bingung ni ff genre-nya apa,,hahahahaha,plak!!(#ditampar readers)
The last, hati-hati dengan typo dan gajeness yang mungkin saja menyebar di seluruh belahan[?] ff ini.
—
Last Part
“Mau disatukan dengan pembelianku?” ucap seorang namja bermasker setengah muka yang kepalanya tertutup topi jaket di sampingku.
“Ani, kamsahamnida.” aku tersenyum kecil pada namja-bermasker itu.
“Gwenchana, dari pada tidak dipakai. Tenang, aku tidak akan meminta balasanmu, Hye Min-ssi.”
Eh? Hye Min-ssi? Sejak kapan namaku berubah menjadi Hye Min? Apa dia teman Hye Min? Tapi kalau memang temannya, mana mungkin dia lupa dengan wajah Hye Min. Apalagi wajahku dan Hye Min tidak ada mirip-miripnya sedikit pun. Siapa namja-bermasker ini?
—
Part 2
Fani’s POV
“Ah, baiklah.” jawabku. Daripada mati kelaparan, kan lebih baik aku menerima tawaran namja-bermasker ini, iya kan?
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanyaku setelah kami duduk di meja dekat kaca jendela.
“Ne. Kita pernah bertemu di depan Restroom JE Entertaiment saat kau menabrak teman-temanku tadi sore.” jawab si namja-bermasker.
Depan Restroom? Menabrak teman-temannya? Jangan-jangan, “Kau…member BEAST?!”
“Ne. Aku rapper BEAST, Junhyung imnida.” ia melepas maskernya dan tampaklah wajah sangarnya yang keren. Tapi kenapa dia memanggilku Hye Min?
Ah, aku ingat! Saat itu aku sedang memakai baju kerja Hye Min. Pasti dia mengira aku Hye Min karena melihat name tag di baju itu yang bertuliskan ‘Kim Hye Min’.
“Oh, Kim Hye Min imnida. Terima kasih telah menukarkan kuponku.” aku menunduk kecil padanya. Mianhae Hye Min-a, aku terlanjur menggunakan namamu…
“Ne, cheonman. Apa kau baru pulang kerja?”
“Ani. Aku sudah menemani temanku berbelanja.” jawabku
“Sampai larut malam begini?” tanyanya sedikit terkejut.
“Ne, temanku itu memang maniak belanja. Kau sendiri sudah dari mana?”
“Aku sudah dari toko kaset sebentar. Karena lapar, aku langsung mampir kesini. Baiklah, ayo kita makan!” ajaknya. Kami pun makan dalam diam. Kenapa dia mau menukarkan kuponku? Apa dia memang sebaik ini? Atau jangan-jangan dia ada maunya?
“Hye Min-ssi, apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?” tanya Junhyung di sela-sela makan.
“Ne, doemnida.”
“Apa kau pernah berbicara dengan JunEonnie?” tanyanya. Aha! Ternyata ini yang dia inginkan. Dari awal aku yakin kalau artis sepertinya tak akan mungkin mau membantu orang asing sepertiku(apalagi dia tahu kalau aku seorang office girl) kalau tidak ada maunya. Arasseo, pertama-tama…apa yang harus aku jawab?
“Tidak pernah. Sekali pun tidak pernah. Bahkan memesan minuman atau makanan pun pasti melalui managernya.” jawabku berbohong. Padahal setiap bulan, setiap minggu, setiap hari, bahkan setiap jam, menit dan detik aku selalu bertemu dengan JunEonnie. Ya iyalah, JunEonnie yang dia maksud kan aku!
“Tapi kalau bertemu pernah kan?” tanyanya lagi.
“Ne, tentu saja, walaupun hanya sebentar.”
“Sekali pun kau tak pernah melihat wajahnya? Atau paling tidak bersentuhan dengannya?”
“Ani. Kau kan tahu sendiri hanya manager dan PresDir yang tahu wajahnya, dan identitasnya tentu saja. Bersentuhan? Setahuku…tak ada yang pernah dekat dengannya kurang dari 1 meter.” jawabku lancar. Aku hanya bisa tertawa geli dalam hati menjawab pertanyaannya.
“Oh. Pihak JE hebat sekali dalam memegang rahasia. Aku kagum. Tentu saja itu menjadi strategi bagus untuk mempertahankan perusahaan. Aku benar-benar penasaran dengan identitas JunEonnie. Yang tersebar di masyarakat saat ini hanyalah berita-berita palsu.”
“Ne. Aku sempat mendengar isu bahwa JunEonnie bukanlah manusia. Mereka beranggapan tak ada manusia yang mempunyai suara semerdu JunEonnie.”
“Terlalu berlebihan memang, tapi aku akui suara JunEonnie memang luar biasa bagus. Aku juga sempat membaca di internet bahwa JunEonnie adalah anak kedua PresDir JE yang disembunyikan. Yang lain menyebutkan wajah JunEonnie jelek sekali makanya dia menutupi tubuh dan wajahnya.” Junhyung tersenyum kecil membayangkannya. Lalu dia bertanya lagi, “Apa pendapatmu tentang JunEonnie?”
Namja ini bodoh sekali. Dia menanyakan hal itu pada orangnya sendiri, membuatku terpaksa harus menahan geli. Tapi ini bukan salahnya. Toh dia tidak tahu kalau orang yang duduk di depannya ini adalah JunEonnie.
“Hmm, aku tak bisa banyak berpendapat tentang JunEonnie. Yang bisa aku simpulkan, JunEonnie adalah seorang entertainer yang baik. Dia tahu bagaimana caranya menghibur fans di atas panggung dan membuat kagum mereka dengan caranya menyembunyikan identitas. Aku suka dia. Bagaimana denganmu?”
“Sama denganmu, aku pun suka padanya. Walaupun aku punya pendapat sendiri mengenai hubungan PresDir dan JunEonnie.”
“Apa itu?” tanyaku heran.
“Aku tak bisa memberitahukannya padamu.”
—
“Oppa…” panggilku pada Joon oppa yang sedang asik memainkan PSP-nya di ruang tungguku.
“Hmm?”
“Dengarkan aku! Jangan main PSP terus!”
“Bicara saja, aku masih bisa mendengarkanmu.” Cih, dasar. Pasti begitu kalau sudah memegang PSP.
“Kemarin aku berbicara dengan rapper BEAST.”
Duk! Joon oppa langsung menjatuhkan PSP-nya. “Mwo? N, neo…” ucap Joon oppa tergagap.
“Tenang saja, bukan sebagai JunEonnie kok.”
Aku pun langsung menceritakan kejadian tadi malam padanya. Dia seperti marah ketika aku bercerita. Apa ada tindakanku yang salah?
“Baboya!” Joon oppa menjitak kepalaku.
“Aw, sakit oppa! Wae?”
“Kenapa kau tidak jujur saja kalau namamu itu Fani? Kalau dia sampai tahu kalau Hye Min itu bukan kau, dia bisa curiga!”
“Curiga?” tanyaku heran.
“Ne, curiga! Dia pasti akan berpikir ‘Kenapa office girl itu mengaku-ngaku bernama Hye Min? Apa jangan-jangan dia adalah JunEonnie?’. Kau ini kenapa tidak pikir panjang dulu sih?!” kali ini Joon oppa benar-benar marah padaku.
“Mianhae oppa, aku tidak berpikir sampai situ. Eottokhae??”
“Haahh, semoga saja Junhyung tidak sering-sering datang ke sini. Kalau tidak, aku terpaksa harus meminta kepala staf office untuk memecatmu dan Hye Min.”
“M, mwo? Apa tidak ada cara lain oppa? Kalau aku saja yang dipecat sih tidak apa-apa, tapi kalau sampai Hye Min ikut dipecat, aku tidak tega!”
“Itu salahmu sendiri. Berdoa saja supaya Junhyung tidak sering datang kesini. Ayo ke ruang latihan, sepertinya pelatih sudah datang.”
“Kau ikut denganku kan oppa?”
“Ani. Aku harus menemui appa. Sekalian aku akan menceritakan masalah tadi padanya.” kata Joon oppa dengan wajah datar.
—
“Ya! Kemana saja kau?! Habis bolos ya?” bentak Hye Min ketika aku memasuki ruangan dapur.
“Tadi aku ijin pulang sebentar, ada yang harus aku selesaikan.” jawabku berbohong.
“Ijin pulang sampai 3 jam…” ia melirik sinis padaku.
“Rumahku kan jauh Hye Min…kau ini cerewet sekali. Memangnya kenapa? Kau merindukanku?” ucapku setengah bercanda lalu meminum segelas air putih. Haahh…latihan 3 jam nonstop membuat tenggorokanku kering.
“PD sekali kau, ini tentang Junhyung oppa.” katanya yang langsung berubah menjadi ceria. Aku yang sedang minum langsung tersedak, “Uhuk uhuk!!”
“Kenapa kau? Makanya hati-hati kalau sedang minum!”
“Kenapa dengan Junhyung?” tanyaku tanpa menggubris nasihatnya. Ini bukan masalah kemarin malam kan?
“Tapi kau harus janji jangan bilang siapa-siapa ya!” matanya menyipit seperti mengancam.
“Ne.”
“Aku dengar dari temanku yang satu apartement dengan BEAST. Tadi pagi-pagi sekali dia mendengar manager BEAST sedang berbicara dengan temannya di telepon. Katanya kemarin malam saat pulang dari latihan, entah kenapa Junhyung seperti tertarik melihat toko yang kemarin kita datangi. Lalu dia menyuruh managernya berhenti dan dia turun dari mobil. Dan sampai tadi pagi dia belum kembali.” kata Hye Min pelan.
“Kemana dia?” tanyaku dengan jantung berdebar.
“Molla. Katanya sih dia melihat teman lamanya di toko itu. Haahh…andai saja saat dia datang aku belum pulang, pasti aku akan bertemu dengannya. Apa kau bertemu dengannya Fan?” tanyanya.
“Fani, tolong bersihkan Restroom wanita di lantai 2.” perintah kepala staf office yang tiba-tiba masuk ke ruangan dapur.
“Ne.” aku pun langsung pergi meninggalkan Hye Min. Fuhh, untung saja atasanku datang, kalau tidak, aku harus menjawab apa? Aku takut salah menjawab dan akhirnya bisa membahayakan identitas JunEonnie.
Apa maksud Junhyung membohongiku? Toko yang aku kunjungi kemarin malam bukanlah toko kaset. Dan setahuku toko kaset berada di seberang toko baju, dan aku adalah pengunjung terakhir yang datang sebelum toko tutup. Lagipula ia terlihat sendiri kemarin malam. Maksudnya apa ya? Apa dia sengaja ingin bertemu denganku hanya karena masalah JunEonnie? Tapi kenapa harus aku? Kenapa tidak yang lain? Apa jangan-jangan dia curiga padaku?
Aku pun langsung menceritakan ini pada Joon oppa. Dan tebak apa kata Joon oppa?! “Sepertinya aku benar-benar harus meminta kepala staf office untuk memecatmu dan Hye Min.”, menyebalkan!
—
“Kau masuk setelah mereka selesai menyanyikan reff yang pertama, arasseo?” jelas Joon oppa padaku sebelum tampil.
“Ne. Kau sudah memberitahuku lebih dari 10 kali. Kau kira aku ini pelupa apa? Sudahlah, aku harus siap-siap!” jawabku kesal. Hari ini aku memang akan tampil dengan Davichi. Aku memang belum latihan bersama mereka. Tapi itu sudah biasa. Haahh…jubah ini membuatku gerah!
Penampilanku kali ini berjalan dengan lancar, bahkan bisa dibilang sempurna. Tapi kalau diingat-ingat, semua penampilanku memang sempurna, tak pernah ada yang gagal. Bukannya aku bermaksud sombong, tapi memang itulah kenyataannya.
“Bagus. Penampilanmu sempurna hari ini.” ucap Joon oppa seraya menepuk bahuku.
“Ne, gomaweo. Oppa aku lapar…” kataku sambil memegang perut yang keroncongan.
“Ck, dasar. Aku kan sudah bilang sebelum kesini makan dulu. Baiklah, mau pesan apa?”
“Yang biasa oppa.” aku pun merebahkan tubuhku di sofa. Kudengar Joon oppa memanggil seorang office boy yang lewat.
“Apa disini menyediakan beef burger dan ice coffee?” tanya Joon oppa pada office boy itu.
“Joesonghamnida, disini tidak ada fast food. Pasti pesanan ini untuk JunEonnie ya? Biar saya belikan keluar.” tawar office boy itu. Dia tahu makanan kesukaanku. Bahkan semua orang yang tahu aku, eh JunEonnie maksudku, pasti tahu JunEonnie suka memakan beef burger dan ice coffee. Aku pun pernah ditawari jadi model iklan McDonald’s Korea, tapi pihak managemen menolak. Bahkan sekarang banyak pedagang fast food baru di dekat gedung JE Entertainment.
“Baiklah, ambil ini.” kata Joon oppa lagi sambil memberikan uang.
Fani’s POV End
—
Junhyung’s POV
“Hyung, aku sudah sampai di gedung KBS TV. Ruang tunggumu dimana?” aku berjalan menuju gedung KBS TV sambil menelepon rekan kerjaku, Shinsadong Tiger.
Aku menemuinya disini hanya untuk memberikan lirik lagu ciptaanku yang dia minta. Padahal rencananya aku akan memberikan lirik ini besok, tapi dia terlalu sibuk.
Tanpa menghabiskan waktu terlalu lama, aku pun kembali setelah menyerahkan lirik pada si ‘harimau’.
“JunEonnie memesan ini padaku!!!” teriak seseorang dari ruangan dapur. JunEonnie? Jadi dia sedang tampil disini? Aku berdiam diri sebentar ingin mendengarkan sambil berpura-pura mengirim SMS pada seseorang.
“Bohong! Pasti lewat managernya.” sahut temannya yang lain.
“Ya maksudku begitu, hehe. Dia memesan beef burger dan ice coffee lagi! Ternyata kau benar, JunEonnie suka makanan itu!” office boy itu melompat-lompat kecil kegirangan.
“Kubilang juga apa! JunEonnie tidak akan memesan makanan lain selain beef burger dan ice coffee. Sudah cepat kau beli sana, nanti dia terlalu lama menunggu! Sebagai fans dan office boy, kau tidak boleh mengecewakannya!”
Aku pun langsung melanjutkan perjalanan sebelum office boy itu keluar. Jadi, JunEonnie suka beef burger dan ice coffee, huh? Aku baru tahu…
Junhyung’s POV End
—
Fani’s POV
1 bulan kemudian…
Aku tidak tahu kenapa kepala staf office belum juga memecatku dan Hye Min. Apa Joon oppa mengurungkan niatnya? Entahlah, tapi aku bersyukur.
“Fani, malam ini temani aku lagi ya!” pinta Hye Min yang tiba-tiba duduk di sebelahku.
“Belanja lagi?” tanyaku dengan nada bosan.
“Bukan, hari ini BEAST mengadakan jumpa fans di Jung B Departement Store. Temani aku ya!” pintanya lagi.
“Mian Hye Min-a, aku tidak bisa.” sebetulnya bukan tidak bisa, tapi tidak mau! Bahaya kalau aku bertemu Junhyung lagi dan, hey, bukankah berbahaya kalau Hye Min bertemu Junhyung?
“Malam ini datanglah ke rumahku, kita kerjakan tugas Shin seongsaenim bersama, ya ya ya???” pintaku dengan nada memelas.
“Shireo. Masa aku harus mengorbankan jumpa fans ini demi tugas yang bisa dikumpulkan 4 hari lagi?” tolak Hye Min tegas.
“Kau tega sekali, aku kan selalu mendapat nilai C di pelajaran Shin seongsaenim. Mudah bagimu mengatakan hal itu karena kau selalu mendapat nilai A. Apa kau tega membiarkan sahabatmu ini tidak bisa mengerjakan tugasnya tepat waktu?” Hye Min tampak diam berpikir. Ayolah, tak usah bertemu BEAST…!
“Baiklah, demi persahabatan kita, sepertinya aku harus mengalah.” ucapnya pasrah. Fuhh…
—
“Perlu kuantar? Ini sudah jam setengah 10.”
“Tidak perlu, aku kan bawa motor sendiri. Lagipula jam-jam segini masih sore untukku.” jawabnya ketika akan pulang.
“Cih, dasar. Arasseo, gomaweo.” ucapku.
“Aish, seenaknya saja bilang terima kasih. Aku sudah merelakan waktuku yang berharga ini hanya untuk membantumu mengerjakan tugas. Kau harus membalasnya nanti!”
“Dasar…” jawabku dengan gelengan kepala.
“Baiklah, aku pulang dulu, annyeong…!” tanpa menunggu balasanku, Hye Min langsung melaju kencang meninggalkan halaman rumahku.
Apakah jumpa fans-nya sudah selesai? Semoga saja.
Kruuuyyuukk….!!
Suara apa itu? Apa itu suara perutku? Aish, aku lupa makan malam!
Malam ini aku mampir ke sebuah restoran fast food kecil di kota. Aku terpaksa makan diluar karena makanan di rumah sudah tidak bersisa. Ini gara-gara Hye Min yang memakan jatah terakhir cup noodle-ku!
Wow! Restoran kecil ini lumayan penuh walaupun sudah malam. Ada 3 meja kosong, tapi yang dua bertuliskan ‘Sudah Dipesan’ dan yang satunya sangat kotor, belum dibersihkan.
“Ahjusshi, apa meja yang kotor itu bisa cepat dibersihkan?” tanyaku sambil menunjuk meja kotor pada seorang pelayan.
“Bisa, tapi kami agak sibuk disini. Mungkin setengah jam lagi kami bersihkan(#lama banget!!). Kalau mau, agasshi duduk saja di meja sana. Orang itu juga baru datang.” pelayan itu menunjuk sebuah meja dengan 2 kursi yang hanya dihuni oleh seorang namja.
“Baiklah. Kalau begitu aku pesan beef burger dan ice coffee.” kataku yang dibalas dengan anggukan oleh pelayan itu. Aku pun langsung menghampiri meja yang dimaksud pelayan.
“Em, joesonghamnida, 3 meja kosong yang lain tidak bisa digunakan. Apakah kau sedang menunggu seseorang? Bolehkah aku duduk disini?” tanyaku hati-hati dan dibalas dengan anggukan kepala oleh namja itu. Aku tak bisa melihat wajahnya yang bermasker. Kepalanya pun tertutup topi jaket.
Tak lama pesanan kami pun datang. Huaahh…harum sekali!
“Kau tidak mengenalku, Hye Min-ssi?” kata namja itu tiba-tiba. Eh?
“Mian…siapa kau?” tanyaku yang benar-benar tidak tahu.
“Sepertinya aku harus memperkenalkan diriku sekali lagi.” namja itu melepaskan maskernya dan, “Annyeong haseyo, Junhyung imnida.”
DHUARR…!!!!!! Petir yang entah berapa banyak langsung menembus jantungku. Astaga…kalau tahu begini, lebih baik aku tidak usah makan malam sekalian!!! Eotteokhae??!!!
“Ah, Junhyung-ssi, kita bertemu lagi rupanya. Annyeong!” aku menyunggingkan senyumku padanya. Mati aku, besok sepertinya aku benar-benar akan dipecat dari perusahaan!
“Kau selalu makan malam diluar ya, Hye Min?” tanyanya.
“Ani. Kebetulan di rumah sudah tidak ada makanan. Dan sebelumnya, aku mau minta maaf padamu…”
“Minta maaf? Untuk apa?” tanyanya heran. Baiklah, ini mungkin akan sedikit memperbaiki keadaan. “Namaku bukan Kim Hye Min.” jawabku dengan tertunduk malu.
“Mwo?”
“Nama asliku Fani. Sebenarnya aku tidak berniat membohongimu, hanya saja dari awal kau memanggilku Hye Min. Aku tahu kau pasti melihat name tag-ku saat aku menabrak teman-temanmu di depan Restroom. Sebenarnya itu adalah baju temanku yang aku pinjam. Karena menurutku itu lucu, makanya kubiarkan kau memanggilku dengan nama itu. Sekali lagi aku minta maaf.” aku membungku kecil padanya.
“Jeongmal? Hahaha, aku tidak menyangka. Gwenchana, maaf aku juga memanggilmu dengan nama Hye Min terus.
“Gwenchana. Temanku itu, Hye Min, adalah fans berat BEAST, terutama kau.” kataku sambil tersenyum kecil
“Wah, jinjja? Aku senang sekali mendengarnya. Mungkin sesekali kau harus mempertemukanku dengannya, hehe. Sudahlah, ayo kita makan!” ajaknya dengan senyum manis. Aigoo, setampan inikah seorang Junhyung yang sangar ketika tersenyum?
“Hmm, Fani, kau suka beef burger dan ice coffee ya?” tanyanya di sela-sela makan.
“Ne! Ini makanan favoritku.” jawabku sambil tersenyum.
“Kau seperti JunEonnie,” DEG!! A, apa maksudnya? Apa dia mengira aku ini JunEonnie? “dia juga suka makan makanan seperti itu.” lanjutnya. Fuhh…aku kira apa.
“Ne, aku kan penggemar berat JunEonnie! Hehe… Jadi kau juga tahu makanan kesukaan JunEonnie? Kukira artis sepertimu tidak pernah tahu kesukaan artis lain.”
“Aku juga baru mendengar itu 1 bulan yang lalu saat aku datang ke gedung KBS TV. Kudengar JunEonnie memesan beef burger dan ice coffee.” Eh, berarti saat itu ada Junhyung?
“Hey! Bukankah itu JunEonnie?!” teriak seorang namja sambil mengarahkan telunjuknya ke luar restoran. Mataku pun langsung mengikuti telunjuk namja itu dan benar saja, ada seorang, entah namja atau yeoja, memakai jubah hitam, masker putih, dan sarung tangan putih persis milik JunEonnie. Kulihat dia sedang mengutak-atik ponselnya. Tapi yang bisa aku simpulkan hanyalah, dia mirip sekali denganku, ok maksudku JunEonnie, baik dari segi ukuran fisik ataupun penampilannya.
Semua orang di luar maupun di dalam restoran, kecuali aku dan Junhyung, berlari kecil menghampiri JunEonnie palsu. Yang dihampiri pun langsung berlari menjauh. Dasar tukang onar!
“Katanya kau fans berat JunEonnie, kenapa masih diam?” tanyanya yang heran melihatku belum juga beranjak dari tempat duduk. Benar juga, bodoh sekali aku ini! Pasti dia curiga kenapa aku masih diam disini. Tapi dia akan lebih curiga lagi jika sekarang aku baru menghampiri JunEonnie palsu setelah ia bertanya.
“Em, entahlah. Kurasa itu bukan JunEonnie yang asli.” jawabku sambil mengangkat kedua bahu. Semoga saja kali ini aku tidak salah menjawab.
“Apa yang membuatmu berpikiran begitu?”
“JunEonnie asli tidak mungkin berkeliaran sendiri di jalanan umum seperti itu. Bodoh sekali jika JunEonnie asli melakukannya. Kalau memang ia ingin pergi keluar, ia pasti akan kembali menjadi dirinya sendiri tanpa repot-repot menggunakan jubah kesayangannya dan dikejar-kejar para fans.” jelasku.
“Kau benar. Ternyata otakmu lebih dari sekedar otak office girl.” kata Junhyung diiringi senyum.
“Begini-begini juga aku masih kuliah, hehe…”
“Jinjja? Pantas saja kau terlihat pintar. Hmm, dengan tingkat kecerdasan seorang mahasiswa, apa menurutmu aku bisa membongkar identitas JunEonnie?” tanyanya yang membuatku tersedak ketika sedang minum. “Ya! Hati-hati kalau minum.”
“N, ne, mianhae. Apa kau berniat membongkar identitas JunEonnie?”
“Makanya aku bertanya padamu, apa menurutmu aku bisa?” ya ampun, namja ini ternyata memiliki rencana besar terhadapku, ani, maksudku JunEonie, aish…aku dan JunEonnie kan sama saja!
“E, entahlah. Kemampuan setiap orang kan berbeda-beda. Aku belum tahu usahamu untuk membongkar identitas JunEonnie sudah sejauh mana.” jawabku berusaha menutupi rasa khawatir.
“Begitu ya…baiklah, kita lihat nanti apa aku mampu melakukannya…” jawabnya tenang. Namja ini benar-benar perlu diwaspadai!
To Be Continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar